webnovel

Pelatihan Binal Siswi Unggulan VIII

("Badanku yang sudah sangat sensitif.... Waktu dipermainkan, rasanya sungguh nikmat.... Hatiku sekarang sudah penuh dengan perasaan bahagia.... Ahhh..... Aku tidak bisa berpikir apa – apa lagi.... Kenikmatan ini telah membanjiri pikiranku.... Payudaraku.... Pentilku.... Vaginakuu.... Klitorisku.... Pantatkuuu.... Semuanya berasa nikmat tiada taranya...")

Sarah benar – benar menikmati permainan cinta Wiradhi. Tubuhnya yang panas dan sexy terlihat begitu indah berkilau dibasahi oleh keringat yang membanjiri sekujur badannya. Pinggulnya yang menggoda turut bergoyang mengikuti gerakan pinggul sang lelaki. Sementara pinggangnya yang ramping pun turut berdansa dengan gerakan yang sangat erotis dipandu oleh gelombang – gelombang kenikmatan yang dimainkan oleh simfoni tangan sang lelaki yang mempermainkan vagina dan payudaranya.

Sarah merasakan kenikkamatan yang sungguh luar biasa dan tak pernah terbayangkan sebelumnya. Gairah hasrat nafsu nya terus naik hingga memuncak di ubun – ubun. Sebentar lagi.... Tinggal sedikit lagi maka sang gadis akan kembali muncrat dengan pantat, payudara dan vagina nya yang acak – acakan dipermainkan oleh sang lelaki.

Namun Wiradhi sepertinya bermaksud lain. Tepat sebelum Sarah akan melonjak dalam puncak kenikmatan duniawi yang akan dialaminya, sang lelaki yang sedari tadi mempermainkan setiap bagian sensitif di sekujur tubuh sang gadis tiba – tiba berhenti. Ya, Wiradhi tiba – tiba menghentikan gerakan pinggul dan tangannya, membuat Sarah terjebak dalam pergolakan batin yang hebat bagaikan tahanan yang sedang dirantai melihat segelas air dingin setelah dia dijemur seharian di bawah terik matahari.

("Aaaahhh.... Kenapa....? Kenapa kamu berhenti lagi....? Padahal aku sudah hampir muncrat.... Mau keluar tapi tidak bisa.... Sensasi nyaris begini benar – benar membuatku merasa gila.... Wiradhi.... Kumohon.... Berhenti mempermainkan diriku..... Buat aku keluar.... Keluar.... Keluar..... Ayo.... Kumohon....") Sarah membelalakkan matanya dan menolehkan wajahnya ke belakang, menatap dalam – dalam kedua bola mata Wiradhi yang memantulkan bayangan wajah sang gadis di dalamnya dengan pandangan penuh harap.

Tanpa berkata sepatah kata pun, sang gadis yang tengah menghadapi pergolakan batin yang sangat dahsyat bagaikan Perang Dunia Ketiga di dalam lubuk hatinya terus memandangi sang lelaki yang telah mempermainkan jiwa dan raganya dengan tatapan haus penuh akan hawa nafsu.... Sang lelaki sendiri balas memandangi nya tanpa mengeluarkan kata – kata dan hanya memberi sang gadis senyuman khasnya yang terlihat begitu nakal dan penuh keisengan. Sarah tak tahu harus berbuat apa.... Dirinya hanya bisa membatin di dalam hati, tidak berani mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya yang sudah tertutupi oleh kabut hasrat dan hawa nafsu....

("Aku sudah dibuat olehnya berkeringat di sekujur tubuhku... Dia juga telah membuat diriku mengeluarkan teriakan – teriakan nakal yang tak pernah kubayangkan akan kudengar keluar dari mulutku sendiri sendiri... Entah sudah berapa kali dia membuat selangkanganku becek membanjir merembes kemana – mana... Wiradhi... Kau sudah membuat diriku tenggelam dalam nikmat di telan gelombang hawa nafsu... Setiap bagian tubuhku sudah benar – benar sensitif. Diriku benar – benar sudah sangat terangsang sexarang.")

Dengan perlahan, Sarah mulai mengangkat tangan kanannya dan merangkul leher Wiradhi. Untuk pertama kalinya dan atas inisiatif sang gadis sendiri, Sarah mendekatkan wajahnya yang sudah terlihat begitu merangsang dengan kecantikannya yang telah diwarnai oleh rona merah yang menggugah hasrat dan nafasnya yang memburu dibakar oleh api nafsu. Sarah mulai menciumi bibir Wiradhi dan lidahnya yang lembut menyusup masuk ke dalam mulut sang lelaki, mengajak lidah mereka untuk saling bergumul kembali dengan penuh gairah.

Wiradhi dengan tersenyum membelai –belai rambut Sarah yang terasa lembut bagaikan sutra persia, sebelum kembali menurunkan tangan kanannya untuk mengelus dan meremas payudaranya yang indah dan ranum, memijit ujung putingnya hingga sang gadis mengeluarkan desahan penuh nikmat yang tidak menghentikan usahanya mengulum lidah sang lelaki di dalam mulutnya yang hangat dan basah. Tatapan mata Sarah begitu melumer bagaikan coklat yang telah meleleh, memandang kedua mata sang lelaki dengan penuh suka cita. Inilah kebahagiaan sejati seorang wanita. Sesuatu yang terukir sangat dalam pada struktur genetiknya. Sebuah insting yang telah ada dan tetap bertahan sejak jaman purbakala hingga sekarang.

