webnovel

Dadi?

Dua hari setelah kepulangan junior dari bali, meri memutuskan untuk kembali ke Izmir. Liburan junior hanya tersisa tiga hari lagi dan ia tidak ingin junior kelelahan jika harus pulang tepat sehari sebelum ia bersekolah.

Di antar oleh rido, meri dan junior menuju bandara. Kali ini mereka tidak pergi dengan sembunyi-sembunyi, namun rido tetap menyewakan sebuah jet pribadi untuk penerbangan mereka. Dia merasa masih perlu berjaga-jaga terhadap andre. Pria itu terlalu berambisi dan akan sangat mudah mendapatkan alamat meri jika ia menaiki penerbangan biasanya.

Merogoh kocek lebih dalam bukan masalah bagi rido selama itu menjamin kebahagiaan dan kedamaian adik dan keponakannya.

"kakak, aku pergi" meri turun dari mobil lebih dulu.

Junior di antar oleh syasya dan rido masuk ke bandara. Saat di dalam barulah meri mengambil aluh junior.

"jaga dirimu" ujar rido setelah memeluk adik perempuan satu-satunya itu.

"kakak juga. Saat aku kembali, ku harap juniorku sudah memiliki sepupu dari kakak ipar" meri menggoda rido dan kakak ipar barunya.

Rido dan syasya hanya membalas dengan tersenyum dan wajah bersemu merah. Mereka pengantin baru, tentu masih canggung membicarakan masalah anak. Tapi meri sengaja mengatakan itu karena memang itulah harapannya.

Perpisahan kembali terjadi antara rido dan meri. Mereka adik kakak yang saling mendukung dan mencintai. Meri baru menyadari bahwa sikap rido yang keras terhadap andre selama ini tak lain untuk menjaganya. Kakaknya itu bahkan membuat surat perjanjian pra nikah hanya untuk memastikan kebahagiaannya. Namun, meri masih kekanak-kanakan waktu itu dan mengacaukan semuanya.

Meri tiba di izmir pada sore hari berikutnya. Cuaca di bulan juni sangat cerah dan bersahabat. Tidak terlalu panas namun tidak dingin. Musim panas di izmir bahkan terkesan lembab dan bukan panas.

Sekembalinya ia dari Indonesia, ponselnya berdering sesaat setelah ia mengaktifkan nomor lamanya.

📞"halo" sapa meri

Terdengar suara berbisik yang saling melemparkan kata agar seseorang berbicara.

📞"kakak ipar, dia mengangkatnya. Kau saja yang bicara" fuad sedikit berbisik karena sangat gugup hingga memberikan ponsel itu kepada kakak iparnya.

📞"halo dokter ana. Ini aku zahra"

📞"oww, kak zahra. Ada apa menelfonku?" tanya meri.

📞"ah tidak ada apa-apa. Hanya saja seseorang merindukanmu. Beberapa hari ini ponselmu tidak aktif" zahra sengaja mengatakan hal itu untuk menggoda adik iparnya.

📞"oh, aku baru kembali dari Indonesia. Maaf tidak mengabarimu lebih dulu"

Mereka berbicara sebentar untuk sekedar saling bertanya kabar. Tak lupa fuad meminta kakak iparnya itu menanyakan dengan siapa meri kembali dari indonesia. Setelah mendengar jawaban meri, fuad sekarang jadi lebih tenang.

Telfon terputus karena ponsel meri kehabisan baterai. Ia membersihkan diri serta menyusun barang bawaannya. Junior sudah lebih dulu ke rumah Ali saat meri baru saja tiba di rumah keluarga angkatnya itu.

"aku membawakan ini untuk kalian. Ini makanan khas dari daerahku. Aku juga membawa ini untuk adam"

Meri menyerahkan oleh-oleh yang ia bawa untuk keluarga itu. Junior sedang asik bermain bersama adam yang merasa senang karena mendapat PSP yang sama dengan milik junior.

"junior, ingat hanya satu jam" meri mengingatkan pembatasan waktu bermain game untuk putranya.

"Ok" junior memberi kode dengan telunjuk dan ibu jarinya yang membentuk bulatan dengan tiga jari lainnya berdiri sempurna.

"kak reni, kita makan malam di rumahku ya" ajak meri kepada istri ali yang kemudian di setujui oleh semua pihak.

Meri memasak makanan khas turki yaitu dolma yang terbuat dari sayuran terong dengan isian daging makarel, kofte serta lahmacun dengan toping tomat, daging cincang serta parutan keju dan parsele. Untuk makanan penutup meri menyiapkan es kelapa muda mengingat makanan inti mereka semuanya mengandung daging yang dengan mudah menaikkan tekanan darah.

Tak hanya meri, junior dan yang lain sudah terbiasa dengan makanan khas turki, selain karena kaya raya, mereka juga merasa makanan turki tak jauh berbeda dengan makanan Indonesia.

Seperti halnya kofte, di Indonesia makanan ini lebih mirip bakso dengan proses di panggang kemudian di bumbui. Sementara itu lahmacun lebih mirip pizza, walau berasal dari italia tapi lidah orang Indonesia sudah tidak asing dengan makanan itu.

Malam semakin larut, junior sudah kelelahan di perjalanan dan tertidur dengan lelap di kamarnya. Meri juga melakukan hal yang sama.

Matahari sudah mulai muncul saat meri terbangun, ia terlambat untuk shalat namun ia tetap melakukannya. Setelah mandi, meri menuju dapur dan memasak sarapan untuk junior.

