webnovel

Batu Pemikat - Bagian 1

Redakteur: AL_Squad

Hari berlalu sejak Katie melihat Alexander mencium wanita yang lain dan dia telah berusaha untuk melupakan semua pikirannya tentang pria itu.

Suatu sore, Katie sedang membantu Dorthy dengan menggantungkan baju-baju yang telah di cuci di belakang istana.

Dorthy memperhatikan Katie dari jauh saat gadis itu mengambil sebuah gaun dan menggantungkannya di sebuah tali dengan pandangan menerawang. Bukannya menggantung baju itu di atas tali, dia melihat temannya itu menggantung gaun itu di udara sebelum menyadari apa yang dilakukannya. Kelihatannya teman nya itu telah berkelakuan aneh sejak pagi hari, tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Apa terjadi sesuatu padanya?" Corey bertanya kepada Dorthy saat mereka bekerja di dapur.

"Aku tidak tahu. Mungkin dia ditegur oleh Martin oleh karena terlambat," Dorthy berbisik padanya, "kau tahu pria itu bisa sangat menakutkan."

"Bagaimana jika kita pergi keluar dan mengunjungi desa malam ini? Karnival akan berakhir besok," Corey menyarankan ketika melihat Katie meremas adonan roti dengan dua tangannya.

"Karnival ada di sini!" mata Dorthy bersinar tetapi kekhawatiran terpancar di matanya, "Mereka akan menutup karnival ketika kita sampai di sana."

"Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu. Karnival akan tetap dibuka sampai jam sebelas malam. Jika kita pergi dari sini jam 9 maka kita masih mempunyai waktu untuk melihat apa yang mereka lakukan," jawab Corey sambil mengangkat ibu jarinya.

Katie mencuci tangannya dan membawa pakaian Alexander ke kamarnya. Dia bertemu dengan Cyntia di tangga dan tersenyum sebelum melanjutkan perjalannya.

Dia membuka pintu lemari baju Alexander dan meletakan bajunya di dalam lemari.

Pemandangan itu seharusnya tidak membuat kesal, tetapi dia merasa kesal walaupun dia tahu bahwa perasaannya tidaklah benar.

Raja selalu tertarik pada mereka yang mempunyai status yang tinggi. Jelas terlihat bahwa dia mencari wanita yang sepadan dengan statusnya. Dan dia hanyalah satu dari begitu banyak wanita yang tertarik oleh raja.

Dia telah melindunginya, menyediakan atap di atas kepalanya dan bicara dengan begitu baik kepadanya tetapi bukan berarti dia akan jatuh cinta padanya. Dia tidak menarik seperti kanvas putih dan seorang manusia.

Waktu untuk kehidupan adalah hal yang menipu. Manusia melahirkan dan mati ketika waktu mereka tiba, tidak seperti vampire yang bisa hidup lebih lama. Bahkan vampir berdarah murni bisa hidup lebih lama daripada vampir biasa.

Raja Valerian telah berhenti mengunjunginya sejak dia tinggal dengan saudaranya. Kenyataannya adalah dia telah berhenti mengunjunginya ketika dia masih anak kecil. Elliot adalah salah satu orang yang memastikan melihat dan memastikan bahwa gadis itu tumbuh dengan baik dan menumbuhkan perasaan seperti seorang ayah. Ketika Elliot membawa potret Katie kepada Sylvia di waktu itulah Alexander melihat secara sepintas bahwa Katie telah bertumbuh menjadi seorang gadis berumur 17 tahun,

Katie sangat merindukan keluarganya, terutama bibinya. Wanita itu telah menjawab segala pertanyaannya saat dia bertumbuh, mengambil peran sebagai ibunya.

Dia ingin melihat mereka dan telah mengatakan rencananya kepada Martin. Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk meninggalkan kamarnya, seseorang mengetuk pintunya.

"Silahkan masuk," Katie menjawab dan Dorthy masuk sesudah berganti pakaian.

"Kemana kau akan pergi?" Dorthy bingung ketika dia melihat Katie.

"Aku ingin pergi ke pemakaman."

"Jam begini?"

Katie mengangguk, "Apa kau akan pergi keluar juga?"

"Sebenarnya iya. Corey dan beberapa dari kami akan pergi ke karnival dan tempatnya tidak begitu jauh," Dorthy berhenti sebelum dia melanjutkan, "Pemakaman di arah yang sama. Kami bisa menunggumu dan pergi bersama-sama ke karnival."

"Baiklah kalau begitu," Katie menjawab dan keduanya keluar untuk menemui teman-teman mereka untuk pergi bersama-sama.

Sesampainya di pemakaman, Katie pergi sendirian untuk mengunjungi keluarganya sementara yang lainnya menunggunya di luar.

Raja Valeria telah mengambil tanggung jawab dengan memberikan tempat bagi keluarganya. Kedua orang tuanya dan paman bibinya dimakamkan berdekatan.

