webnovel

Great War Records 22 - Kebosanan ikan, kenangan yang menyakitkan II

Matahari telah tenggelam dan langit biru telah berganti dengan langit gelap penuh gugusan bintang. Di bawa sinar bulan sabit yang menyinari permukaan air laut dengan cahaya biru, ketiga Roh tersebut berkumpul di atas permukaan air yang mereka janjikan. Jauh dari tempat mereka biasa berkumpul, di daerah teluk yang cukup luas.

Vil berenang di atas daerah teluk, sedangkan Kraken dan Scylla, dua Roh Tingkat Atas berbentuk monster itu mengapung beberapa meter dari tempat putri duyung itu berada. Mereka berkumpul di tempat yang dijanjikan dan waktu yang ditetapkan untuk mengadakan Ritual Sihir yang akan dilakukan Vil dengan menggunakan tongkat sihir, Veränderung.

Veränderung, sebuah tongkat yang gagangnya terbuat dari logam Deep Sea Stone, serta permata yang berada di ujungnya yang terbuat dari Moon Stone yang terkenal sebagai material terbaik untuk menyimpan susunan sihir sejak awal masa kejayaan para dewa.

"Ngomong-omong, permata yang ada di ujung tongkat itu Moon Stone, bukan?" tanya Scylla sambil menunjuk tongkat yang Vil pegang.

"He-hem! Itu benar sekali. Tongkat buatanku ini memiliki Moon Stone sebagai Core-nya. Hebat, bukan?" jawab Vil sambil berenang berputar dengan riang.

"Hwm, hebat juga yah ..., kamu bisa mendapatkan Moon Stone yang dijaga oleh salah satu Naga Terkutuk, Leviathan."

"Mendapatkan? Tidak, tidak, aku mencurinya," ucap Vil dengan wajah tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sesaat Scylla dan Kraken terdiam membantu karena saking terkejutnya.

"Eh!!?"

"Eh!!?"

Teriak kaget mereka berdua secara bersamaan.

"Tu-Tunggu! Me-Mencuri dari monster itu?! Apa kamu tahu akibatnya?!"

"I-Itu benar! Kenapa dirimu selalu membuat masalah seperti ini?! Bisa-bisa Dunia Astral ditenggelamkan olehnya tahu!"

Kraken dan Scylla terlihat sangat panik mendengar fakta mengejutkan dari tongkat sihir yang dibawa Vil. Mereka berdua tahu persis akibat dari tindakan Putri Duyung itu bisa membuat salah satu senjata pemusnah massal para Dewa itu mengamuk dan meluluhlantakkan daerah Luat Utara.

"Tenang saja! Saat aku mengambilnya, Serpent itu melihatku dan dia sama sekali tidak memedulikan denganku!" ucap Vil sambil mengacungkan jempolnya.

"Eh? Apa maksudnya?" tanya Scylla.

"Hem, aku pikir Serpent Kuno itu tidak peduli lagi dengan permata ini. Yah, di sarangnya masih banyak lagi benda-benda luar biasa lainnya sih, jadi mungkin saja dia sedang tidak peduli atau apalah ...."

Mendengar jawaban yang seenaknya itu, Kraken dan Scylla memberikan tatapan curiga kepadanya. Leviathan adalah sama satu Naga Terkutuk dari masa Perang Kuno para Dewa dan Iblis, sang Naga Agung yang menjadi gila karena kutukan. Tetapi berbeda dengan Naga Agung lainnya, Naga masuk dalam jenis Giant Serpent itu cenderung bisa dikendalikan oleh para Dewa dan menjadi senjata pemusnah masa yang terkenal akan kengeriannya.

"Yah, yah! Kita kesampingkan saja itu dulu, dan marilah kita mulai tujuan utama kita!"

