webnovel

Kualitas Dao Alami

Redakteur: Wave Literature

Suara teh yang mendidih dan angin yang berhembus, terdengar dengan jelas di telinga.

Semakin banyak murid yang menyadari keributan yang terjadi di belakang mereka dan mereka tertegun karenanya.

Guru Lu merengut, karena tidak senang dengan kejadian yang dilihatnya dan ia menjentikkan jari tangan kanannya, yang berada di belakang punggungnya, dengan pelan.

Clink!

Suara pedang yang sangat dingin, terdengar di seluruh ruangan aula.

Semua murid gemetar mendengar suara itu, mereka tersadar dan segera memalingkan wajah mereka.

Lapangan yang berada di antara lereng - lereng gunung itu menjadi sunyi senyap, bahkan, suara kicau burung di kejauhan pun tidak terdengar lagi.

Guru Lu memandang murid - murid itu, namun ia memandang Jing Jiu dan Liu Shisui sedikit lebih lama dibanding murid yang lain dan akhirnya, ia memandang puncak - puncak gunung yang ada di kejauhan.

"Ayo perhatikan. Tidak peduli seberapa besar talenta yang kalian miliki, kalian harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tahap Possession of Virtue[1]. Jika kalian bisa melakukannya dalam waktu tiga tahun, kalian akan punya kesempatan yang lebih besar untuk mencapai level Spiritual Stability dan bisa direkrut ke inner sect[2] dan menjadi murid Gunung Hijau yang sesungguhnya. Sekte kita memiliki cara berlatih pedang langit yang benar, yang menekankan konsep 'kepuasan'. Tahap awal dalam latihan ini tidak sulit. Bahkan, seseorang yang tidak cerdas pun bisa mempelajarinya, selama mereka mau menggunakan semua waktu dan tenaganya untuk berlatih. Suatu hari nanti mereka pasti bisa berhasil. Akan tetapi, tidak ada yang tahu sejauh apa jalan menuju surga? Bagian akhir dari suatu perjalanan, selalu adalah bagian yang paling sulit untuk dilalui. Seperti saat mendaki puncak gunung yang curam dan berbahaya, jarak ratusan meter yang terakhir akan terasa seperti mendaki ke surga. Jadi, jika kalian tidak bisa masuk ke inner sect dalam waktu tiga tahun, lupakan saja keinginan kalian untuk mendaki ke surga."

[1] Possession of Virtue : salah satu level dalam kultivasi

[2] inner sect : adalah bagian sebuah sekte yang digunakan untuk melatih murid-murid berbakat yang sudah disaring dari outer sect, dan tempat ini merupakan tempat dimana murid-murid bisa benar-benar belajar semua ilmu yang ada di sekte tanpa batasan seperti yang ada di outer sect.

Guru Lu terlihat emosional. Karena pernyataannya tadi, yang ditujukan bagi murid - murid itu, juga merupakan pengalaman pribadinya.

Guru Lu sudah mencapai tahap Perfect Attainment[3], ia bisa mengendarai pedang terbang, dan bisa membunuh orang lain yang berada dalam jarak sepuluh langkah darinya tanpa meninggalkan jejak. Bagi manusia biasa yang tidak berlatih Dao, ia adalah seorang pendekar pedang yang tangguh dan ia juga sangat dihormati oleh para bangsawan dan pejabat yang ada di Kota Zhaoge.

[3] Perfect Attainment : salah satu level dalam kultivasi

Tapi, di Sekte Gunung Hijau, Guru Lu yang tidak bisa mencapai tahap The Undefeated[4], memiliki Life-Spirit[5] yang terbatas dan akan semakin sulit bagi dirinya untuk mencapai tahap yang selanjutnya. Karena hal ini lah, ia tidak bisa menjadi salah satu orang yang terpilih di sekte…

[4] The Undefeated : salah satu level dalam kultivasi

[5] Life-Spirit : usia roh / jiwa nya

Seperti saat ini, dimana ia hanya dipercaya untuk mengajar murid - murid yang baru bergabung di Pine Pavilion Selatan. Ini memang tugas yang penting di sekte, tapi...

Lalu, terdengar suara lembut yang membangunkan Guru Lu dari nostalgianya.

"Guru, kalau kami sudah berlatih dengan baik, apa kami bisa ikut serta di Turnamen Pendekar Pedang yang akan diadakan tiga tahun mendatang?"

