webnovel

Pengakuan Leo

Malam itu, mereka masih merayakan keberhasilan Bulan meraih nilai A untuk ujian skripsinya. Ruang utama di kost2an terlihat meriah karena banyaknya makanan dan minuman ringan di meja. Teman-temannya ada sekitar 15 orang ikut nimbrung di situ. Sambil menyalakan TV chanel khusus musik, mereka larut dalam senda gurau. Ada 2 bouquet bunga besar di meja dekat tv. Yg pertama datang dari teman-teman tim surat kabar kampus,bunganya warna-warni, sepertinya mereka memilih menurut selera mereka masing-masing. Dan bouquet yang ke dua adalah yang terindah..mawar putih dan biru yang dirangkai sedemikian rupa..dililit dengan pita emas dan silver..dan dibaliknya terdapat kartu ucapan manis..berinisial L..

Mata Bulan biasanya tidak mau lepas saat melihat rangkaian bunga mawar favoritnya itu. Tapi dikarenakan alasan inisial si pemberi, dia bahkan ingin langsung membuangnya ke tempat sampah.

"Bulaaan..selamat atas pencapaiannya ..setelah ini apa rencana mu? Mau langsung ngelamar kerja?", Yuda, ketua tim surat kabar kampus menanyainya. Sambil tersenyum simpul Bulan hanya mengangguk. Walau dia tau, ibunya sudah mempersiapkan buotique kecil untuk dia kelola. Sebenarnya Bulan lebih memilih untuk bekerja di kota lain dari pada kembali ke kota lama nya. Dia ingin hidup mandiri. Tapi dia menyadari, ibunya tidak mungkin mengizinkannya untuk berjauhan dari mereka. Tidak mungkin mereka melepas anak perempuan mereka untuk tinggal di kota lain. Dan Bulan lebih memilih untuk mengalah. Membunuh impiannya sedikit-demi sedikit. Tanpa memiliki target masa depan seperti sebelumnya, Bulan memandangi teman-temannya yang menurutnya jauh lebih beruntung dibanding dengannya. Dina diizinkan orangtuanya untuk tetap di kota itu, dan melamar pekerjaan di sana. Sedangkan Sonya, dari awal mula kuliah memang sudah dipersiapkan untuk meneruskan bisnis keluarga. Jadi dia tidak punya impian lain yang harus dibunuh. Bulan tidak bersedia larut dalam kesedihannya terus menerus. Walau akhir-akhir ini hatinya sering terluka, dia tau..dia hanya perlu bersabar sedikit lagi. Dan semua akan membaik.

Jam baru menunjukkan pukul 8 malam. Bulan makin tidak tenang karena bisa saja setiap saat Leo datang menjemput. Dan benar saja, dia melihat sosok tinggi itu di depan pintu masuk. Menggunakan jaket kulit hitam, dan sneakers dongker, Leo terlihat tampan seperti biasa. Tapi nilai nya sudah sangat berubah di mata Bulan sekarang. Entah mengapa dia masih mau mendengar penjelasan Leo. Bukankan dia akan menjerumuskannya ke luka yang lebih dalam lagi? Mengetahui cerita pengkhianatan seorang kekasih yang selama setahun ini bersamanya.

Tetapi Bulan punya tujuan lain. Demi kebaikan dirinya sendiri di masa depan. Dia bersedia menorehkan luka yang lebih dalam langsung ke inti hati nya. Dia sudah bersiap untuk itu.

Teman-teman Bulan sempat terdiam sesaat melihat Leo masuk.. "Leo, kemarilah. Lama tidak berjumpa. Q dengar kamu berhasil mendapat pekerjaan yang bagus. Luar biasaaa!" Yuda berusaha mencairkan suasana dingin mendadak akibat kehadiran Leo. Teman-teman Bulan sudah tau kejadian Bulan saat memergoki Leo dengan wanita selingkuhannya di rumah nya. Dan itu juga diperkuat oleh keterangan dari Soul, sahabat Leo sendiri.

