webnovel

Pertemuan

"Febri..?" suara putus asa terdengar begitu memiluhkan.

seorang gadis kecil tengah duduk di atas kursi panjang, ia hanya duduk sendirian kepalanya tertunduk dan kedua kakinya di tekuk membuat lengannya mampu melingkar dengan sempurna menyembunyikan wajahnya di balik lututnya.

suara tangisannya yang begitu memilukan terdengar di seluruh lorong yang panjang itu, suasana yang remang-remang menambah kesan menyedihkan membuat setiap orang yang mendengarnya begitu menyayat hati.

"Febri... itu kamu?"

Gadis kecil yang lain berusaha mendekati gadis kecil yang menangis itu, langkah kakinya begitu berat namun ia terus berusaha melangkah.

"Aku mohon jawab aku!" pintanya dengan suara parau, tangannya bergetar begitu hebat namun tak membuatnya berhenti untuk terus melangkah.

Gadis kecil yang menangis itu yang semula meringkuk kini mengangkat kepalanya secara perlahan, ia melihat ke arah gadis kecil lain yang memanggilnya.

Tatapannya yang semula terlihat begitu menyedihkan berubah menjadi tatapan amarah yang luar biasa.

"Maafkan aku!" Gadis kecil itu mempercepat langkahnya namun semakin ia melangkah semakin jauh pula gadis kecil yang menangis di hadapannya.

Di atas kepala gadis kecil yang meringkuk itu mengeluarkan darah merah segar yang begitu kental yang semakin lama semakin banyak mengalir tanpa henti, ia semakin jauh dan menjauh membuat gadis kecil yang mengejarnya lebih bersusah payah mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menjangkaunya namun semakin ia mengejar semakin besar pula jarak di antara mereka, sampai akhirnya gadis kecil yang ia kejar itu menghilang bersamaan dengan suara tangisannya yang menggema di seluruh lorong gelap itu.

"Tidaaaakk..." Azra terbangun dari tidurnya, mimpi buruk itu selalu datang setiap malam dalam mimpinya.

Tragedi di masa lalunya yang dengan susah payah ingin ia lupakan selalu datang menghantuinya setiap malam dalam mimpinya. Ia kini menatap tangannya yang bergetar tanpa henti dan air matanya pun lagi-lagi mengalir tanpa permisi turun melewati pipinya yang halus dan mulus itu.

*

Drrtt..drrtt..drrtt...

Getaran Hp dari dalam saku Azra membuat ia terhenti dari aktifitas belajarnya, ia sekarang berada di tengah taman sekolahnya di jam istirahat pertama ini. Ia sengaja memakaikan mode getaran pada hp nya sewaktu pelajaran pertama tadi.

setelah menyalakan layar hp nya ia membuka pesan masuk, dan pesan itu berasal dari sahabatnya Dhyan.

@Dhyan: "Maaf Azra 🙏 hari ini aku nggak bisa nemenin kamu di sekolah😭"

@Azra : "👍"

@Azra : "Banyak istirat🙂"

@Dhyan : "semoga besok aku udah bisa msuk sekolah lagi! nggak suka banget sakit kayak gini 😷 "

@Azra : "Iya."

Hari ini Dhyan sahabat Azra nggak masuk sekolah karena sakit, jadi Azra hanya akan duduk sendirian tanpa ada yang menemaninya. Ia sudah cukup lama berada di taman sampai ia merasa bel pelajaran berikutnya akan di mulai, ia memilih untuk memasukkan kembali semua alat tulis dan buku cetaknya kedalaam tasnya.

Pada saat ia berbalik dan ingin melangkah pergi ia terhenti tiba-tiba, ia merasa menabrak sesuatu yang keras namun tidak membuatnya merasa sakit ia bahkan mencium aroma yang begitu maskulin. Indra penciumannya seakan di manjakan oleh aroma tersebut.

Azra lalu secara perlahan mengangkat kepalanya, hal pertama yang ia lihat adalah sepasang bola mata berwarna coklat yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan dengan kata-kata.

Meskipun mata itu tidak seterang mata coklatnya namun ia tetap hanyut dalam tatapannya. Azra bisa merasakan jantungnya mulai berdegub lebih kencang dari biasanya. Mereka saling menatap satu sama lain dengan jarak yang cukup tipis di antara mereka.