Tanpa memedulikan reaksi mereka berdua, Vil langsung memulai Ritual Sihirnya. Ia mengangkat tongkat ke atas dengan kedua tangannya, dan memanipulasi permukaan air untuk mengangkat tubuhnya perlahan keluar dari dalam air. Saat tubuhnya terangkat ke atas dan berdiri dengan ekor siripnya pada permukaan air, tongkat Veränderung yang ia pegang mulai bercahaya.

"Tu-Tunggu! Jangan terburu-buru!" ucap Scylla panik.

"Be-Benar, tunggu dulu!" ucap Kraken yang tidak kalah paniknya.

Perkataan mereka tidak didengarkan, Vil tetap melanjutkan Ritualnya. Lingkaran sihir mulai muncul di atas tubuh Vil, dan Rune mulai berputar mengelilinginya. Saat melihat hal itu, kedua Roh Tingkat Atas tersebut tahu sedikit tentang Ritual Sihir yang sedang dilakukan Vil. Ritual Sihir itu sangatlah sensitif dengan gangguan dari luar. Jika dihentikan sebelum selesai, kemungkinan besar kesadaran dan bentuk keberadaan pengguna bisa rusak.

Dalam benak mereka sempat terpikir untuk membuat Vil pingsan dan menghentikan ritual tersebut meskipun harus mengambil risiko. Tetapi saat mereka melihat wajah polos dan penuh dengan impian itu, mereka berdua tidak tega untuk menghancurkan mimpi murni gadis tersebut. Pada akhirnya mereka berdua hanya diam melihat Vil menggunakan sihir dari tongkat Veränderung, sebuah tongkat yang bahkan bisa mengubah struktur dunia sampai tingkat jiwa.

Di sekitar tubuh Vil mulai keluar Rune, itu mengitarinya dari bawah ke atas dan tersusun rapi menjadi beberapa lingkaran yang berputar pada porosnya. Huruf-huruf Rune yang ada satu per satu mulai masuk ke dalam tubuh gadis duyung itu dan secara perlahan struktur fisik serta jiwanya berubah. Keberadaannya ditulis ulang oleh beberapa Rune yang ada.

Setelah beberapa menit berlalu, tubuh Vil yang berdiri di atas permukaan air tersebut mulai berubah. Tubuhnya mengeluarkan cahaya berwarna biru sangat terang, bahkan sampai menerangi seluruh daerah teluk. Telinga yang berbentuk sirip mulai berubah menjadi telinga manusia, dan tubuh bagian bawahnya perlahan berubah menjadi sepasang kaki yang indah.

"Dia berhasil?" Kraken menatap terpukau.

"Apa ini nyata?" Raut wajah Scylla terlihat tidak percaya dengan apa yang ia lihat itu.

Setelah ledakan cahaya yang begitu terang, tubuh indah gadis itu mulai terlihat jelas. Sekarang ia terlihat seperti gadis yang sangat cantik tanpa bagian tubuh ikan dan rupanya tidak jauh berbeda seperti manusia pada umumnya. Seluruh tubuh Vil benar-benar berubah menjadi tubuh manusia, bahkan aura keberadaannya juga mulai terasa ada sedikit bentuk jiwa manusia dalam dirinya.

Meski ia memiliki jiwa dan keberadaan manusia, Vil tetap memiliki keberadaan dan jiwa sebagai Roh Agung. Oleh karena itu kekuatan sihirnya tidak hilang dan masih berbentuk Roh Agung. Setelah ia mendapat perwujudan manusia dan cahaya yang menyelimutinya menghilang, ia langsung jatuh ke dalam air. Karena ritual, kekuatan sihirnya langsung melemah kelelahan dan sihir yang membuatnya bisa berpijak di atas permukaan air menghilang. Hasilnya, ia langsung terjatuh ke dalam laut.

"To-Tolong!!" ucap Vil yang seraya berusaha berenang. Belum bisa menggunakan kedua kakinya yang baru didapat, gadis berambut biru itu kewalahan di atas permukaan air dan malah tenggelam.

Melihat hal tersebut, Kraken mengangkat tubuh Vil dari dalam air dengan salah satu tentakelnya, lalu memindahkannya ke atas batu karang.