Mereka menyayangi Bulan. Dan selama ini mereka ikut mendampingi Bulan di masa-masa sulit nya. Mereka secara bergantian menemani Bulan ke mana pun Bulan pergi. Dan baru melepasnya setelah mengantar Bulan selamat sampai di kost. Sedangkan di kost, Dina & Sonya pun sudah sangat mengerti. Mereka tidak pernah meninggalkan Bulan sendirian. Sungguh, Bulan merasa sangat beruntung memiliki teman-teman sebaik mereka.

Dan sekarang, Bulan sudah selesai bersiap, mengenakan baju casual lengkap dg jaket kulit coklatnya, memakai alas kaki boots dengan heels 5 cm.. Rambut panjang lurus halus sepinggang, make up tipis dengan sedikit high light di daerah dekat mata..Bulan sering membuat mata siapapun terpana menyempatkan untuk memandang selama beberapa detik ke arahnya. Dia terbiasa dengan itu.

Setelah mengucapkan terimakasih atas kehadiran teman-temannya, dan mempersilahkan mereka untuk melanjutkan acara tanpa nya,Dina memperingatkan Leo," Pulangkan Bulan kami tanpa menyakiti hatinya lebih dalam lagi. Dan ingat, jangan pulang terlalu malam." Leo hanya mengangguk pelan,"Tenang saja, kami hanya akan makan malam." Bulan mengikuti Leo ke parkiran. Dan mereka melaju ke restoran romantis tempat Leo pertama kali menyatakan perasaannya pada Bulan. Letaknya agak di pinggiran kota, namun di ketinggian, sehingga pemandangan malam nya sangat memukau. Bulan sangat suka di sana, memilih meja di luar ruangan. Dan berlama-lama memandangi kerlipan lampu di bawah mereka sampai lupa akan waktu.

Bulan memesan steak tenderloin kesukaannya..ditemani segelas coklat hangat yang pasti akan di pesannya tidak peduli dimanapun dia berada. Leo mengikuti pesanannya, dan memilih cocktail ringan untuk minumannya.

Sesaat Bulan merasa dipandangi terlalu lama oleh sepasang mata gelap milik Leo. Dengan tatapan mata putus asa, dia berusaha membuka percakapan yang kini terasa sangat canggung antara mereka berdua. "Bulan..selamat atas nilai mu yang sangat baik. Bagaimana kabar kedua orangtua mu?"

Bulan tersenyum tipis,dan hanya mengangguk."Terimakasih, langsung saja pada point nya. "

"Biarlah kita menikmati makan malamnya dulu,Bulan. Steak di sini kesukaan mu bukan?"

Bulan menjawab dingin, "Saat ini aq tidak peduli makan apapun akan terasa hambar di mulut q. Apa kau bercanda? Aq hanya menghormati undangan mu ke tempat pertama kita, dan mungkin ini menjadi yang terakhir. Bukankah ini sempurna untuk mu?" Menu pesanan mereka datang. Pelayan menuangkan saus di atas steak yang masih panas..menghasilkan bunyi gemerisik yang selama ini mampu membuat mata Bulan berbinar. Tapi sekarang tidak lagi.

Mereka melanjutkan menyantap makanan mereka, walau Bulan merasa kesulitan menelan karena kerongkongannya serasa dicekik sepanjang dia bersama Leo malam ini. Akhirnya dia hanya mampu menghabiskan separuh dari makanannya. Dan meletakkan piranti makannya. Mulai menyesap coklat hangat yang tersaji, dan mencoba menemukan kenyamanan di dalamnya. Percuma saja. Tidak membantu sama sekali.

Leo melihatnya, kemudian ikut meletakkan piranti makannya di sisi piring. Menegakkan posisi duduknya. Wajahnya kembali serius.

"Bulan, aq minta maaf. Dia rekan bisnis q. Awalnya aq hanya membantu menyelesaikan masalahnya dengan tunangannya. Dan dia menjadi bergantung pada q. Itu terjadi sangat cepat. Aq tidak bisa mengontrolnya"

Bulan tersedak dan segera meminum coklatnya dengan cepat."Apa maksudmu kmu tidak bisa mengontrolnya? Apa kamu mencoba mengatakan pada ku bahwa nafsu mu tidak bisa kau kendalikan saat bersama wanita itu?!"

