webnovel

Sepatu Merah

Redakteur: Wave Literature

Chen Ge hanya berjarak setengah jari dari cermin di belakangnya, jadi ia dapat melihat dengan sangat jelas, bahkan lebih dari apa yang diinginkannya. Seragam sekolah yang elegan itu berlumuran darah segar. Sehingga, seragam terlihat menempel di tubuhnya. Wajahnya tersembunyi di balik rambutnya, dan kulitnya yang sangat pucat tampak menakutkan.

Cahaya yang terasa dingin dari layar ponsel Chen Ge berkedip, dan ia bisa merasakan seluruh tubuhnya membeku. Ia menggunakan sisa energi di tubuhnya untuk menggerakan bibirnya mengucapkan nama gadis itu.

"Zhang Ya?"

Seolah mendengar suara Chen Ge, gadis itu perlahan mengangkat kepalanya. Tirai rambut hitamnya bergeser ke samping, dan wajah yang sangat cantik tampak di hadapan Chen Ge. Namun, cermin mulai berkabut saat kepalanya hanya terangkat setengah. Gadis itu melangkah ke depan, dan menghilang dari cermin.

"Kemana ia pergi?"

Chen Ge menatap cermin, dan sesuatu yang sangat aneh terjadi. Karena cahaya ponselnya, Chen Ge melihat sebuah bayangan perlahan bangun dan berdiri di belakangnya.

Chen Ge dapat melihat bahwa tinggi bayangan itu mencapai 1,7 meter. Ketika suara seperti tetesan darah terdengar olehnya, bayangan tersebut mulai berwarna. Seragam berlumuran darah menempel di tubuhnya, dan semuanya berwarna merah.

Chen Ge berdiri di tempatnya dan tidak berani bergerak. Rasa dingin di tubuhnya telah menjalar dari tulang punggung hingga ke otaknya. Seketika itu juga, bayangan merah melangkah mundur untuk bersandar di punggungnya!

Karena berdiri saling membelakangi, tubuh Chen Ge semakin membeku. Bahkan ketika ia terengah-engah, ia merasa udara dalam paru-parunya masih belum cukup untuknya bernapas.

Arwah itu menempel di punggungku?

Berdiri saling membelakangi kadang-kadang sangat menakutkan karena kau tidak dapat mengetahui siapa yang berdiri di belakangmu.

Sesuatu yang dingin terasa menyentuh jari-jarinya. Chen Ge tidak berani berbalik untuk melihatnya. Jari-jarinya yang membeku perlahan terbuka, membuat ponsel dalam genggamannya meluncur ke lantai. Cahaya di ruangan berkedip dua kali sebelum mati total.

Karena dikelilingi oleh kegelapan, rasa dingin di punggungnya terus menyebar. Chen Ge bahkan tidak dapat membayangkan apa yang sedang terjadi padanya. Jam 02:00 pagi berada di dalam studio dansa sekolah yang ditinggalkan, menghadap ke cermin tinggi, berdiri saling membelakangi dengan Arwah Merah ... kurang lebih, hal ini bisa disebut sebagai kisah cinta.

Berbagai pikiran terlintas di benak Chen Ge. Sesuatu memegang tangannya, dan itu membuatnya merasa semakin kedinginan. Rambut gadis di belakangnya bergerak dan saling bersentuhan dengan rambut Chen Ge.

Apa yang direncanakannya? Misiku di tempat ini adalah menemukan sepatu dansa merah. Aku akan gagal jika aku tidak dapat menemukannya sebelum fajar.

Namun, tubuh Chen Ge membeku di tempat, dan satu-satunya yang bisa dilakukannya hanyalah menatap cermin di depannya. Ia tidak menyadarinya pada awalnya, tetapi beberapa detik kemudian, ia terkejut saat mendapati bahwa bayangan buram tampak di dalam cermin. Ia membelalakkan matanya saat bayangan mulai tampak lebih jelas.

Tunggu, bukankah ini gadis-gadis yang terjebak di dalam kursi?

Di dalam cermin, lima gadis berseragam bersih memasuki studio dansa. Pakaian mereka benar-benar berbeda dari apa yang dilihat Chen Ge sebelumnya, jadi Cheng Ge menduga bahwa pantulan bayangan yang dilihatnya sekarang menceritakan adegan yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.

Kelima gadis itu berjalan ke arah cermin sambil tertawa. Segera setelahnya, Zhang Ya muncul. Meskipun mereka mengenakan seragam yang sama, Zhang Ya terlihat berbeda dari gadis-gadis lainnya.

Ia membawa tas di tangannya. Chen Ge telah melihat tas ini sebelumnya di dalam ruang ganti siswi; tas tersebut berisi lima kotak permen.

Zhang Ya tampaknya berada dalam suasana hati yang cukup baik. Dia berjalan ke ruang ganti dengan langkah terburu-buru, dan beberapa menit kemudian, keenam gadis keluar mengenakan baju balet mereka.