Sandwich dengan isian selada, keju, telur dan tomat yang bisa ia sajikan karena ia sama sekali belum berbelanja. Bahan masakan makan malam saja ia peroleh dari kulkas keluarga angkatnya. Junior ke dapur masih dengan baju tidurnya.

"kita sarapan dulu. Ibu hanya membuat sandwich" ujar meri.

"tidak masalah. Bu aku ingin itu" junior menunjuk roti dan coklat leleh yang terdapat di meja meri.

"ambil ini. Makan yang banyak" meri memberikan roti sarapannya.

Ia awalnya tidak ingin makan sandwich karena itu ia hanya melelehkan coklat batang yang ia miliki dan menjadikannya toping untuk roti tawarnya. Namun kini ia bertukar sarapan dengan putranya.

"besok aku sudah mulai sekolah. Hari ini apa ibu tidak akan mengajakku berbelanja? Buku dan alat tulis serta perlengkapan sekolah lainku belum aku siapkan"

"kita akan berbelanja, tapi sebelum itu habiskan sarapanmu dan pergilah mandi untuk bersiap-siap"

Di pusat perbelanjaan perlengkapan sekolah, meri kembali bertemu dengan dokter fuad dan keponakannya. Itu suatu kebetulan yang tidak di rencanakan oleh fuad. Ia hanya menemani malik membeli perlengkapan sekolah dan mendapat keberuntungan dengan bertemu junior dan siapa lagi wanita bercadar di sampingnya jika bukan meri.

"dokter ana" sapa fuad "mengapa kita sering bertemu di tempat-tempat tak terduga"

"itu hanya kebetulan" jawab meri singkat.

Mereka berjalan bersama menemani para bocah kecil itu berbelanja. Meri menyerahkan semua pilihan kepada junior untuk memilih mulai dari warna, bentuk hingga fungsi dari alat yang ia butuhkan.

Tugas meri hanya menemani, mengingatkan hal pokok yang harus di beli, memberi pendapat ketika di minta dan membayar belanjaan putranya. Ini ketiga kalinya meri melakukan kegiatan belanja peralatan dan perlengkapan sekolah bersama putranya.

Junior masuk di kelas akselerasi karena itu di usianya yang baru tujuh tahun, ia sudah berada di tingkat tiga di sekolahnya. Sangat menyenangkan memiliki anak cerdas seperti junior.

Secerdas apapun meri saat kecil, ibu dan ayahnya tetap tidak terpikirkan untuk memasukkannya di kelas akselerasi. Mereka tidak ingin memberi beban yang besar kepada meri. Namun junior berbeda, dia justru menjadi murid pilihan yang dimasukkan ke dalam kelas akselerasi berdasarkan nilainya pada awal ia masuk. Di tambah prestasinya yang sangat cemerlang.

"apa kau butuh bantuan?" fuad melihat meri mendorong trholler yang berisi belanjaan. Sangat banyak hingga hampir tak tersisa tempat lagi.

"tidak perlu tapi terimakasih" meri menolak dengan sopan.

Malik tidak seperti junior yang lebih cepat menentukan pilihan. Keponakan fuad itu lebih pemilih dan penuh pertimbangan, bisa di katakan ia sedikit lamban dalam memutuskan pilihannya. Fuad sesekali membantu memilihkan dan memberikan pandangannya yang positif pada benda yang ia tunjukkan. Hanya agar ia bisa selesai berbelanja tepat saat meri juga selesai berbelanja.

Pada akhirnya fuad tertinggal karena junior sudah selesai lebih dulu. Setelah membayar dan meminta karyawan tempat ia belanja untuk mengantar belanjaannya ke mobil. Fuad dan meri akhirnya berpisah.

'dia sangat sulit' batin fuad melihat wanita idamannya pergi.

Meri mengantar junior pulang kemudian menuju rumah sakit tempat ia bekerja untuk melaporkan pembatalan cutinya. Ia cuti untuk satu bulan tapi karena pulang lebih cepat ia hanya cuti selama tiga minggu dan akan kembali bekerja esok pagi.

Di jalan pulang meri menyempatkan waktu untuk singgah di swalayan dan membeli beberapa bahan pokok. Kulkas di rumahnya hampir kosong karena itu ia berbelanja cukup banyak.

Tiba di rumah, meri sibuk memasak makan siang dan menghabiskan sisa waktu liburan dengan bermain video game bersama putranya itu.

"ibu, bagaimana jika kita bermain catur?" ajak junior karena merasa bosan menatap layar televisi.

"baiklah"

"kali ini bermainlah dengan sungguh-sungguh dan jangan mengasihaniku"

"baiklah" meri hanya menuruti semua keinginan putra kesayangannya itu.

Mereka mulai bermain, dengan kecerdasan otak junior ia dapat menjadi lawan yang lumayan tangguh bagi meri. Tapi tetap saja level putranya masih berada di bawah meri.

"kau harus membaca strategi ibu dan membangun serangan dengan baik" meri berkomentar setelah dua kali menang.

Sikap gigih dan pantang menyerah membuat junior masih ingin bermain dengan ibunya itu. Dia terus berusaha keras untuk bisa mengalahkan ibunya. Meri melihat tekad itu di wajah putranya yang berusaha keras memeras otaknya dan menggunakan setiap sel dalam otaknya agar bekerja maksimal.

"junior, saat lomba catur bulan lalu, siapa yang mengajarimu bermain seperti itu?" meri baru ingat untuk menanyakan hal itu.

"dadi" jawab junior jujur.

"dadi? Kapan?"

Nächstes Kapitel