Entah dari mana murid yang berusan bertanya itu mendapatkan kabar tentang Turnamen Pendekar Pedang. Sudah bukan rahasia umum, kalau Turnamen Pendekar Pedang adalah ujian yang paling penting bagi murid - murid muda ini.

Guru Lu mulanya terkejut, tetapi kemudian tersenyum. Namun, ia tetap tidak menjawab pertanyaan itu. Ia merasa, bahwa murid yang bertanya tadi sangat naif.

Kemudian, terdengar suara bisikan orang - orang yang sedang berdiskusi dan juga tertawa di belakang. Akhirnya murid yang bertanya tadi mengerti setelah temannya memberi penjelasan, bahwa hanya murid - murid yang sudah mencapai level Perfect Preservation[6] yang dapat mengikuti Turnamen tersebut.

[6] Perfect Preservation : salah satu level dalam kultivasi

Possession of Virtue dan Spiritual Stability adalah level awal dalam latihan Dao, level selanjutnya adalah Perfect Attainment, diikuti dengan Perfect Preservation...

Ada empat level yang harus dilalui oleh murid - murid baru itu untuk mencapai tahap Perfect Preservation

"Harus mencapai tahap Perfect Preservation dalam waktu dua tahun?"

"Kamu pikir, kamu siapa, jenius seperti Nona Zhao?" ujar beberapa murid sambil tertawa.

"Aku harap, kamu bisa mengejar pencapaian Layue."

Semua yang ada di aula terkejut mendengar kalimat itu.

Tapi, tidak ada yang berani menertawakan orang yang mengucapkan kalimat tadi.

Karena orang yang mengatakannya adalah Guru Lu.

Tapi, Guru Lu tidak berbicara dengan murid yang ingin ikut serta di Turnamen Pendekar Pedang tadi.

Mengikuti arah tatapan Guru Lu, semua murid melihat ke belakang dan pandangan mereka tertuju pada satu orang.

Setelah beberapa saat, Liu Shisui baru tersadar. "Apa anda berbicara dengan saya, Guru?" ujarnya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Iya, aku harap kamu bisa jadi kejutan yang menggembirakan bagi Puncak Kesembilan dari Gunung Hijau." jawab Guru Lu.

Setelah pelajaran selesai, beberapa murid muda itu masih terus membaca instruksi yang ada di buku pelajaran mereka. Ada juga murid - murid yang melamun menatap sinar matahari yang menembus sela - sela dedaunan. Biasanya mereka terbagi menjadi beberapa kelompok.

Pemandangan yang disebutkan diatas telah berulang kali terjadi sejak murid - murid muda ini tiba di Sekte Green Mountains. Mereka dibagi berdasarkan tempat asal dan status sosial mereka, sebelum mereka masuk ke sekte. Tapi mulai sekarang, status yang bisa mereka miliki, semua bergantung pada tahap kultivasi mereka sendiri.

Tapi, hari ini semua terlihat berbeda. Murid - murid itu, entah mereka berasal dari keluarga kaya ataupun miskin, mereka semua melihat ke tempat yang sama.

Bahkan, murid - murid yang sedang membaca buku atau melamun menatap sinar matahari, berulang kali menoleh ke arah sana.

Dan yang berdiri disana adalah Jing Jiu dan Liu Shisui.

Ada beberapa orang murid yang memandang Jing Jiu, tapi, ada lebih banyak murid yang memandang Liu Shisui, karena mereka masih ingat dengan jelas, apa yang tadi dikatakan oleh Guru Lu.

Siapa yang menyangka, kalau murid yang diistimewakan oleh Guru Lu bukanlah pemuda berpakaian putih yang sangat tampan itu, melainkan anak kecil yang menjadi pelayannya.

Apa yang istimewa dari anak itu?

Xue Yong'e adalah nama anak yang mengejek temannya tadi, ia berasal dari keluarga bangsawan yang ada di Yuzhou County. Ia memiliki anggota keluarga yang berada di Puncak Keenam, yang dikenal dengan nama Puncak Shiyue, keluarganya itu adalah seorang Guru Besar. Dan ia sudah bertanya pada keluarganya itu tentang Liu.

Dan benar saja, tidak lama kemudian ia mendapatkan berita yang tentunya bisa dipercaya.