"Ugk! Ugm!" Vil mengeluarkan air yang masuk ke dalam mulutnya.

"Baru pertama kali diriku melihat Roh Air yang tenggelam," ucap Kraken.

"Memang benar, aku juga baru pertama kali melihat ada duyung yang berhasil memperoleh kaki atas kerja kerasnya sendiri. Meski itu pun dengan cara kotor seperti mencuri Moon Stone," singgung Scylla.

"He he, hebat, 'kan?" ucap Vil sambil tersenyum lemas. Wajahnya terlihat pucat karena terlalu banyak menggunakan kekuatan sihirnya untuk ritual. Kraken dan Scylla hanya bisa memasang wajah senang karena gadis kecil dan ceria itu berhasil mencapai salah satu mimpinya. Mereka berdua ikut bahagia dengan apa yang Vil dapat.

Tetapi di tengah suasana yang menyenangkan itu, tiba-tiba suasana berubah sangat hening dan terasa sangat menusuk. Suara ombak menghilang, angin berhenti bertiup, dan para Roh Tingkat Rendah yang melayang-layang di udara menghilang dengan tiba-tiba.

Insting ketiga Roh tersebut menyadarinya, bahwa ada keberadaan yang sangat mengerikan akan muncul. Hawa keberadaan penuh dengan kebencian, murka, dan kekuatan negatif perlahan semakin mendekat dari lapis dimensi yang berbeda. Hawa yang datang itu membuat Kraken dan Scylla merasakan sakit kepala yang samar, meneror mereka dengan rasa takut dan kengerian bahkan sebelum sosok itu menampakkan diri.

"Vil, sembunyi di balik tubuhku .... Engkau masih belum terbiasa dengan tubuh manusia itu, bukan?" kata Kraken sambil mengangkat tubuh Vil, dan menyembunyikannya pada satu tentakel miliknya.

"Kraken ..., hawa keberadaan ini ...." Scylla mulai bersiap untuk bertarung, kelapa-kepala anjing di pinggangnya mengeram dan mengeluarkan percikkan api dari mulut bertaring yang dirapatkan.

"Tidak salah lagi, ini hawa keberadaan iblis .... Tapi ..., apa yang diinginkan ras Iblis di Dunia Astral ini? Bukannya mereka hanya tertarik dengan dunia manusia?" Kraken mengangkat ketujuh tentakelnya yang masih bisa digerakkan karena satu tentakelnya sedang melindungi Vil.

Saat itu, tanpa peringatan sama sekali, tiba-tiba dimensi di langit pecah dan dari sana muncul terbentuk lubang hitam pekat dengan ukuran besar. Itu terlihat seperti sebuah bulan purnama hitam yang membawa malapetaka.

Dari lubang tersebut mulai muncul ratusan iblis mengerikan, mereka dengan cepat langsung mengisi langit daerah teluk Laut Utara. Kebanyakan yang muncul dari lubang tersebut adalah iblis jenis Undead, para Skeletron yang menunggang Skeletron Dragon di udara.

Pada saat itu juga, hampir semua Roh Agung yang tinggal di Dunia Astral menyadari hawa tidak mengerikan yang muncul bersamaan dengan lubang dan para iblis itu. Meski jarak yang ada sangat jauh, dengan jelas pembawa malapetaka itu memancarkan tekanan mengerikan ke penjuru Dunia Astral.

Roh Agung Penjaga Daerah Lembah Api, Api Membara, Ifrit.

Roh Agung Penjaga Pohon Suci, Sang Roh Hutan dan Kehidupan, Reyah.

Roh Agung Penjaga Lembah Kehidupan, Sang Roh Tanah dan Pegunungan, Diana.

