webnovel

Awal Mula Berdirinya Kelompok Prajurit Bayaran

Redakteur: Wave Literature

Semua orang yang mengenal Rhode pasti paham tentang satu hal dari pemuda tersebut.

Dia sangat benci saat dirinya dikira perempuan.

Sebagai orang yang paling kenal dengan Rhode, tentu saja Lize menyadari hal tersebut. Bagaimanapun juga, Lize sudah menghabiskan banyak waktu dengan Rhode. Demikian juga dengan Marlene. Marlene tidak membutuhkan waktu lama untuk menyadari hal tersebut. Bahkan Walker sendiri tidak berani bercanda soal hal itu karena dia paham bahwa hal itu adalah batas yang tak boleh dilewati.

Dan sekarang, gadis asing ini baru saja memanggil Rhode 'kakak perempuan' dengan santai.

Suasana yang tegang tersebut membuat bulu kuduk mereka bertiga berdiri.

"…Mohon maaf sebelumnya, Nona," Rhode berkata dengan lembut, "Aku adalah lelaki."

Lize, Marlene dan Walker terkejut karena ternyata Rhode tidak marah seperti dugaan mereka. Sebaliknya, pemuda itu hanya membalas jabatan tangan gadis Shield Warrior.

Gadis itu juga terlihat kaget. "Lelaki?"

Dia mulai mengamati Rhode dengan seksama sambil tersenyum polos.

Kemudian gadis tersebut menepuk pundak Rhode dan berkata, "Tidak kusangka, ternyata kakak laki-laki! Wajahmu sangat cantik."

Wajah tiga orang di belakang Rhode semakin pucat. Ternyata gadis itu berani melewati batas dengan mendeskripsikan Rhode sebagai orang yang 'cantik'.

"Nona…"

"Anne. Anne Georgia. Panggil saja Anne, Kak." Gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Kalau begitu, Anne…" Rhode meletakkan tangannya di dahi dan berhenti bicara sebelum akhirnya kembali berkata.

"Meskipun aku telah menyuruh si tua Walker untuk merekrutmu, aku belum menerimamu sebagai anggota resmi kelompok prajurit bayaranku. Pertama-tama, kau harus melewati tesku terlebih dahulu. Setelah itu, baru kau bisa bergabung. Kalau tidak…"

Rhode menoleh Walker dengan pelan. Walker merasa grogi.

"Aku akan memotong gajinya untuk menutupi kerugianku."

"Tidak masalah!"

Entah apakah gadis itu mendengarnya atau tidak. Mungkin juga ia tidak menggubrisnya. Anne akhirnya menyetujui syarat dari Rhode tanpa basa-basi. Kemudian dia mengetuk perisai di tangannya dengan ekspresi gembira. Senyumnya terlihat percaya diri.

"Anne bersedia menerima tes seperti apapun!"

"Bagus kalau begitu."

Rhode mengangguk. Ia kemudian berbalik dan menatap Walker dengan dingin. Wajah Walker semakin terlihat pucat.

"Kalau begitu, Tuan Walker, kau tidak keberatan membantuku, Kan? Ngomong-ngomong, ini adalah perintah."

"…"

Pria tua itu hanya bisa memutar bola matanya.

Kalau kau memang berniat memberiku perintah, kenapa malah bertanya dulu?

Tes dari Rhode cukup sederhana. Dia meminta Anne melindungi Walker dalam waktu tertentu. Gadis itu akan lulus dari tes ini selama dia bisa menahan serangan Rhode hingga akhir. Rhode tentu saja memiliki alasan tersendiri kenapa dia membuat tesnya seperti ini.

Setelah tiba di dunia ini, Rhode sadar bahwa banyak skill dalam dunia ini yang sangat berbeda dengan skill-skill dalam game. Contoh, skill-skill dari kelas Tank (prajurit garis depan yang berperan sebagai pelindung dalam sebuah tim/kelompok). Dalam game, selama pemain menggunakan skill Taunt, maka monster-monster yang terkena efek skill tersebut akan menyerang pemain hingga pemain itu mati. Namun, di dunia ini ternyata tidak semudah itu. Bahkan monster-monster level rendah cenderung menyerang orang dengan kekuatan serangan tertinggi. Belum lagi jika mereka melawan makhluk-makhluk yang lebih cerdas.

Contoh terbaik adalah pertarungan mereka dengan Necromancer Pavel. Rhode mencoba memanfaatkan tank dari kelompok Red Hawk untuk menarik perhatian Necromancer tersebut. Sayangnya, tidak peduli seberapa keras usahanya, Necromancer Pavel bahkan tidak menggubris tank itu sama sekali. Sebaliknya, dia memfokuskan perhatian pada Rhode. Pemuda itu bahkan tidak memberikan damage (kerugian atau luka yang diterima oleh pemain, monster, NPC dan makhluk lainnya dalam game online) pada monster itu, Rhode juga bukan orang yang paling berbahaya dalam pertarungan itu…Berarti realitas dunia ini agak berbeda dengan dunia dalam game. Meskipun kedua dunia itu memiliki beberapa kemiripan.

Karena itulah, Rhode menarik kesimpulan bahwa kelas tank di dunia ini tidak seampuh dengan dunia game. Baik di dunia ini maupun dalam dunia game, pekerjaan tank adalah berlindung dan melindungi. Dalam game, seorang tank bisa menarik perhatian musuh agar dia yang menerima damage dan melindungi timnya. Tetapi, sekarang, kelas tank hanya bisa bertindak melindungi. Berarti, mereka harus memiliki kecepatan reaksi yang baik, kemampuan bertahan yang baik dan kemampuan untuk beradaptasi dalam situasi apapun. Kalau tidak, mereka tidak akan bertahan hidup dalam waktu yang lama.

Dan aspek inilah yang ingin diuji Rhode.

"Hei, Nak! Kau membawaku dalam tes ini untuk membalas dendam, kan!!"

Muka Walker terlihat pucat. Tapi Rhode sudah memantapkan keputusannya. Tidak ada yang bisa menolak.

"Ini adalah pengaturan yang cukup adil, Tuan Walker. Kau sendiri yang memilih gadis ini. Jadi kau harus percaya pada kekuatannya. Lebih baik kau bersantai saja dan biarkan dia melakukan pekerjaannya."

"Jangan pikir kau bisa menipuku dengan kata-kata manis tersebut! Dasar Bocah licik!"

Walker mengayunkan tinjunya ke arah Rhode. Tetapi dia akhirnya mengalihkan pandangannya yang gugup ke arah Anne yang berdiri di depannya. Anne sudah bersiap dengan perisai di lengannya.

"Hei Bocah cilik. Kupercayakan nyawaku di tanganmu. Kau harus melindungiku!"

"Tenang saja, Pak Tua. Tidak akan ada masalah. Mungkin."

"Apa?! Mungkin?! Lebih baik kau tarik kata-katamu karena aku bersedia mempercayaimu sejauh ini."

Rhode tidak menunggu Walker selesai mengeluh. Rhode berinisiatif untuk memulai tes tersebut.

Dia mengulurkan tangan dan memunculkan tiga kartu di depannya. Kartu-kartu tersebut melayang di udara dengan misterius. Formasi pemanggilan muncul di bawah Rhode. Dalam sekejap, Ksatria Centaur, Pembunuh Api dan Burung Roh muncul secara bersamaan.

"Keren! Makhluk macam apa mereka?"

Anne menatap Rhode dengan penuh rasa tidak percaya. Matanya yang membelalak membuat Walker hampir terkena serangan jantung.

"Jangan alihkan perhatianmu, Nak! Orang itu memiliki trik-trik misterius. Fokuskan perhatianmu padanya! Jangan sentuh anjing hitam itu. Dia bisa meledak!"

"Waktumu tiga menit. Selama kau bisa bertahan selama tiga menit dan melindungi Walker agar dia tak terluka sedikitpun, kau akan lulus dari tes ini."

Setelah menjelaskan detail tesnya, Rhode melirik ke arah Marlene dan berkata

"Bantu aku menghitung waktunya."

"Baik, Tuan Rhode."

Marlene mengangguk dan mengeluarkan jam. Kemudian, Rhode menjentikkan jarinya. Dia memberikan tanda bahwa tes itu telah dimulai.

"Serang."

"---!!"

Ketiga roh milik Rhode itu segera melaju ke depan setelah mendengar perintahnya.

Seperti biasanya, Pembunuh Api berada di garis depan. Setelah meledakkan dirinya berkali-kali, sepertinya anjing itu punya sifat masokis sekarang. Anjing malang tersebut memasang ekspresi senang ketika menyambut kematiannya. Kalau saja Pembunuh Api adalah manusia, lebih baik mengirimnya ke psikiater.

Sementara itu, senyum di wajah Anne menghilang dan wajahnya berubah serius. Dia membungkukkan badan dan meletakkan perisanya di depan. Ia memasang kuda-kuda bertahan. Kemudian, diikuti oleh suara 'klang', beberapa kait tajam tersentak keluar dari kedua sisi perisai tersebut. Perisai itu memantulkan cahaya terang yang dingin. Pembunuh Api tidak mengabaikan hal tersebut dan tetap melaju ke arah Anne.

Anne berteriak dan mendorong dirinya ke depan. Ia melaju ke arah anjing hitam tersebut seperti kereta api.

Anne menggunakan satu tangan untuk mengayunkan perisai yang beratnya lebih dari 10 kilogram. Tapi dia terlihat seperti mengangkat sebuah bulu. Suara benturannya memang membuktikan bahwa benda itu sangat berat. Pembunuh Api tidak menyangka bahwa lawannya segesit itu. Dia terlempar jauh. Anjing itu melolong kesakitan ketika melayang di udara. Saat tubuhnya membentur tanah, dia menjerit dengan suara yang menyedihkan.

Di saat yang bersamaan, Ksatria Centaur telah ada di depan Anne.