Anak laki - laki ini ternyata memiliki kualitas Dao yang alami!

Dan sekarang, mata murid - murid yang memandang Liu Shisui, penuh dengan rasa takjub dan terkejut.

Tidak seperti sebelumnya, sudah tidak ada lagi kemarahan yang bercampur dengan keterkejutan itu, ataupun kekaguman.

Perbedaan antara mereka dan Liu terlalu besar. Mereka tidak berada di level yang sama, jadi, untuk apa mereka mengaguminya?

Ada banyak murid bertalenta di Sekte Green Mountains selama bertahun - tahun terakhir, tapi, berapa banyak diantara mereka yang punya kualitas Dao yang alami?

Selain Nona Zhao, hanya ada satu orang lagi, yaitu Kakak Zhuo, internal disciple[7] dari pimpinan Guru Besar di Puncak Tianguang!

[7] internal disciple : murid di inner sect

Dan sekarang ada satu orang lagi, dan orang ini berada diantara mereka, jadi bagaimana mungkin mereka tidak terkejut?

Xue Yong'e adalah orang pertama yang mengetahui berita ini dan juga orang pertama yang tersadar dari keterkejutannya. Ia berjalan ke arah Liu Shisui, tanpa memperdulikan kekaguman yang masih terlihat di wajah teman - temannya, ia lalu tersenyum lembut kepada Liu.

"Adik Liu, kita semua di sini punya pondok masing - masing. Kamu mau pondok yang mana? Kalau kamu tidak merasa terganggu jika ada suara air sungai mengalir di malam hari, pondok A4 bisa jadi pilihan yang baik. Pondok itu dekat dengan aula latihan, sehingga kamu bisa dengan mudah meminta saran dari guru pelatih, dan ada bunga Zhengyang di halamannya. Bunga itu bisa membantumu berlatih dan menenangkan diri dengan aromanya, aroma ini sangat bermanfaat, saat kita berlatih."

Ada beberapa murid yang tidak mengerti kenapa Kakak Xue, yang biasanya sombong, jadi begitu hangat pada Liu hari ini? Beberapa murid mendengus dan berpikir kalau Kakak Xue benar - benar bertindak cepat. Tidak ada yang tahu, apakah bunga Zhengyang itu bisa membantu latihan mereka, tapi, mereka tahu pasti bahwa jika Liu yang memiliki talenta Dao yang alami, jika Liu menjadi tetangga mereka, latihan mereka pasti terbantu.

Liu tidak menjawab pertanyaan Xue karena ia tahu, bahwa Jing Jiu tidak akan memilih pondok ini.

Liu Shisui tersenyum, berterima kasih kepada Xue Yong'e, ia lalu membawa barang bawaannya ke aula latihan, ia lalu meminta kartu untuk dua buah pondok yang ada di belakang bukit pada penjaga.

Melihat pemuda berpakaian putih dan anak kecil dengan kualitas Dao yang alami itu berjalan ke arah pegunungan, semua murid yang ada disana terkejut dan terdiam.

Xue Yong'e menggelengkan kepalanya karena kesal, "Sungguh aneh."

Seorang Daoist yang natural malah menjadi pelayan orang lain? Semua orang pasti merasa aneh melihatnya.

Murid - murid yang ada di depan aula mulai berbincang - bincang dan ada beberapa diantara mereka yang mencemooh Jing Jiu.

Tapi, murid - murid perempuan yang ada di sana tidak begitu memperhatikan pembicaraan di sekitar mereka dan mereka terus memandang ke arah dimana Jing Jiu pergi.

Lalu ada seorang gadis yang berbisik, "Tuan Muda Jing Jiu... benar - benar tampan ya."

"Aku dengar, dia datang dari Zhaoge, tapi, aku tidak tahu dia berasal dari keluarga mana." jawab gadis yang lainnya.

Jauh di dalam pegunungan itu, ada dua pondok kecil yang letaknya bersebelahan, jauh dari aliran sungai yang ada di hutan.

Kedua pondok itu terlihat jelas dibawah sinar mentari yang menembus dedaunan.

Setelah membuka pintu pondok, Liu Shisui lalu meletakkan barang bawaannya, ia kemudian membersihkan bangku dan bersiap untuk membersihkan pondok, sambil melihat - lihat pemandangan di sekitarnya.