Situasi tidak banyak berubah. Kelima gadis itu berada dalam kelompok kecil mereka sementara Zhang Ya membuntuti mereka dari belakang.

Tidak lama setelah mereka memulai latihan mereka, pintu studio tari terbuka. Seorang guru wanita berjalan memegangi sertifikat pemenang kompetisi Swan Lake di tangannya. Ia berbicara dengan penuh semangat pada para gadis, memberi dorongan dan selamat kepada mereka.

Hari itu mungkin bukan hari sekolah biasa karena Chen Ge tidak melihat siswi lain. Keenam dari mereka kemungkinan ada di sana untuk melakukan pelatihan intensif untuk mempersiapkan kompetisi tingkat nasional.

Guru perempuan pergi setelah setengah jam. Setelah memastikan gurunya pergi, kelima gadis berhenti berlatih dan mulai bermain dengan ponsel mereka. Mereka berbicara sambil berbaring di lantai. Satu-satunya yang masih berlatih adalah Zhang Ya.

Kemudian, salah satu gadis mengatakan sesuatu sambil menunjuk Zhang Ya. Semua gadis tertawa kecuali Zhang Ya. Namun, ia tidak terlalu mempedulikan mereka. Setelah berlatih sebentar lagi, ia berhenti untuk beristirahat. Lalu ia berbalik untuk berjalan ke ruang ganti dan keluar dengan tas berisi kotak permen.

Zhang Ya mulai menyerahkan kotak permen pada salah satu gadis, tetapi ketika salah satu dari mereka hampir meraihnya, gadis lain yang setinggi Zhang Ya menahan tangannya. Ia mengatakan banyak hal sambil menunjuk dengan tegas pada Zhang Ya. Gadis itu kemudian bergegas ke ruang ganti dan keluar membawa tas sekolah. Ia kemudian mengeluarkan beberapa surat cinta dari dalam tas. Dari nama yang tertera di sana, Chen Ge tahu bahwa semua surat itu dikirimkan untuk Zhang Ya.

Perkelahian Zhang Ya dan si gadis tidak dapat dianggap sebagai argumen karena gadis itu anehnya terlihat kesal dan sepenuhnya mendominasi percakapan mereka.

Karenanya, kotak permen Zhang Ya ditolak. Ia memasukkan kotak kembali ke dalam tas dan meninggalkan teman-temannya. Chen Ge berpikir itu adalah akhir dari pertengkaran mereka, tetapi tidak lama setelahnya, pintu studio tari kembali terbuka. Beberapa gadis terkejut. Karena mengira orang yang masuk adalah guru mereka, mereka dengan cepat berdiri dan mulai "berlatih".

Bayangan samar seorang pria masuk ke dalam ruangan. Tingginya sekitar 1,8 meter. Ia sedikit bungkuk dan bertubuh besar.

Pria tersebut mengatakan sesuatu kepada para gadis, dan hanya dua orang gadis yang menjawabnya. Chen Ge sedikit bingung dengan identitas pria itu.

Para gadis segera kembali berlatih dan pria itu memasuki kantor. Kemudian, ia membuka pintu kantor dan melambai memanggil Zhang Ya. Ekspresi Zhang Ya menunjukan bahwa ia tidak mengenal atau bahkan mempercayainya. Ia berjalan menuju kantor dengan ragu-ragu dan berdiri di pintu tetapi tidak masuk.

Cermin itu tidak bisa memantulkan apa yang terjadi di dalam kantor. Namun, sekitar delapan detik kemudian, pemandangan di cermin menjadi gelap ketika Zhang Ya berlari keluar kantor. Pria itu mengejarnya sambil mengutuk, seraya memegang lengannya.

Kelima gadis di studio tari melihat hal ini, tetapi mereka semua tetap duduk di tempat mereka. Tidak ada dari mereka yang mau membantu Zhang Ya. Segera setelahnya, Zhang Ya terpojok dan terlihat memohon pertolongan mereka, namun lagi-lagi tidak ada yang mempedulikannya. Mereka bersikap seolah-olah mereka tidak mendengar apapun.

Pria itu mengatakan banyak hal buruk saat mendekati Zhang Ya. Tangan Zhang Ya telah mencapai tepi jendela di belakangnya — hanya ada satu jalan keluar yang tersisa.

Ketika melihat adegan di dalam cermin, Chen Ge tiba-tiba teringat akan kalimat yang muncul di ponsel hitam ketika ia memenangkan 'surat cinta'.

Matanya yang terbelalak terlihat dari wajah pucat gadis tak bernyawa. Sepatu merah dan seragamnya berlumuran darah akibat terjatuh dari atas gedung. Semenjak saat itu, namanya menjadi sebuah hal tabu di sekolah.

Pria tersebut mengamati jendela yang kosong dengan cermat, tetapi tidak bergegas untuk menyelamatkan Zhang Ya. Sebaliknya, ia melangkah mundur dan berhenti di samping lima gadis yang terlihat sangat terkejut.

Nächstes Kapitel