Setelah merasakan hawa keberadaan yang mengerikan tersebut, mereka bertiga langsung bersiap mengumpulkan para Roh yang bisa bertarung untuk pergi ke sumbernya. Pada saat yang bersamaan, salah satu Naga Terkutuk yang baru saja mengambil alih Lembah Api juga menyadari kedatangan hawa menjijikkan tersebut. Tetapi Naga tersebut yang lebih memilih untuk tidak melakukan apa-apa, ia kembali tidur karena rasa apatis yang ada.

.

.

.

.

Beberapa menit berlalu setelah para Iblis muncul dari retakan hitam di langit. Kraken terus menghancurkan Skeletron Dragon yang beterbangan di udara dengan tentakel miliknya. Walaupun jumlah mereka banyak, tetapi para Iblis tengkorak itu tidak ada apa-apanya di hadapan sang monster laut tersebut.

Sedangkan Scylla, ia terus merapalkan jenis sihir pendukung berupa sihir penguatan kepada tubuh Kraken. Jarak serangan yang sangat terbatas dan mobilitas Scylla sangat tidak memungkinkan menyerang musuh yang terbang cepat di udara.

"Maaf, yang bisa aku lakukan hanya seperti ini!' ucap Scylla sambil terus menggunakan sihir pendukung untuk Kraken.

"Ya! Serahkan saja padaku! Sudah lama aku tidak menepuk lalat seperti ini!" ucap Kraken. Para Iblis itu terus berdatangan dari retakan hitam di langit seperti tidak ada habisnya.

"Scylla, menurutmu kenapa mereka sampai menyerang Dunia Astral?" tanya Kraken sambil terus mengayunkan tentakelnya dan menghancurkan para Skeletron.

"Entahlah! Tapi menurutku pasti ada hubungannya dengan apa yang sering terjadi di dunia manusia," jawab Scylla.

"Memang, aku juga berpikir seperti itu. Tapi, ini ... waktunya terlalu tiba-tiba. Jujur itu sangat mencurigakan, rasanya ada yang mengganjal," ucap Kraken.

Di saat mereka terus menghancurkan Skeletron yang berdatangan dari retakan hitam di langit, dari sana muncul satu Iblis dengan bentuk yang mereka tidak ketahui. Iblis itu terlihat berbeda dengan semua jenis iblis yang pernah ada.

Seluruh tubuhnya berwarna hitam, berbentuk humanoid. Sosok itu berdiri di udara menggunakan Mana gelap sebagai pijakan kedua kakinya, dan memiliki empat sayap di punggungnya. Makhluk tersebut memegang sebuah tombak trisula berwarna merah darah keseluruhan. Meski ukurannya tidak jauh lebih besar dari ukuran manusia dewasa, tetapi hawa dan tekanan mengerikan terpancar kuat dari Iblis itu.

Sosok itu melihat ke bawah, memberikan tatapan mata merah menyala dan membuat mereka berdua merinding. Vil yang bersembunyi di balik salah satu tentakel Kraken merasakan hawa mengerikan tersebut, tubuhnya tidak berhenti menggigil ketakutan. Sosok Iblis itu bagaikan teror berjalan di hadapan para makhluk yang terlalu terbiasa dengan kedamaian itu.

Sambil berdiri tegak di udara, bulan sabit yang berada di belakangnya mulai terlihat seperti berubah memerah karena aura mengerikan yang terpancar darinya. Makhluk tersebut mengangkat tombaknya ke atas, lalu melemparkannya ke arah laut dengan mata tombak menghadap ke bawah.

Sesaat sebelum tombak tersebut menyentuh permukaan air, tombak trisula itu berhenti dan mulai berputar lalu mengurai bentuknya menjadi seperti pita berwarna merah.

Pita tersebut langsung menghilang masuk ke dalam air. Mereka berdua yang melihat hal tersebut merasakan sesuatu yang sangat tidak beres, dan hanya bisa terdiam tanpa berani menyerang. Merasakan kesunyian yang tidak biasa, Vil mengintip dari balik salah satu tentakel Kraken. Saat itu, mata Iblis Hitam itu bertemu dengan Vil.

