webnovel

Tangisan Seorang Ayah

Wajah pucat perdana menteri Amir sekarang berubah menjadi kelam, Ia sangat malu, kesal dan marah kepada anaknya. Bagaimana bisa putrinya yang katanya wanita modern tetapi malah menangis hanya karena seorang laki - laki. Ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus mengambil tindakan. Maka dengan penuh amarah yang sangat terlihat dimatanya yang begitu menyala. Perdana menteri Amir bangun dari duduknya dan tampak akan pergi ke kamar putrinya.

Pangeran Husen tampak menyadari kemarahan dari calon ayah mertuanya itu dan Ia segera menghalangi langkah calon ayah mertuanya itu dengan tubuhnya. Pangeran Husen membungkukkan badannya dengan sopan.

"Aku sangat menghargai Ayah sebagai Ayahanda dari Nona Amrita. Tetapi Aku mohon, tidak untuk memarahinya. hatinya sedang sangat terluka. Biarkanlah dia menangis sepuasnya. Katakanlah kepadanya nanti jika Ia sudah tenang kalau Pangeran Husen akan berbicara tetapi jika dia tetap tidak mau menerimaku. 

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel