webnovel

Bab 63 Jalang!

.... Lucas Corp ....

Keningnya sedikit berkerut, wajahnya terlihat begitu datar dan dingin. Membaca setiap berkas-berkas di hadapannya dengan serius, sesekali tangganya bergerak membubuhi tanda tangan di berkas yang menumpuk di hadapannya.

Tok... Tok...

Suara pintu ruangannya berbunyi.

"Maaf menganggu tuan muda"

Hening berberapa saat, tanda Adam malas berkomentar. Tanpa ingin mendongak melihat pemilik suara yang menggangu kerjanya.

"Tuan..."

"Aku tidak ingin di ganggu Teo" Ucap adam dingin kepada sekretaris pribadinya.

"Maaf tuan muda... Anda ada tamu..." Agak segan kepada Adam yang terlihat tidak dalam mood baik.

"Aku merasa tidak ada janji temu atau hal lainya hari ini?!". Dahinya semakin berkerut merasa sangat terganggu.

"Tuan Akira Taoka, ingin bertemu anda tuan muda"

Teo mematung di depan pintu, memandang gugup ke arah bos besarnya, CEO Adam Lucas. Menunggu tanggapan dari pria paling berkuasa di kota D itu dengan diam. Teo tau betul konflik yang terjadi dengan Bos besarnya ini dengan tuan Akira Taoka, Teo sudah lama menjadi sekretaris pribadi Adam. Cukup membuatnya tau segala Lika liku kehidupan yang di hadapi tuan muda. Namun tetap dengan tenangnya Teo menunggu respon dari bos di hadapannya ini.

Wajah Adam mendongak menatap tajam kearah sekretarisnya, Alisnya di naikan sebelah tanda dia begitu terganggu dan tidak suka. "Apa yang di lakukan bajingan itu sampai berani menginjakan kaki sialannya kesini?!" Ucap Adam sinis dengan suara yang teramat suram.

"Ingin bertemu teman lama, sekedar bersulang bersama dan say hello" Ucap Teo skenanya.

"Tsk! Beraninya". kembali sibuk dengan file yang ada di tangannya. "hmm... suruh bajingan itu masuk Teo" perintah Adam malas.

"Baik tuan". dengan patuh.

___________

Seharian Jade menghabiskan waktunya di kamar pribadi mewah milik Adam. Bosan dan tertekan menyelimutinya. Terkurung tanpa tau kapan semua ini akan berakhir.

Jade melangkah kearah pintu, mencoba keberuntungan apakah pintu itu terkunci atau tidak. Selama dia terkurung di kamar ini, pintu itu selalu terkunci saat Adam tidak berada di mension.

"Click!" Jade mematung, tangannya yang sedikit gemetar bertengger di handel pintu. Wajah pucat tak percaya milik Jade tertegun. "Astaga! pintu ini tidak terkunci". jerit Jade tertahan.

Dengan berlahan Jade membuka pintu, memandang kearah luar kamar dengan waspada. Memastikan semua aman terkendali. Melangkah pelan menelusuri lorong-lorong mewah. Jagan berfikir Jade akan melarikan diri... "Big No!" Jade terlalu takut untuk melakukannya lagi, sekuat apa pun Jade mencoba melarikan diri dia akan tetap berakhir di mension ini, lebih tepatnya di ranjang pribadi Adam. "Hell!! demi apa pun di dunia ini, Jade tidak ingin mengulang hari-hari menyeramkan di serang oleh mahluk buas tak berperasaan yang sialnya begitu tampan seperti adam. Pria itu selalu tau apa yang harus diperbuat setiap Jade melakukan kesalahan.

Terlena dan terpukau itu yang tengah melanda Jade, dekorasi mension mewah ini begitu luar biasa. Jade yakin semua benda yang berada di mension ini bernilai Funtastic! feeling Jade begitu yakin. Bagaimana tidak saat berjalan di lorong ini saja Jade seperti berjalan dan berada di dimensi abad pertengahan Victoria... Megah!.

Terhenti sesaat di depan pintu kayu besar dan terukir indah sedikit terbuka. Penasaran Jade mengintip ke dalam, luar biasa... terpukau sekali lagi. "Seberapa banyak kekayaan pria itu sebenarnya?! Rutuk Jade dalam hati. Membuatnya tanpa sadar melangkah masuk kedalam ruangan, mengedarkan pandangan liar meneliti kemewahan yang absolut. "Ruang belajar sekaligus ruang kerja pikir Jade" tangannya menyentuh lembut meja kerja besar berkayu mahoni tua, di atasnya berjejer rapi bingkai foto. Senyum Jade tergambar jelas saat menyentuh salah satu foto yang di dalamnya terlihat jelas anak laki-laki tengah duduk dipangkuan seorang wanita cantik dan anggun serta sosok seorang pria yang terlihat luar biasa tampan berkarisma bersama mereka.