"Hii!" Merasakan hawa dingin dan mengerikan dari sorot mata itu, Vil langsung bersembunyi kembali.

Tombak trisula yang berubah bentuknya menjadi pita merah tersebut muncul ke permukaan kembali dan mulai memadat menjadi sebuah lingkaran berwarna merah, lalu berubah bentuk kembali dengan sangat cepat dari lingkaran, balok, kubus, prisma, balok, kubus, lingkaran, kubus, balok, dan terus berubah bentuk. Setiap kali berubah bentuk, benda itu mengeluarkan suara benturan logam yang kencang.

Berhenti pada bentuk kerucut, bagian lancipnya mengarah ke Kraken. Sebelum Roh Tingkat Atas tersebut menyadarinya, itu sudah terlambat. Sebuah sihir energi panas dengan tekanan tinggi ditembakkan dari ujung kerucut yang ukurannya tidak lebih dari dua meter tersebut.

Sreeeks!! Crat!

Tiga tentakelnya langsung terpotong oleh cahaya merah yang ditambakkan. Itu seperti laser bersuhu tinggi yang bisa memotong apapun dengan sangat cepat, bahkan saking cepatnya Kraken tidak sadar bahwa dirinya diserang sebelum melihat ketiga tentakelnya terputus.

Kecepatannya sangat luar biasa, begitu juga daya hancurnya. Daratan yang berada di belakang Kraken sampai hancur dan menimbulkan kerusakan yang tidak bisa dianggap remeh. Tebing runtuh, daerah hutan terbakar dan permukaan air mulai bergelombang kencang saat serangan itu dilancarkan.

Insting para Roh Tingkat Atas tersebut mengatakan bahwa iblis itu bukanlah lawan yang bisa dikalahkan mereka. Mengganti prioritas dari menghancurkan iblis itu menjadi untuk melarikan diri, Kraken dan Scylla saling menatap satu sama lain dan saling menganggukkan kepala mereka.

Tujuan mereka sama, mereka berdua paham kalau kemungkinan bisa melarikan dengan selamat diri dari Iblis itu hampir tidak ada. Dengan memprioritaskan penguasa mereka dan masa depan mereka, Kraken dan Scylla mengutamakan keselamatan Vil apapun risikonya.

Tanpa persetujuan dari Vil sendiri, Kraken langsung mengangkat tubuh Roh Agung tersebut. "K-Kraken? Apa yang kau—?" ucap Vil dengan panik.

Tanpa memedulikan pendapatnya, Kraken langsung melempar tubuh Vil ke arah daratan dengan sekuat tenaganya, sambil berharap salah satu Roh Agung dari daratan menemukan Roh Agung polos tersebut.

"Aaaah!?"

Tubuh Vil melayang sejauh puluhan kilometer dan akhirnya jatuh ke daerah sekitar Hutan di tempat Pohon Suci berada. Saat akan mendarat dan membentur permukaan tanah, Vil menggunakan sihir air untuk mengurangi kecepatan dan benturan.

Ia lekas berdiri, melihat ke arah utara dengan panik dan cemas. Cahaya terang bersama suara ledakan terdengar kencang, membuat daratan berguncang kencang. Selang beberapa detik kemudian, bagian bawah tubuh Scylla yang berupa kepala anjing melayang jatuh tidak jauh dari tempat Vil berdiri. Kepala anjing raksasa yang masih berkedut-kedut itu mendarat pada salah satu pohon besar, darah dari potongan tubuh sahabatnya itu berceceran dan sebagian membasahi Vil.

Tubuh Roh Agung bermata keemasan itu langsung lemas, pikirannya dipenuhi dengan hal negatif. Untuk pertama kalinya ia merasakan teror yang membuatnya tidak berhenti gemetaran. Vil sangat terpukul atas apa yang ia lihat. Pikirannya menjadi kosong dan penuh dengan penyesalan beserta amarah yang meluap-luap.

