"Alena, Kamu tidak lulus dua mata kuliah??" Nizam berseru Setelah melihat hasil ujian di website kampusnya. Alena cuma cemberut. Menjelang keberangkatan ke Azura yang tinggal menghitung hari Ia masih harus ujian remedial.
"Jangan sampai kamu tidak lulus lagi, Karena kalau tidak lulus maka kita tidak bisa pulang ke Azura untuk merayakan pernikahan kita. Kalau tidak lulus kamu harus mengambil semester pendek sehingga nantinya tidak bisa libur." Nizam mengomeli istrinya.
Uh.. menyebalkan dosen Ekonomi makro itu memang. Cuma kurang dikit nilainya eh tetap aja harus diremedial.
"Kamu sudah menghubungi Mrs.Margarita untuk meminta ujian remedial?"
Alena mengangguk. "Sudah, remedialnya besok" Alena menjawab.
"Kalau begitu cepat ambil bukunya dan mulai belajar, Ayo Aku ajari" Nizam menyuruh Alena membawa bukunya.
"Aah..Kamu ini, sudah jarang ke sini, Sekalinya ke sini bukannya bermesraan malah mau ngajarin pelajaran." Alena mengeluh.
Nizam hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia lalu bangkit menuju rak buku Alena dan mencari bukunya. Setelah menemukannya Ia segera membawa buku itu ke Alena. Nizam lalu duduk disamping Alena. Tapi ketika Nizam membuka buku itu, Alena merebutnya dan melemparkannya ke meja. Ia malah memeluk leher Nizam dan mulai menggoda Suaminya untuk bermesraan.
Nizam melepaskan pelukan Alena. " Ayolah sayang, belajar! agar kita bisa segera pergi ke Azura. Apa kamu tidak ingin kita segera dapat menyempurnakan cinta kita." Nizam berbisik merayu Alena agar mau belajar.
"Iya..iyalah..tapi pengen cium dulu.." Alena kembali merangkulkan tangannya di leher Nizam. Akhirnya Nizam kalah set. Ia. lalu memegang dagu Alena dan wajah Alena ditengadahkan dengan lembut. Alena memejamkan matanya secara perlahan. Ia sangat menikmati dan meresapi ciuman suaminya. Entah berapa lama mereka saling menghembuskan nafas yang panas, saling menghisap, saling memilinkan lidah, sampai dada Alena seakan mau pecah. Alena semakin erat memeluk leher Nizam. Tangan Nizam juga memeluk Alena dengan erat. Bibir Alena yang lembut dan nafasnya yang panas membuat Nizam menjadi mabuk kepayang. Betapa manisnya, betapa wanginya. Ia tidak pernah puas mencium Alena.
"Nizam.."Alena merintih ketika ciuman Nizam beralih ke lehernya, Sapuan lidah Nizam pada setiap inci lehernya membuat Alena tak henti-hentinya menggelinjang antara geli dan nikmat. Semua gairahnya serasa berkumpul sesak di dadanya. Dan tanpa kendali lagi Kepala Nizam ditekan ke bawah oleh tangan Alena agar menurunkan ciumannya ke daerah yang lebih rendah dari lehernya. Nizampun tidak memprotes keinginan istrinya yang alamiah itu. Ia menundukkan kepalanya agar lidahnya bisa menyapu ke area bawah leher.
Tapi belum juga niat itu terlaksana. tiba-tiba dibelakang ada yang suara berdehem sangat keras. Nizam dan Alena bagai disambar petir saking kagetnya. Sontak pelukan mereka terlepas. Dan mereka lalu saling melepaskan diri. Nizam dan Alena melihat Cynthia yang sedang berkacak pinggang.
Nizam tersenyum setengah nyengir. Duduknya lalu menjauh dari Alena. Alena mencibirkan bibirnya. Ia kesal gairahnya yang hampir meledak di dadanya harus terpadamkan dengan tidak ikhlas. Lagi-lagi Cynthia selalu ada disaat Ia dan Nizam bermesraan. Mengapa sih Ia tidak dibiarkan saja. Kan tidak apa-apa kalau kejeblosan sedikit. Bukankah mereka sudah sah menjadi suami istri.
