webnovel

Bertemu Teman Lama

Pengunjung restoran tidak seberapa ramai, mungkin karena malam sudah semakin larut. Bulan dan Dhany masih dengan kisahnya masing-masing. Namun Bulan menjadi tau bahwa pria yang saat ini tengah dekat dengannya sangat eazy going. Memiliki beberapa teman dekat wanita, bahkan terlalu dekat..

Bulan merasa seperti menggapai di udara kosong. Ia tidak terlalu yakin dapat beradaptasi dengan baik terhadap pemilik hati di hadapannya.

Tiba-tiba dari sudut pandangannya..Bulan menangkap beberapa sosok pria tinggi yang baru datang di pintu masuk. Mereka bersenda gurau sangat akrab dan sangat menarik perhatian pengunjung yang lain. Mereka berjalan masuk dan memilih meja dekat aquarium, tidak jauh dari meja Bulan dan Dhany. Pelayan segera menghampiri mereka dan mencatat semua pesanan mereka. Sepertinya mereka merayakan hari ulangtahun salah satu dari mereka. Dhany pun ikut memperhatikan mereka, dan merasa mengenal salah satunya.

"Oh, sepertinya aq mengenal salah satu dari mereka. Teman lama q di SMU dulu." Dhany berkata sembari mengambil sepotong besar lobster.

"Benarkah? Yang mana?" Bulan mengikuti arah pandangan Dhany.

"Yang memakai kemeja coklat tua bergaris.. Bulan..aq akan menyapanya sebentar. Kau tunggulah di sini." Dhany beranjak mendekati meja teman lamanya.

"Dhimas, kau kah itu?" Dhany menyapanya. "Dhany!..heeeii..apa kabar? Sama siapa ke sini?" Dhimas terlihat bersemangat menjabat tangan Dhany, teman lamanya.

"Yaa..aq baru saja pindah kerja di sini. Q bersama dia." Dhany menunjuk ke arah Bulan.

"Wheheeheey..apa kau sudah melepas masa lajang mu, teman lama q? Wanita yang cantik sekali..di mana kau mendapatkannya?" Dhimas terlihat terkejut mengira Dhany telah menikah.

" Hahaha..aq belum menikah. Kami berdua dekat, tetapi belum memutuskan ke arah sana. Masih tahap pendekatan. Kau sendiri, apa kabar? Apa kau juga masih betah melajang?" Dhany balik bertanya status lajang Dhimas.

" Ooh..dia baru saja patah hati." Salah satu teman Dhimas menyauti disambut gelak tawa yang lain.

"Yaaa..kenapa kalian ikut campur saja. Bisakah kalian hanya menjawab bahwa aq belum menemukan gadis impian q?" Dhimas protes pada teman-temannya yang makin membuat tawa teman-temannya.

" Dia sering dikecewakan para gadis. Mereka jatuh cinta hanya pada seragamnya saja."

"Yaaaa..kau ini..kau pun sama saja. Bukankah kau pun belum menemukan gadis impianmu?" Dhimas semakin kesal karena sedari tadi teman-temannya mengerjainya.

Gelak tawa makin terdengar dari meja mereka, menarik perhatian para pengunjung lain. Pria-pria menawan dalam satu meja terlihat sangat santai, hangat dan kompak antara satu dengan lainnya..membuat iri setiap mata yang memandangnya.

"Kemarilah, akan q kenalkan kau dengan Bulan. Jika kau beruntung, dia akan mengenalkan teman-teman wanitanya pada mu." Dhany berbaik hati pada Dhimas, mencoba membesarkan hati temannya.

" Oh, benarkah? Kau baik sekali..Lihatlah, tampaknya malam ini hadiah q sangat spesial, teman-teman." Dhimas tampak sangat bersemangat dan langsung berdiri mengikuti Dhany menuju meja Bulan.

Dhany, " Bulan..perkenalkan..ini Dhimas, teman satu kelas q waktu SMU dulu."

Dhimas, " Halo, Bulan..kami dulu favorit guru BP." Dhimas menjabat tangan Bulan, Bulan membelalakkan matanya karena informasi yang baru saja ia dengar.

Bulan, " Oh, benarkah? Masa SMU kalian pasti sangat seru sekali."

Dhany, " Yaaa..mengapa kau mengatakannya.. Masa lalu biarlah berlalu."

Dhimas, " Heei..dia harus tau masa muda mu dulu, sahabat q.. Dia sangat pandai memikat hati gadis-gadis di sekolah. Aq penasaran, kenapa dia masih melajang sampai hari ini?"

Dhany, " Yaaaa..cukup kau, dasar. Kembalilah ke habitat asalmu. Sana."

Dhimas, " Yaaa..kau bilang akan membantu q mendapat kenalan para gadis temannya Bulan. Kenapa aq diusir?"