"Kalau saja ia tidak menukar bagian tubuh duyung miliknya dengan kedua kaki, pasti ia dapat membantu kedua sahabatnya tersebut," perasaan menyesal seperti itu menguasai dan terngiang dalam benak. Berapa menit berselang, dari langit datang hujan beberapa bagian tubuh dari kedua sahabatnya. Tentakel, kepala anjing, dan beberapa daging berukuran kecil serta darah segar berjatuhan dari langit layaknya sebuah hujan deras.

Beberapa daging tersebut ada yang menghujani tubuh Vil sampai ia terlihat sangat merah oleh darah.

"AAAAKKKKHHHH!!!!"

Pikirannya menjadi kacau akan semuanya. Kemarahan, kesedihan, dendam, rasa ingin membunuh, semua itu bercampur aduk. Menganga dan menjerit sekuat tenaga, di bawah langit gelap. Tetapi saat merasakan pancaran mengerikan milik Iblis yang jaraknya sangat jauh dari tempatnya berada, Vil langsung teringat sorot mata dingin dan mengerikan Iblis Hitam. Dirinya hanya bisa meringkuk dalam ketakutan, sendirian di tengah hutan yang berubah merah oleh darah dan daging.

Saat Vil mendongak ke atas dengan tatapan wajah kosong, para Roh dari berbagai tempat di Dunia Astral terbang menuju Iblis itu berada, ke tempat monster yang bahkan tidak perlu bergerak dari tempatnya saja bisa mengalahkan dua Roh Tingkat Atas dengan mudah.

Dengan pandangan gelap, Vil hanya terdiam duduk di antara rerumputan yang berlumur darah segar.

Ia seakan kehilangan tujuan hidupnya.

Hatinya hancur.

Dan ... keputusasaan memenuhinya.

Putus asa akan segalanya.

Sesekali terdengar suara ledakan dan jeritan dari roh-roh.

Satu persatu mereka gugur.

Baik yang berada di udara maupun yang berada di darat.

Shees ...!

Di tengah kekacauan yang ada, terdengar suara aneh beserta kilatan cahaya yang terlihat tidak jauh dari tempat Vil terduduk. Sumber cahaya tersebut adalah Altar Gerbang yang menghubungkan Dunia Astral dengan Dunia Nyata. Dari sana keluar empat orang dengan aura sihir yang kuat.

Satu di antara mereka adalah seorang wanita berambut pirang yang terlihat seperti Ahli Sihir, Ia membawa tongkat besi berwarna keemasan yang penuh dengan ukiran huruf Rune. Wanita tersebut mengenakan sebuah jubah sihir untuk mengusir para Roh Tingkat Rendah yang mengganggu aliran sihir eksternal, dan sebuah medali penstabil keberadaan makhluk Dunia Nyata di Dunia Astral.

Di samping wanita rambut pirang panjang sepinggang itu, berdiri seorang pria kekar rambut kucir panjang keabu-abuan. Pria itu membawa sebuah pedang dengan sarung pedang memiliki susunan kristal tujuh warna. Ia juga mengenakan alat-alat yang tidak jauh berbeda dengan wanita berambut pirang, dan juga mengenakan kalung medali.

Dua orang di belakang mereka adalah Demi-human dari jenis Huli Jing dan Nekomata. Mereka mengenakan jubah yang warnanya sama dengan warna rambut, cokelat kehitaman dan perak. Kedua orang itu tidak membawa senjata, tetapi pada lengan kanan mereka terdapat gelang dengan ukiran Rune dan kristal berwarna hijau.

Mereka adalah Mavis, Dart, Fiola, dan Julia, anggota Party Pembasmi Iblis yang dulu sering berkeliling benua Michigan untuk membantai para iblis.

"Wah, kacau sekali. Sepertinya kita terlambat," ucap pria rambut kucir tersebut.

"Hmm, tidak ada yang menyalahkan kita kalau terlambat. Sayangku, asal kita bisa mengalahkan Iblis yang tersasar itu sebelum menghancurkan Dunia Astral ini, itu sudah cukup untuk kita," ucap penyihir.

Kedua orang itu mulai berbicara satu sama lain tanpa memedulikan sekitar tempat mereka yang sangat kacau dengan darah dan potongan daging.

"Ah, ternyata ada orang ...." Pria itu melihat ke Vil.

"Kalau urusan wanita kamu memang selalu cepat, Dart ....?" Mavis menatap datar suaminya itu. Sedikit memalingkan pandangan, Dart menggaruk belakang kepala dan mulai beralasan, "Tidak, tidak, tidak, tolong jangan marah lagi dong .... Kita sudah bisa mengakses Altar Gerbang Dunia Astral untuk mengejar iblis itu, jadi jangan marah lagi, Mavis." Pria itu melangkah mundur dan menjauh dari istrinya.

Sekilas wanita rambut pirang itu melirik ke arah Vil. Dengan tatapan mata biru cerahnya, sesaat Roh Agung Laut Utara tersebut terkagum. Mata Mavis sangat tajam dan menawan, seakan ada sesuatu yang misterius dan memikat dalam dirinya.

"Dia Roh Agung beratribut air .... Kenapa ada di daratan? Yah, bukan waktunya untuk mencari tahu hal itu ...." Mavis berjalan menghampiri Vil yang terduduk lemas di atas rumput penuh darah dan potongan daging. Seraya berlutut di depannya dan tidak memedulikan gaun biru dan jubahnya kotor, Mavis bertanya, "Bisakah engkau memberitahu tempat di mana kami bisa menemukan Iblis dengan warna kulit hitam pekat?"

Saat Vil menatap matanya, tanpa disadari mulutnya bergerak sendiri dan menjawab pertanyaan yang diajukan wanita berambut pirang tersebut. Vil memberitahukan semua, apa yang terjadi dan di mana letak iblis yang mereka cari .

"Begitu yah, sungguh disayangkan ...." Mavis mengangguk setelah mendengar penjelasan. Ia berdiri, lalu berbalik melihat ke arah suaminya. Tatapannya terlihat sedih, paham kalau mereka datang terlambat untuk mencegah tragedi seperti apa yang pernah terjadi di Kota Gahon terulang kembali.

"Ayo kita pergi ...." Mavis berjalan ke arah Dart dan yang lainnya. Seraya menggenggam medali kayu yang dikalungkan, Ia merapalkan mantra untuk memanipulasi dimensi Dunia Astral yang labil untuk melakukan perpindahan tempat. Cahaya mulai keluar dari tubuh jubah yang dikenakan mereka berempat.

Melihat itu, tiba-tiba Vil bangun dan langsung memegang jubah berwarna kecokelatan yang dikenakan Mavis. Wanita itu menoleh melihatnya. Tatapan Vil terasa sangat menyedihkan, terutama untuk Roh Agung yang terkenal dengan keagungannya.

"To-Tolong bawa aku juga!" pinta Vil.

Melihat tatapan mata yang sangat menyedihkan itu, keempat orang itu kurang lebih memahami apa yang telah terjadi padanya. Mereka tahu tatapan penuh dengan kebencian dan ketidakberdayaan itu, mereka sudah sering melihatnya. Tanpa berkata apa-apa, penyihir itu mengangguk dan setuju untuk membawa Vil berpindah langsung ke tempat iblis hitam itu berada.

Alasan penyihir itu membawa Vil ada tiga.

Pertama, karena sihir perpindahan butuh membayangkan tempat, keberadaan penghuni Dunia Astral juga bisa digunakan untuk menyeimbangkan sihir. Kedua, karena sekilas Mavis menemukan sesuatu yang dirinya cari di Dunia Astral, yaitu Tongkat Veränderung. Untuk alasan terakhir, Mavis membawanya hanya karena rasa iba belaka. Melihat sorot mata Roh Agung tersebut, wanita itu merasakan sebuah kemiripan dengannya.

Nächstes Kapitel