Adam dan mungkin bersama kedua orang tuanya, karena senyum dan wajah mereka terlihat sangat mirip mengalir ke anak laki-laki yang tengah tertawa bahagia itu. Mengamati dengan hikmat setiap bingkai yang menghasilkan gambar foto-foto berbagai macam cerita di dalamnya. Kening Jade sedikit berkerut melihat bingkai gold yang terlihat kosong tanpa foto di dalamnya. lalu mengedikkan bahunya tak perduli.

Jade melirik laci meja yang tidak tertutup rapat di sampingnya. Penasaran Jade menarik handel laci dengan mantap.

"Astaga! Handphone milik ku!" jerit Jade bahagia. segera meraihnya dan menghidupkan benda pipih itu dengan tak sabar. Begitu banyak notifikasi yang masuk membuat ruangan itu sedikit gaduh. "Handphone ada... berarti dompet ku pun pasti ada disini" pikir Jade membongkar laci itu perlahan takut membuatnya berantakan. Tak menemukan apa yang tengah dicarinya, namun jemarinya menyentuh sebuah foto sedikit usang, entah karena terlalu sering di pegang sehingga sedikit berkerut atau pernah ter remas.

Mengagumi foto itu dengan takjub, sampai bola mata Jade sedikit terbelalak. "Cantik!" batin Jade pada dirinya sendiri saat menatap foto itu. "Siapa wanita ini? Mengapa tidak di pajang dan di bingkai saja, bahkan terbengkalai di antara tumpukan barang-barang pribadi milik Adam di dalam laci. Sempat menoleh sebentar ke arah bingkai foto yang terlihat kosong, reflek alis Jade bertaut bingung. Terlalu asik menduga-duga dan mengagumi kecantikan wanita di dalam foto.

"Apa yang kau lakukan di ruang kerja ku!!!" Suara pria itu menggelegar di sepenjuru ruangan. Menakutkan!

Langkahnya begitu panjang dan tergesa mendekati Jade yang terlihat terkejut membuat wajahnya pucat seketika.

Adam meraih kasar foto yang tengah di pegang oleh Jade. Wajah Adam mengeras dan memerah karna menahan amarah. Matanya semakin menghitam kelam mengawasi gadis pucat di hadapannya dengan tatapan membunuh.

"Gadis sialan! Beraninya kau menyentuh barang pribadi ku!" geramnya dengan bengis, menarik kerah baju piyama yang di kenakan Jade dengan kasar, menariknya sehingga mereka saling bertatapan. Tatapan benci dari Adam dan tatapan ketakutan milik Jade. "Jalang sialan! beraninya kau menyentuh barang ku! Pergi kau dari sini... Sekarang! berteriak keras tepat diwajah jade! Melepas cengkraman piyama dan mendorongnya kasar. sehingga membuat Jade tersungkur ke lantai dengan keras.

"Pergi kau dari pandangan ku! Sekarang! Geram Adam lagi penuh amarah membara.

Jade merintih merasakan tubuhnya yang mendarat kasar di lantai akibat dorongan Adam, Sakit rasanya. Terlalu shock dan takut atas keadaan yang begitu tiba-tiba dan tidak dimengerti oleh Jade. membuatnya mencoba bangkit dan berlari tertatih ingin cepat meninggalkan tempat ini segera.

Berlari... terus berlari tanpa menoleh kebelakang, walau Jade masih dapat mendengar makian menyakitkan dari adam di dalam sana di susul dengan bantingan barang-barang. bahkan tanpa sadar Jade sudah berada di luar gerbang mewah mension milik Adam. Hari sudah mulai petang namun tidak menyurutkan rasa ketakutan Jade atas kejadian baru saja terjadi. Linangan air mata Jade tak dapat terbendung lagi, entah apa yang membuatnya begitu sakit. Apa karena kemarahan Adam padanya sampai menyebutnya "JALANG" atau rasa sakit saat tubuhnya di dorong kasar dan menyerukan kata "PERGI" saat Jade ketahuan memegang foto itu. Jade terisak sedih di sepanjang langkah kakinya menyusuri jalan menuruni perbukitan.

"Aku memang jalang sialan! Tanpa kau usir aku akan pergi...." Jerit Jade frustasi di tengah gelapnya jalan, menghapus air mata yang semakin deras membuat pandangannya mengabur. Dinginnya malam menembus piyama satin tanpa mantel dan dinginnya jalan yang Jade tapaki tanpa alas kaki tidak menyurutkan niatnya berlari meningkatkan mension terkutuk di belakangnya.

"Aku pergi! Aku bebas!"

Nächstes Kapitel