Beberapa detik kemudian kesadaran Azra mulai kembali pada dirinya ia lalu mundur selangkah dan menundukkan kepalanya.

"Maaf!" ucapnya lirih dan berlalu dari hadapan pria itu.

*

Pelajaran ketiga akhirnya selesai, Azra masih sibuk dengan pikirannya sendiri ia masih mengingat lelaki yang tidak sengaja ia tabrak tadi pagi. Secara tidak sadar ia kembali memegang dadanya, ia masih bisa merasakan deguban jantungnya yang tidak biasa itu.

"Ada apa dengan diriku , mengapa perasaanku jadi aneh begini?" keluh Azra.

"Aaaaaaa....aaaa" semua siswi di kelas Azra berteriak mendadak secara bersamaan.

Azra yang semula melamun tersadar dengan suara teman sekelasnya, ia kini melihat semua teman-temannya telah berkumpul menjadi satu, mengelilingi salah seorang siswa yang baru saja masuk ke dalam kelas mereka.

Azra mengernyitkan dahinya, ada apa dengan teman sekelasnya ini. memangnya siapa yang barusan masuk kedalam kelasnya dan membuat kehebohan yang berlebihan seperti itu.

"Nggak nyangka salah seorang pangeran Beastie berada di kelas kita." ucap salah seorang siswa yang berada tidak jauh dari Azra.

"Sungguh suatu kehormatan bagi kita bisa satu kelas dengan salah satu pangeran." balas siswa yang satunya.

"Tapi sayang, ia jarang sekali masuk ke kelas kita, dari awal semester sampai sekarang baru terhitung dua kali ia memasuki ruang kelas. Untung orang tuanya orang yang berpengaruh jadi para petinggi sekolah kita nggak mempermaslahkan itu.'' lanjut siswa yang satunya lagi.

"Begitu hebatnya kah orang itu sampai seluruh teman-temannya begitu teropsesi padanya? bahkan pihak dari sekolah tidak memperdulikan kehadirannya yang bahkan hampir tidak perna berada di kelas?" pikir Azra dalam hati.

Azra kini memalingkan wajahnya dan mulai memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas. Ia bersiap-siap untuk pergi ke kantin, ia tidak betah berada di kelasnya yang begitu bising dengan suara-suara teriakan histeris para siswi di kelasnya.

Azra berjalan dengan santai melewati kerumunan yang sesak itu, secara tidak sengaja dua pasang mata memandangnya dengan tatapan meneliti dan penuh pertanyaan.

*

Rhyan yang tengah melangkah masuk kedalam kelas mendapatkan sambutan histeris dari para siswi. Tepat saat ia duduk hampir seluruh siswi mendatanginya dan memberikan berbagai macam hadiah bahkan para siswa juga ikut mendekatinya dan memberikan berbagai macam pertanyaan.

Rhyan hanya menerima semua hadia yang di berikan untuknya dan memperlihatkan senyuman mematikannya sebagai balasan hadiah tersebut. Sekali lagi para siswi berteriak histeris bahkan ada yang merasa ingin pingsan karna senyuman maut yang di berikan oleh Rhyan secara mendadak itu.

Rhyan terkenal dengan sifatnya yang playboy dan mampu mendapatkan gadis manapun yang ia inginkan, ia bahkan dapat mengganti pasangannya lebih cepat di banding ia menggati pakaiannya.

Meskipun Rhyan memiliki latar belakang yang kuat tapi ia tidak perna meremehkan atau menghina orang yang memiliki kehidupan yang biasa bahkan meskipun orang itu seorang pengemis.

Di antara empat pangeran BEASTIE KING Rhyan merupakan orang yang paling mudah di dekati.

Ketika Rhyan tengah asik merayu siswi-siswi yang ada di depannya, tatapan mata hijau tuanya teralihkan pada seorang siswi yang lewat di depan kerumunannya.

Perempuan itu tetap tenang meskipun ia berada dalam kelasnya sekarang, wajahnya begitu datar menandakan ia tak tertarik sedikit pun padanya.

"Apakah perempuan itu buta" pikir Rhyan dalam benaknya, mana ada seorang perempuan mampu menahan ketampanannya yang begitu membahana.

Nächstes Kapitel