Roh tersebut menusukkan tombaknya ke depan dengan cepat. Tetapi sebelum senjatanya bisa menyentuh perisai Anne, gadis itu tiba-tiba memiringkan tubuh dan menghindari serangan centaur itu. Anne memutar tubuhnya. Dia menampar pinggang Ksatria Centaur yang sedang mengarahkan tombaknya ke arah Walker dengan keras. Hal itu membuat tubuh centaur itu terhuyung. Serangan Anne juga menyebabkan tombak Ksatria Centaur meleset dari targetnya.

Walaupun dia berhasil menghindari bahaya yang ada di depan mata, tetapi Anne tidak kehilangan fokus. Sebaliknya, setelah dia mengalahkan Ksatria Centaur, Anne segera menyentakkan perisainya ke arah bawah. Ia pun menancapkannya di tanah.

Kacha! Perisai itu berubah bentuk. Benda itu melebar dan membungkus tubuh Anne. Ksatria Centaur yang memiliki perisai juga menggunakan perisai tersebut untuk menyerang perisai Anne.

Bang!! Suara benturan yang keras membuat jantung semua orang di tempat itu seperti akan melompat. Begitu kerasnya benturan tersebut, Centaur terpaksa mundur beberapa langkah. Pada saat yang sama, Anne juga mundur. Tapi tidak seperti Ksatria Centaur, Anne punya masalah lain.

Burung Roh yang melayang-layang akhirnya turun.

Sebagai roh yang memiliki elemen angin, jelas dia jauh lebih cepat dibandingkan dengan dua roh lainnya. Hanya kilasan cahaya yang terlihat melesat ke arah Walker.

Inilah akhirnya.

Menyadari bahwa burung tersebut sedang melesat ke arahnya, Walker tahu sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi dia tidak bisa menghentikannya. Bagaimanapun juga, Burung Roh melesat sangat cepat. Bahkan jika Anne ingin bereaksi, semuanya terlambat. Saat ini, Walker hanya bisa menangis dalam hati.

Apakah gajiku benar-benar akan dipotong?

Anne mendadak muncul dan mencengkram kerah baju pria tua itu. Ia lalu menariknya ke bawah. Kemudian dia menggunakan perisainya untuk melindungi Walker.

Walker sendiri tidak sempat bereaksi. Ketika dia tersadar, dirinya sudah terbaring di tanah. Tindakan Anne membuat Burung Roh tidak bisa melihat targetnya. Tetapi burung itu tetap tidak menyerah. Dia bersiul dan mengeluarkan angin puyuh untuk menembus perisai tersebut.

"Bum!"

Woah!!

Walker merasakan benturan keras dari sisi lain perisai. Getaran dari efek benturan tersebut menyebar dari arah perisai menuju Anne, lalu ke arah Walker. Pria tua itu bagaikan daging cincang saat nafasnya terengah-engah melihat apa yang ada di depannya. Ketika dia ingin berteriak minta tolong. Tubuhnya saat ini terasa lebih ringan. Saat itu, Walker menyadari bahwa Anne telah melompat.

Waktu seakan-akan melambat. Gadis itu melayang di udara. Ekspresinya terlihat sangat serius. Dia menghadap ketiga roh milik Rhode dan merentangkan tangan kirinya. Ia menunjukkan perisai cadangan yang tersembunyi dalam Charge Shield.

Wuushhh!! Pisau-pisau tajam pada perisai tersebut mulai berputar dengan kecepatan tinggi. Pisau-pisau itu membentuk penghalang angin puyuh yang menghalangi laju ketiga roh tersebut.

Melihat pemandangan ini, Rhode mengerutkan alis. Kemudian dia menghunus pedangnya dan bergegas maju.

Sebuah cahaya melesat, pedang perak itu menembus langit malam. Ia langsung menuju ke arah angin puyuh tersebut.

Bumm!!

Setelah terdengar ledakan yang keras, pedang itu berhenti.

Walker mundur beberapa langkah dan terjatuh ke tanah. Ia terlihat sangat ketakutan. Di sebelahnya, ada sebuah celah yang dalam. Jejak-jejak energi kondensasi pedang terlihat di dalamnya.

Di depan pria tua tersebut, Anne masih mengangkat perisanya. Tetapi dia terkejut saat melihat goresan-goresan luka pada tubuh gadis tersebut.

Di saat yang bersamaan, Marlene mengangkat jamnya.

Waktunya sudah habis.

"Tidak terlalu buruk, Nona Anne."

Rhode menyarungkan pedangnya.

"Aku sudah paham dengan kekuatanmu. Terus terang, kau telah memenuhi syarat untuk bergabung dengan kelompok ini. Tapi ingat, ini hanyalah tes. Aku harap kau dapat menunjukkan kemampuanmu di pertarungan nyata juga."

"Jangan khawatir, Kak!"

Gadis itu menurunkan perisainya. Senyuman yang ceria kembali menghias wajahnya.

"Aku tidak akan mengecewakanmu!!"

"Kuharap begitu."

Rhode mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada Lize.

"Lize, biarkan dia memilih kamarnya. Marlene, kau bisa beristirahat sekarang. Sedangkan kau…"

Berhenti bicara sejenak, Rhode menatap Walker yang mencoba berdiri.

"Tuan Walker, datanglah ke ruang kerjaku nanti. Aku ingin mendengarkan proses perekrutanmu."

Nächstes Kapitel