Tangan kiri Sarah bergerak ke bawah, memegangi tangan kiri Wiradhi yang masih terdiam di selangkangan sang gadis dan mengarahkannya ke arah lubang cintanya. Jari – jemari sang lelaki perlahan kembali aktif bergerak mempermainkan klitoris dan bibir vagina sang perawan.

Pinggul Sarah juga perlahan mulai bergerak – gerak dan bergoyang dengan sendirinya, seolah mencoba melanjutkan gerakan memompa sang lelaki yang telah berhenti. Otot – otot di lubang pantat Sarah tak berhenti berkedut –kedut berusaha untuk mencengkeram dan memijat – mijat misil Iskandar yang masih memancarkan panas yang menggetarkan seisi perut sang gadis dengan ukurannya yang belum mengecil hingga sekarang. Malahan setiap denyutan pantat sang gadis seolah mengirimkan sinyal kepada misil yang telah tertanam jauh menghujam ke dalam perutnya dan membuatnya semakin membesar dari waktu ke waktu, bagaikan bom yang sebentar lagi siap meledak kapan saja.

Tapi disadari oleh sang gadis, dirinya dengan begitu bersemangat telah memulai inisiatif nya sendiri untuk melanjutkan tarian erotis mereka berdua yang sebelumnya sempat terhenti sejenak. Dengan Bibir mereka saling Berciuman, Payudara dan Puting Sarah yang diaduk dan diremas oleh tangan Wiradhi bagaikan adonan kue, Vagina dan Klitoris sang perawan yang dipermainkan oleh jari – jemari sang lelaki dan Pinggul serta Selangkangan mereka berdua yang saling beradu dengan Penis dan Pantat mereka yang saling bergesekan satu sama lain, kedua insan yang telah bersatu tubuh itu melanjutkan simfoni penuh nafsu mereka....

("AAaaahhhhhh..... Inilah yang aku inginkan sedari taddi..... Aaakkkkhhhhh.... Aku tidak tahan lagi.....!!!!!") Sarah yang telah menjadi begitu sensitif di seluruh tubuhnya tak perlu menunggu waktu lama lagi sebelum akhirnya dirinya kembali mengalami klimaks yang begitu dahsyat menghantam sekujur badannya.

Wiradhi pun juga mengalami hal yang sama. Dengan satu hentakan keras, dihujamkannya misil iskandarnya yang telah berkembang menjadi begitu besar dan panas. Dengan brutal ditembakkannya seluruh isi muatan yang dibawa oleh misilnya hingga Sarah merasa perutnya seperti sedang meleleh karena telah dipenuhi oleh magma panas yang semakin membawa klimaks yang telah diraihnya ke tingkat yang lebih tinggi. Tak hanya pantat dan perutnya, klitoris dan puting susunya yang sedang dicubit dan lidah sang gadis yang sedang dihisap dengan sepenuh tenaga oleh sang lelaki membuat sensasi nikmat yang mengacak – acak jiwa dan raga sang siswi ungulan semakin menjadi – jadi, membawa kesadarannya ke ranah yang belum pernah dibayangkan oleh dirinya sebelumnya.

("HHHhnnnnnggghhhhh!!!!! AAAahhhhhhh....!!!! Aaaahhhhh!!!! Aaaahhhhnnnn,.....!!!!! AAAAaahhhhhhh...!!!!!") Dengan raungan keras penuh hawa nafsu, Sarah melepaskan ciumannya dan berteriak sekuat tenaga dengan nafas yang panas seolah ingin menandingi kobaran api nafsu yang telah membakar segenap jiwa dan raganya.

Wiradhi pun tak mau kalah, dipeluknya erat tubuh gemulai Sarah yang sedang mengalami kejang dan bergetar dengan hebat di atas pangkuannya sambil terus menembakkan muatan misilnya seolah ingin memenuhi perut sang gadis. Tangan kirinya meremas kuat – kuat vagina sang perawan sementara tangan kanannya dengan sadis menarik kedua puting susu sang gadis hingga ke ujung. Mulutnya dengan penuh nafsu kembali menyambar bibir Sarah dan diberikannya ciuman yang sangat dalam seolah ingin mencuri setiap hembusan nafas sang gadis yang wajah cantik jelitanya kini menunjukkan ekspresi ahegao yang mampu menuat para Bintang JAV Profesional merasa minder akibat perbedaan level kebejatan ekspresi mereka yang begitu jauh.

("Dari situ.... Kami tidak tahu lagi berapa lama waktu telah berlalu...") Hal yang serupa terlintas di benak mereka masing – masing. Ya, untuk sesaat, Wiradhi dan Sarah benar – benar telah menjadi satu baik dalam jiwa maupun raga. Walaupun hal itu hanya berlangsung selama tempo yang sangat singkat, hanya untuk sekejap mata saja. Namun mereka benar – benar memikirkan hal yang sama dan merasakan perasaan yang sama saat jiwa dan raga mereka menyatu, menyublim dalam kenikmatan hasrat gairah nafsu yang bergelora....

Nächstes Kapitel