Claudy memandang Ian yang berlalu dengan tersenyum geli, dia tidak menyangka laki laki tadi pagi yang membuat dia kesal dan takut, ternyata orang yang humoris. Tapi, meskipun begitu , Pak Kades mempunyai tempat tersendiri di hatinya.
....
Sesampainya Ian di villanya dia segera melapor pada Tuti, menceritakan bahwa Claudy adalah gadis yang sangat ramah dan ceria, tapi Tuti mendengar itu dengan senyum canggungnya, dia tidak ingin Tuan Mudanya terlalu menyukai Bu Dokter, karna dia tau kalau Dokter Claudy saat ini sedang menyukai Kades mereka, meskipun belum ada kepastian diantara mereka, tapi hampir selama dua bulan ini mereka terlihat sangat akrab, bahkan banyak penduduk desa yang ingin mereka bersatu.
Claudia dan Bayu memang terlihat sangat serasi, yang satu tampan dan berwibawa, yang satu cantik dan ramah, hal ini membuat orang banyak, iri dengan kesempurnaan mereka.
Melihat ekspresi Tuti yang agak rumit Ian bertanya
" kenapa dengan wajahmu itu?, terlihat begitu kacau". katanya dengan pandangan menyelidik.
Tuti agak takut untuk menjawabnya, tapi dia memberanikan diri, karna takut, semakin lama Tuan Mudanya ini mengenal Bu Dokter, akan semakin dalam rasa sukanya.
Hal itu mungkin saja terjadi, sedangkan Pak Kades cuek saja bertekuk lutut dihadapan Dokter Muda itu, apalagi Tuan Mudanya yang pecicilan, akan sangat mudah untuk menyukai Bu Dokter.
" sebenarnya.... aku tidak ingin Mas Ian menyukai Bu Dokter... " Katanya pelan
" Hhah.. 😱" katanya dengan ekspresi kaget yang di buat buat.
" Jangan bilang. kalau kau suka padaku.. " katanya dengan senyuman usil.
" Sembarangan... 😑 Aku tau diri kok Mas, ya gak mungkin lah, aku cuma nggak mau kalau Mas Ian nantinya bakal kecewa, soalnya aku yakin, Dokter Claudy cuma menyukai Pak Kades, ntar Mas Ian patah hati lagi.😒 "
" Oooo.. kukira kau suka padaku 😁 " katanya nyengir, lalu dia melanjutkan perkataannya dengan serius.
" Orang yang takut patah hati, jangan berurusan dengan percintaan, aku bukan orang yang takut patah hati, jadi aku berani menanggung resiko ini, meskipun nantinya aku mengalami penolakan, hatiku lebih tenang dari pada aku tidak menyampaikan perasaanku sama sekali, dan hanya bisa memandangnya tanpa mengtakan perasaanku, akan lebih menyakitkan bagiku. " Katanya sungguh sungguh.
" 😯 Mas Ian... ini benar benar kamu? sejak kapan jadi bijak begini? " kata Tuti yang tidak percaya kalau kalimat itu bisa keluar dari mulut Ian yang tak pernah serius.
" Jadi.... " sambung Ian lagi " Kalau kau memang suka padaku, kata kan saja terus terang gak usah malu, meskipun ku tolak, hatimu pasti akan lebih tenang 😁😁" katanya dengan senyum usil.
" Apa?" Tuti geram mendengar penyakit Tuan Mudanya kumat dan Said yang kebetulan baru datang kaget mendengar pembicaraan mereka yang separo didengarnya.
Said protes " Apa apaan kau? kau suka sama Om Om kayak ini? " katanya sewot. dia membawa sebuah tas di punggungnya , tampaknya dia benar benar akan nginap di sini.
" Siapa yang kau panggil Om Om? usia ku baru 25 tahun tau? " kata Ian yang gak suka di panggil Om Om.
" Tapi Tuti masih 16 tahun" jawab Said sewot. "kau tidak cocok dengannya" Sambungnya lagi, sepertinya Said lupa, kalau dia juga naksir dengan gadis yang lebih tua darinya.
Melihat mereka yang ribut.. Sikap usil Tuti timbul dan berkata. " Sudah sudah, gak usah merebutkan diriku... kenapa kalian tidak menanyakan pendapatku saja, yang ku tolak jangan marah ya! Aku hanya bisa memilih seorang pria, karna aku wanita setia" Katanya dengan nada manja.
" Huek.." kata kedua pria itu bersamaan.
" Perutku mual.. " kata Said.
"Aku juga... " Sambung Iyan.
Sementara Tuti tertawa lepas, karna berhasil membuat kedua orang ini kompak.
" Ngapain kau kesini bawa tas sebesar itu? apa kau berencana ingin pindah? " kata Tuti yang baru sadar kalau Said membawa tas yang cukup besar.
" Apa urusanmu? ini kan tas ku, " Jawab Said dengan nada yang menyebalkan.
"Sudah sudah... jangan berantem... ntar kalian jodoh lho. " Nasehat Iyan agar kedua orang ini berdamai.
" Nggak" Jawab Tuti Spontan sambil berlalu meninggalkan mereka.
Said terdiam, karna dulu waktu Claudy yang mengatakan kalimat ini, dia yang menolak, sekarang malah dia yang di tolak.
" Apa dia baru saja menolakku?" tanya Said sambil menunjuk Tuti, pertanyaan nya hanya dijawab Ian dengan senyuman sambil mengangkat bahunya.
Tak berapa lama kemudian, kedua orang tua Tuti sampai kerumah, mereka seperti merasa bersalah karna tidak mengetahui kedatangan Ian, dan menanyakan kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu, jika memberi kabar, mereka kan bisa mempersiapkan semuanya.
dear pembaca...
terima kasih atas waktunya membaca tulisan ini, mudah mudahan tidak bosan ya!. masih mengharap kritikan , saran serta dukungannya, Terimakasih...