"Maaf para sahabatku yang tercinta karena entah keberapa kalinya Aku menggagalkan niat suci kalian untuk saling mencurahkan kasih sayang. Tapi sungguh dan dengan amat sangat Aku mohon. Tunggulah sampai Kalian di Azura. Kalau sudah diresmikan secara adat sana. Aku Cynthia akan menghilangkan diri secara otomatis dari pandangan kalian setiap kalian akan bermesraan"
Nizam mengacak-acak rambutnya sendiri geli sendiri melihat kelakuan Cynthia. Alena malah melengoskan wajahnya lalu berkata
"Siapa yang bisa menang melawan kata-katamu yang manis tapi beracun sahabat ku Cynthia. Kalau sampai nanti di Azura kamu masih ada saat Kami bercinta maka akan aku tendang bokongmu agar kamu menjauh selamanya" Kata Alena sambil melemparkan bantal kursi ke dada Cynthia. Lalu Ia berkata lagi.
"Aku lihat tadi Kau kan sedang tidur tapi mengapa kamu harus bangun" Alena berkata sambil mendelik kesal.
"Aku tadi sudah tertidur lalu mendengar Kedatangan Nizam dan lalu mendengar suaranya yang meminta kamu untuk belajar. Tapi kemudian obrolan kalian terhenti. Aku jadi curiga. jadi akupun keluar dan benar saja kecurigaanku. Kalian bukannya belajar malah asyik memadu kasih. Sana minggir Nizam, Biar Aku yang mengajari Alena." Cynthia lalu duduk diantara Nizam dan Alena, lalu menggeserkan Nizam agar semakin jauh dari Alena tanpa perasaan bersalah.
Nizam tersenyum lalu berdiri. "Baiklah.. Cynthia kalau kamu mau mengajarkan Alena. Usahakan dia lulus ujian kali ini. Agar perjalanan ke Azura lancar. Aku permisi dulu mau pamit. Oh ya Cynthia paspornya sudah siap?"
"Siap Bos.." Kata Cynthia sambil. mengacungkan jempolnya.
***
Akhirnya Alena bisa juga menyelesaikan remedialnya. Ia menarik nafas lega melihat hasilnya. Nilai 85 dan 87 nilai yang cukup menebus rasa lelahnya karena semalaman Ia mendengarkan penjelasan Cynthia tentang materinya. Alena duduk di meja depan kantin yang memang disediakan untuk para mahasiswa yang ingin mengisi perut sambil menikmati pemandangan taman di depan kantin. Penjaga Alena tampak duduk sedikit jauh dari Alena agar Alena tidak terganggu privacy nya.
Rasa kopi cappucino nya terasa lebih nikmat dimulutnya setelah Ia menyelesaikan remedialnya. Cynthia yang duduk disampingnya juga tak kalah bahagianya. Orang tuanya memiliki rumah baru yang melampaui dari harapan mereka tentang rumah layak huni. Rumah seluas 400 meter persegi itu lengkap dengan kolam renang yang biasanya memang dimiliki oleh rumah-rumah di Amerika. Ia juga sudah mentransfer sebagian gajinya yang diperoleh dari Nizam. Ia menjadi tenang akan meninggalkan orang tuanya.
Kuliahnya pun tinggal mengikuti ujian sidang pada bulan Februari depan. Rencananya sehabis perayaan pernikahan Alena maka mereka akan langsung kembali lagi ke Amerika untuk mengikuti ujian sidang dan wisuda.
Alena sudah memberitahu orang tuanya tapi belum memberikan tanggalnya yang pasti. Katanya sih minggu-minggu ini sedang ada upacara perayaan ulang tahun berdirinya kerajaan Azura. Jadi kemungkinan acara pernikahan Ia dan Nizam akan diselenggarakan setelah perayaan itu.
Alena sebenarnya sering berpikir apakah Ia mampu beradaptasi dengan kehidupan disana yang pastinya sangat berbeda dengan kehidupan yang biasanya Ia jalani. Tapi Rasa cintanya pada Nizam membuat Ia merasa mampu menghadapi apapun. Alena tidak mau berpikir terlalu berat. Hidupnya menganut prinsip yang terjadi biarlah terjadi.
Ia tidak pernah memikirkan bagaimana kedepannya tapi pemikirannya adalah nikmati saja hari ini. Ia tidak pernah merasa takut menghadapi suasana baru. Bukankah Ia juga memilih kuliah di Amerika karena memang Ia merasa mampu menghadapinya. Jadi kenapa Ia harus takut tinggal di Azura. Hanya saja adalah yang terkadang membuat Ia gentar adalah pertemuannya dengan istri pertama Nizam. Terbayang wajah istri pertama Nizam yang pastinya sangat cantik. Dua orang penjaganya saja memiliki wajah yang begitu terpahat sempurna. Apalagi Tuan Putrinya. Alena menghela nafasnya lalu menghembuskannya kuat-kuat.