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tidak suka dengan bau bunga Zhengyang?"

Jing Jiu duduk di bangku, sambil memandang Liu karena penasaran.

Sepanjang tahun, ia dan Liu sudah sering berbincang - bincang, tapi perbincangan seperti ini jarang terjadi.

"Aku tidak tahu, tapi... Kakak itu bilang kalau pondoknya ada di dekat sungai."

"Suara aliran sungai biasanya sangat nyaring, karena Tuan Muda suka sekali tidur, kamu pasti tidak mau tinggal disana." jawab Liu Shisui.

"Ah iya, aku lupa tentang hal itu." ujar Jing Jiu.

Pondok kecil yang mereka tinggali sangat tenang dan terlihat seperti sebuah pondok jerami, akan tetapi, pondok itu sebenarnya adalah sebuah gua yang sangat bersih, tanpa ada debu sedikitpun...

Tidak ada murid yang tinggal di pondok itu, sehingga pondoknya akan tetap bersih.

Liu Shisui tidak perlu melakukan banyak hal dan tidak lama kemudian, ia sudah selesai menyiapkan tempat tidur. Ia lalu meletakkan piring yang berisi buah - buahan yang sudah disediakan oleh Pengurus, ke atas meja batu yang ada di depan Jing Jiu.

Melihat wajah Liu yang tidak tenang, Jing Jiu lalu berkata, "Kamu bisa kembali ke pondok mu dan membaca buku pelajaran itu kalau kamu mau."

Mengangkat kepalanya, "Aku tidak ingin segera pulang untuk membaca buku itu," jawab Liu Shisui dengan muka yang memerah.

Jing Jiu sebenarnya tahu kalau Liu merasa tidak tenang karena olokan yang dilontarkan oleh murid - murid yang lain. Jadi, ia hanya tersenyum tanpa mengatakan apa - apa.

Daun - daun putih yang membeku berguguran, tertiup angin pegunungan.

Menatap dinding gua, Jing Jiu kembali merasa emosional. Sudah bertahun - tahun kamu meninggalkan tempat ini, tapi semua masih tetap seperti dulu.

Ia duduk di pinggir jendela, lalu membuka buku yang ada di tangannya.

Buku itu adalah kode untuk masuk ke Sekte Green Mountains.

Sederhana dan bukan hal yang baru, hanya ada dua perubahan kecil dibandingkan waktu itu.

Kedua perubahan ini cukup menarik, tapi, ia tidak mampu untuk terus membacanya.

Jing Jiu perlahan menutup mata.

Dan buku itu tergeletak di pangkuannya.

Lalu, terasa angin yang bertiup lembut ke dalam gua tempatnya berada, menyentuh pakaiannya dan membolak - balikkan halaman- halaman buku itu.

Karena halamannya bergerak dengan cepat, huruf - huruf yang ada di buku itu terlihat buram, tapi, sesosok manusia yang tergambar di buku itu terus bergerak.

Sosok itu sekarang berjongkok dengan gaya yang aneh, menyerupai langkah kuda, lalu berdiri tegak seperti pohon pinus, walaupun sosok itu lebih sering terlihat melatih teknik tinju yang sangat mengintimidasi dan sulit untuk dipraktekkan.

Tapi Jing Jiu justru terlelap.

Saat ia bangun, matahari sudah terbenam di bawah puncak - puncak gunung, dengan beberapa cahaya merah yang mewarnai langit dan sisi bukit di sekitarnya sudah gelap, sehingga sulit untuk melihat.

Terdengar suara berderit, lalu muncul Liu Shisui yang membuka pintu pondok dan berteriak kegirangan dengan wajahnya yang berkeringat, "Tuan Muda... Tuan Muda!"

Jing Jiu teringat akan kenangannya di masa lampau. 

"Jangan berteriak seperti ini jika sedang berada diluar, bisa - bisa, kamu dapat masalah." ujarnya mengingatkan Liu.

Liu Shisui lalu menyeka keringat yang membasahi wajahnya menggunakan lengan bajunya dan ia terus mengangguk, tapi, ia masih tidak bisa bicara karena kebingungannya.

"Paham?" tanya Jing Jiu.

Liu Shisui lalu segera berlutut di hadapan Jing Jiu dan ia mengantukkan kepalanya ke lantai sebanyak dua kali.

Nächstes Kapitel