Dhany, " Jika kau tidak menutup mulut mu, maka dia tidak akan q izinkan mengenalkan satu pun teman-teman cantik nya."

Dhimas, " Ok, baiklah..q akan diam sekarang."

Bulan, " Ada apa ini? Kesepakatan apa ini?" Bulan bergantian memandang Dhany dan Bulan..

Dhany, " Bulan..teman q ini kurang beruntung dengan kehidupan percintaannya..Baru saja dia patah hati. Apa kau ada seseorang yang kira-kira cocok dengannya? Kalau tidak ada pun tidak apa2. Tidak usah terlalu kau pikir kan."

Dhimas, " Yaaaa..kenapa setengah hati begitu? Bulan, apa kau tinggal di sini? Aq tidak pernah melihat mu sebelumnya."

Bulan, " Iya..q memang lebih sering di kota, q kuliah. Saat pulang pun aq jarang keluar rumah."

Dhimas, " Ooh..pantas saja..Kau tau..biasanya radar kami sangat sensitif atas keberadaan para gadis cantik di sini. Dan kami tidak pernah melihat mu. Di mana rumah mu?"

Bulan, " Di dekat rumah pribadi walikota."

Dhimas, " Apa kau bekerja?"

Dhany, " Dia punya boutique di tengah kota, dekat studio foto Hollywood."

Dhimas, " Benarkah? Apa kau punya koleksi untuk kami? Para pria kesepian? Kami sangat butuh referensi pakaian yang cocok dengan kami. Lihatlah penampilan kami, sangat menyedihkan."

Bulan, "Kalian semua sudah baik..yang kalian para pria butuhkan adalah penasihat cinta."

Dhany, "Hahahaaa..kau dengar itu? Kalian hanya payah dalam hubungan percintaan. Hahaha."

Bulan, "Termasuk kau, Dhany."

Dhimas, "Oooh..hahahaaa..kau benar sekali, Bulan. Heey..kau dengar itu, termasuk kau!"

Dhany, "Tapi, Bulan..aq tidak separah mereka bukan?"

Bulan, " Kau sama menyedihkannya dengan mereka."

Dhimas, " Yaa..kau dengar itu? Bulan..lain waktu apa q boleh pergi ke boutique mu?"

Dhany, " Mau apa kau? Kau tidak melihat q?"

Dhimas, " Yaa..aq ingin berkonsultasi dengannya..siapa tau dia berbaik hati mengenalkan q dengan teman-temannya. Kau tadi bilang begitu kan?"

Bulan, " Silahkan saja..di sini aq belum punya teman."

Dhimas, " Terimakasih, Bulan..Aq bergantung pada mu."

Dhany, " Yaa..ternyata kau sudah putus asa sekali."

Dhimas, " Yaa..diamlah kau."

Saat Dhimas kembali ke teman-temannya..Bulan memperhatikan..salah satu dari mereka berkaus hitam lengan panjang, dengan bagian tangannya ditarik ke bagian siku..walau ia membelakangi Bulan, tetapi potongan rambut dan pahatan rahangnya yang tegas saat ia menoleh..Bulan merasa familiar dengannya. Apakah itu dia?.. Bulan merasa hatinya mulai berdegup lebih cepat. Salah satu pria yang datang bersama Dhimas ..mungkinkah pria itu yang selama ini..

Bulan merasa tidak tenang. " Dhany, aq akan ke toilet sebentar." Bulan agak terburu-buru. " Dhany hanya mengangguk sembari mengambil potongan terakhir sapo tahu. Di dalam toilet, sebenarnya Bulan hanya menenangkan dirinya saja. Mengambil nafas panjang dan berusaha mengingat-ingat kembali..sosok pria yang sering hadir menghiasi alam mimpinya. Setelah merasa lebih tenang Bulan pun kembali keluar sambil mencari ponselnya, memeriksanya sekilas sembari berjalan.. melewati bar.

Di meja Dhimas dan teman-temannya, tenggelam dalam keseruan topik pembicaraan mereka..

Pria berkaus hitam itu berdiri dan berjalan menuju bar. Sepertinya akan memesan minuman tertentu. Dan saat ia berbalik, secara tidak sengaja tatapan mereka bertemu..

Bulan terkejut, baru saja dapat menenangkan hatinya, namun ia malah muncul tepat di hadapannya. Pria tinggi berdada bidang dan kokoh. Rahang terpahat sempurna..Bulan terpaku..wajah itu..tatapan mata itu.. Wajahnya dingin, menunjukkan pribadi yang kaku.. Bulan tidak sadar telah terpaku beberapa saat..Pria itu mendekatinya.. "Nona..apa kau baik-baik saja?"

Nächstes Kapitel