"Bukan itu maksud q. Perasaan q terhadapnya mengalir sangat cepat. Pertemuan kami sangat intens akhir-akhir ini. Selain di tempat kerja, kami berdua berencana untuk menjalankan bisnis bersama. Menggabungkan uang kami dan berbagi tugas. Komunikasi yang terjadi antara kami makin dekat. Dan aq terjebak di dalamnya."

"Kau kira aq bodoh,Leo? Saat kamu memutuskan untuk memasuki ruang pribadi seseorang dengan pasangannya, padahal kalian bukan teman dekat, itu artinya kmu memiliki perhatian khusus terhadapnya. Dan kmu memang sengaja untuk itu, kamu berhasil mendekatinya kan? Dan keputusanmu untuk menjalani bisnis berdua dengannya itu juga adalah kesengajaanmu untuk mengikatnya. Mengikat kalian berdua untuk semakin dekat dengan jaminan uang. Leo, aq bukan gadis mu yang kemarin sore. Pernyataan mu atas ketidakberdayaan mu itu membuat q muak!"

Leo terdiam, terkejut atas segala tuduhan Bulan yang tajam dan membuat segala alibinya terbalik 180°.

"Sekarang katakan pada q, apa yang kau katakan kepada wanita itu akan hubungan kita? Apa kau mengatakan padanya bahwa kita telah putus berbulan-bulan yang lalu?"

"Tidak,Bulan. Aq katakan bahwa hubungan kita tidak berjalan dengan baik akhir-akhir ini."

"Dan kalian memulai hubungan itu saat hubungan kita belum tuntas? Kita memang sedang berselisih saat itu. Tapi itu bukan tentang masalah yang gawat. Bukan masalah yang buntu. Oh, tapi tentu saja itu buntu di mata mu. Karena kamu memilih masuk ke jalan yang lain tanpa q. Dan kamu meninggalkan aq seorang diri di sana seperti orang bodoh. Berusaha mencari jalan keluar untuk kita berdua tetap bersama. Dan saat itu kamu malah bermesraan dengan wanita lain?! Tidak perlu bersembunyi dengan alibi halusmu,Leo. Perbuatan murahan mu tetap terlihat jelas. Yang amat aq sesalkan, kenapa kamu tidak berbelas kasihan pada ku di saat aq paling membutuhkan dukungan mu. Setidaknya tunggulah sampai aq wisuda, atau slesai dengan segala ujian akhir q. Apapun aq lakukan saat kmu menempuh ujian akhirmu, mulai mengantarkan makanan, membantu mencari literatur tambahan, menemanimu disetiap waktumu, menyemangatimu dengan seluruh tenaga q. Tapi kamu malah menikam q dari belakang!" Mata Bulan mulai panas dan berair saat ini.

Leo menatapnya, tangannya mencengkeram leher gelas seakan ingin mematahkannya menjadi dua. "Dan sekarang semua ada ditangan mu"

"Ditangan q?!! Apa kamu memberikan aq kesempatan untuk memilih?! Apa aq berada diposisi berkuasa saat ini?!! Pilihan macam apa yang ada di hadapan q,Leo??!!!"

"Bulan, aq bersedia meninggalkan Julia demi bersama mu. Aq lebih memilih mu,Bulan. Aq akan memutuskannya sekarang."

"Apa kau gila??! Kamu pikir aq bisa menerima hal ini? Kamu pikir bisa terima kamu lagi? Bahkan untuk menerima perselingkuhan mu saja aq sudah hampir mati. Dan sekarang kamu meminta q untuk kembali menerima mu? Menjalani hubungan kita kembali??! Pergi saja kau ke neraka! Dan bawa wanita mu ikut serta. Kalian berdua sangat cocok."

"Bulan, perasaan q padanya hanya sementara. Kau tau itu." Leo mencoba bertahan.

"Leo, alasan q memenuhi ajakan mu malam ini sebenarnya hanya untuk menetapkan hati q bahwa kamu memang tidak pantas untuk q pertahan kan. Terimakasih untuk semua pengakuanmu. Terimakasih untuk makan malam terakhir kita. Aq pikir sudah cukup. Jangan hubungi aq lagi. Mulai sekarang lebih baik kita menjadi orang lain saja. Dan katakan pada wanita murahan mu untuk berhenti meneror q. Aq tidak sudi melayani kesombongannya atas mu. Selamat malam."

Nächstes Kapitel