Setelah mengunjungi kuburan saudaranya, dia bertelut untuk membersihkan dedaunan dari kuburan orang tuanya dan meletakan sebuah bunga lily di masing-masing makam. Dia tidak mempunyai ingatan kecuali tentang kejadian yang terjadi 12 tahun yang lalu. Hal itu masih saja menghantuinya, membuatnya kesulitan tidur di malam hari.

"Mama," Dia berbisik, "Aku harap kau baik-baik saja dimanapun kau berada…aku merindukanmu," dia menceritakan tentang kehidupannya di istana dan tentang teater yang dikunjunginya.

Angin bertiup di hutan dan dia menatap ke arah hutan sementara dia kembali berjalan menuju kereta. Mereka menaiki kereta tua yang digunakan oleh para pekerja. Kereta itu cukup besar hingga bisa menampung 6 orang di dalamnya.

Selain Katherine, di dalam kereta ada Corey, Dorthy, Matilda, Chynthia dan Fay. Perjalanan mereka begitu singkat tapi menyenangkan. Katie hanya mendengarkan sementara Matilda kelihatannya tidak tertarik pada pembicaraan yang terjadi dan hanya menatap ke luar kereta. Dan Katie bermain dengan sepotong kayu yang dipungutnya di pemakaman.

"Aku menyimpan uang sehingga aku bisa membeli sesuatu di karnival nanti," Fay berkata dengan bangga. Matanya sipit dan rambutnya lurus sebahu.

"Aku membeli ini tahun lalu," Chynthia menunjukan sebuah gelang yang di pakainya, gelang itu terlihat terbuat dari emas dengan batu yang indah.

"Wahh! Berapa harganya?" Dorthy bertanya.

"Gajiku selama dua bulan," Chynthia tersenyum membuat Matilda memutar bola matanya di sudut kereta.

Katie tidak tahu apa yang diharapkannya di Karnival kerajaan Valerian. Dia pergi dengan bibinya ketika dia tinggal di desa tetapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Carnival di adakan di sore menjelang malam dengan menutup semua toko. Para pelancong yang melewati desanya selalu menceritakan cerita tentang bagaimana meriahnya semua karnival yang di adakan di kota tempat para vampir.

Ketika sampai di tempat tujuan Cynthia dan Fay berjalan didepan sementara Corey mengatakan bahwa dia akan menemui seorang teman meninggalkan Katie, Matilda dan Dorthy.

Karnival di adakan dekat hutan dengan lentera yang digantung di mana-mana membuat batasan cahaya. Terlihat seperti festival musiman. Pria, wanita dan anak-anak berkerumunan di setiap toko untuk melihat barang-barang yang ditawarkan.

"Ayolah, kau tidak bisa mengatakan hal seperti itu. Aku akan mengambilnya jika kau memberikan harga yang lebih murah," Katie mendengar seorang wanita berargumentasi.

"Ayah, ke sini! Ada boneka beruang besar di sini. Kita bisa membelinya!" Seorang anak laki-laki menarik jubah ayahnya. Ayah anak laki-laki itu adalah seorang vampir dengan kulit putih dan pakaian coklat yang dipakainya. Rambutnya yang berminyak disisir kebelakang dengan gaya lama.

"Tidak sekarang Benny," Ayahnya berkata sebelum kembali berbincang dengan pria di depannya.

"Tetapi kita tidak punya beruang," Anak kecil itu merengek sebelum mengerutkan pipinya.

Di sudut festival dia melihat seorang wanita menjual kupu-kupu di dalam kotak kaca terbang meninggalkan sependar cahaya. Disampingnya ada sebuah toko minuman dan Matilda pergi ke tempat itu untuk membeli sebotol anggur dan sebotol brandy dengan alasan bahwa itu lebih murah daripada yang di jual di kota.

Mereka berhenti di toko pakaian untuk Dorthy, dia membeli beberapa potong pakaian setelah dia melakukan tawar menawar selama 12 menit.

Ketika Katie berjalan lebih jauh, matanya melihat sebuah tenda kecil dengan seorang wanita dan pria duduk seperti boneka yang dipajang. Pria itu mengenakan pakaian yang jauh lebih baik daripada wanita tersebut.

"Aku tidak menyangka bahwa karnival seperti ini," Katie berkata dengan pelan. Pria yang duduk di dalam tenda itu menatap Katie dan memberikan kedipan kepadanya, terkejut dia memalingkan matanya dengan mata terbelalak.

"Kau akan lebih terkejut dengan apa yang karnival ini tawarkan nanti," Jawab Matilda sambil melanjutkan perjalanan mereka, "Ini adalah tempat dimana orang yang salah menemukan benda atau orang yang akan mereka tipu sehingga mari kita menjauh dari orang-orang seperti itu."

"Ketika kau mengatakan tipuan, apakah yang kau maksudkan adalah tipuan sihir?" tanya Katie.

"Ya, bahkan ada resiko perbudakan di mana mereka akan dikirim ke daerah yang lain."

Corey datang sejam kemudian dan bergabung dengan mereka untuk melihat-lihat toko-toko yang ada. Tidak lama kemudian Dorthy menyeretnya untuk mengunjungi sebuah toko dan menunjukan-nya tentang sesuatu.

Katie terus berjalan dengan Matilda dan melihat sebuah toko kecil dengan sepasang pengunjung yang sedang melihat-lihat barang yang sedang dijual, sementara yang menjaga toko tidak kelihatan. Dia berjalan dan melihat bahwa toko itu menjual aksesoris. Di tempat itu di pajang gelang, cincin, kalung, liontin dan beberapa barang yang tidak diketahuinya.

Dia mengambil sebuah liontin yang di pajang dan mengamatinya.

Liontin itu terbuat dari sebuah batu berwarna biru dengan rangkaian emas dan beberapa batu pucat. Walaupun dia pernah menemukan satu liontin seperti ini, tetapi liontin ini terlihat berbeda. Dia memperhatikan lebih dekat, sesuatu bergerak di dalam batu itu secara ajaib. Aneh, pikirnya.

"Itu adalah batu pemikat," seorang pria tua muncul dari belakang meja dengan rambutnya panjang menutupi sebagian dari wajahnya seperti tirai, "Maukah kau membeli satu buah?"

"Berapa harganya?" Katie bertanya pada pria itu.

"Biasanya aku akan menjualnya dengan harga yang mahal, tetapi untuk saat ini aku akan menjualnya dengan harga yang murah. Harganya adalah 39 koin emas," ujarnya sambil mengatur barang-barang di sekitarnya.

Katie dan Matilda saling berpandangan ketika dia menyebutkan harga liontin itu. Hanya orang kaya yang dapat membeli benda itu dengan harga 39 koin emas.

"Orang tua, apa kau bercanda?" Matilda menyipitkan matanya penuh tanda tanya.

"Hmm," pria tua itu berpikir sebentar sebelum melihat ke arah Katie dan bicara, "Bagaimana dengan ini, aku siap menukarkan barang itu dengan benda yang kau punya. Jangan salah paham. Aku bicara tentang rantai yang ada di lehermu."

"Ini?" Katie menarik kalung yang dipakainya dan menunjukan sebuah salib perak dengan batu kecil yang terletak di tengah-tengah salib itu. Dia selalu menyimpan kalung itu di bawah bajunya tetapi dia penasaran bagaimana orang tua itu tau tentang kalung yang di pakainya.

"Benda itu. Hal itu seimbang atau kau harus membelikanku sebuah jiwa. Aku bisa melihat bahwa benda itu dimaksudkan untukmu," pria tua itu berkata sambil mencondongkan badannya ke depan.

"Kau lihat itu?" Pasangan yang berada di toko kecil itu berkata sambil melihat ke arah kalung salib itu.

"Ya, dan melihat cara berpakaiannya, aku berani bertaruh bahwa dia mencurinya," Pria itu berbisik tetapi Katie dan yang lainnya dapat mendengarnya.

"Permisi, tuan yang baik," Katie membalikan badannya untuk bicara dengan pria itu, "Apa kau mengenalku?"

"Apa? Tidak, aku tidak mengenalmu," Pria itu menjawab dengan hati-hati.

"Kalau begitu bisakah aku bertanya, bagaimana anda bisa mengatakan bahwa aku mencuri barang ini saat kau tidak mengenal siapa aku?" Dia bertanya sambil mengangkat kening dan dagunya.

"Apakah dia putri seorang bangsawan?" teman pria itu bertanya dengan khawatir.

"Tentu saja dia bukan anak seorang bangsawan. Lihat bajunya yang sobek," pria itu berkata dengan sombong.

"Jadi jika kami merobek pakaian yang kau kenakan, maka kau akan menjadi pencuri yang lebih besar dengan wajah seperti itu," Katie menjawab membuat pria itu menjadi marah. Percakapan mereka membuat sebuah kerumunan

"B-Betapa beraninya kau. Kau mempunyai sifat dari," Pria itu membuka mulutnya tetapi Katie memotong kata-katanya.

"Aku mempunyai sifat yang lebih baik dari dirimu. Untuk seseorang yang menghakimi seseorang dari caranya berpakaian, kau tidak punya hak untuk bicara seperti itu. Kau adalah pria dengan pemikiran sempit," Katie melipat tangannya.

"Mari kita lihat siapa yang bodoh sekarang," pria itu menarik tangannya dan gigi taringnya menjadi lebih panjang.

"Sudah cukup."

Katie mendengar suara yang tidak asing baginya dan membalikan badannya ke sumber suara itu. Dia melihat Elliot dan Sylvia dengan terkejut dan yang lebih mengejutkan lagi adalah lord Valeria berdiri dengan pandangan suram di wajahnya.

Nächstes Kapitel