webnovel

Bab 57 Selai Strawberry

_____ Lucas Corp _____

Seharian Adam tidak dapat memfokuskan diri, Hampir semua pekerjaan di kantor tidak dapat dia cerna dan kerjakan dengan benar. Untung saja kedua sahabatnya tanggap membantu.

Terlalu banyak yang dia pikirkan. Banyak kejadian- kejadian yang membuatnya pusing! Bahkan dia hanya beristirahat kurang dari dua jam saja. Membuatnya semakin runyam.

Adam hanya duduk terdiam di kursi kerjanya, matanya menatap kosong lurus menghadap jendela besar ruangan kerja. Sesekali kerutan di dahi terlihat. Hanya asap nikotin yang membuatnya terlihat tetap tenang tanpa ekspresi.

"Uhuk! Apa kau tidak sehat? David masuk ke dalam ruang kerja Adam di susul oleh Simon yang membawa setumpuk berkas. Memecah kesunyian. Setelah berberapa saat lalu mengetuk pintu namun tidak ada tanggapan dari sang pemilik. Duduk di kursi tepat berada di hadapan Adam.

Adam tak bergeming, masih asik dengan permainan pikirannya. Asap rokok menyeruak keluar dari bibir dan hidung. Menimbulkan efek kabut asap di wajah tampannya. Membuatnya semakin terlihat suram.

David binggung karena di abaikan. Menoleh kearah Simon yang sama tidak mengertinya. Sepi... Tidak ada percakapan berberapa saat di antara mereka. David tau betul aura yang melekat pada wajah di depannya ini. Aura sepuluh tahun yang lalu... saat kedua orang tua sahabatnya ini wafat. Ya... ini lah wajah tak terbaca milik Adam.

Tak ingin menganggu. David dan Simon ikut melamun menatap keluar jendela, melakukan hal yang sama. Jemarinya meraih kotak rokok, menyulut dan menikmatinya dalam hening. Bila lisan begitu mahal bagi Adam saat ini, maka dengan tindakanlah yang David dan Simon gunakan. Menemaninya dalam diam. Begitulah seorang sahabat, memahami satu sama lain dalam berbagai cara.

David menangkap pergerakan Adam dari sudut matanya. Sahabatnya itu tengah mematikan puntung rokok yang telah habis terbakar, Menganti dengan rokok yang baru. Membakar dan menikmatinya. Benda berasap terkutuk ini memang sangat nikmat, terlebih pada saat keadaan gamang dan bimbang.

Namun berberapa saat kemudian...

"Hey.... Apa kalian tau. Jeda berberapa saat.

David dan Simon menatap Adam bingung, menanti kelanjutan ucapan Adam yang terhenti.

"Gadis mungil itu mencoba bunuh diri di mension ku. Ucap Adam dingin, dengan pose masih menghisap rokok.

David dan Simon saling tatap tak mengerti.

"Maksud mu gadis itu... si... Jade? Sambar Simon terperangah.

"Hmm...., Jawab Adam acuh.

"God! Apa yang kau lakukan padanya Adam?! Sampai gadis itu nekat. Selidik Simon dengan jiwa statik Lawyernya.

"Tsk! Adam menaikkan bahunya malas.

"Jangan bilang kau melecehkannya bro. Jawab David asal.

Adam diam, tak menanggapi para sahabatnya. Walau tanpa di jawab pun sahabatnya ini sudah dapat menebak jawaban pastinya. Ya... Adam telah melecehkannya!

"Shit! Adam! Dia gadis polos... terlebih... dia masih dibawah umur! Rutuk Simon sedikit geram.

"Apa kau tau! seluruh negara tengah menyerukan undang-undang Perlindungan anak dan memberantas pidofil, Memberikan hukuman berat pada para pelaku! Ucap Simon kembali mengingatkan. "Apa kau mau menjadi salah satu dari mereka hah? Kau mau di kebiri?

"Aku sudah siap dengan segala resikonya. Kata Adam arogan.

"Ya... ya... Kau memang keras kepala! Ejek Simon.

"Come on! Kita semua sudah dewasa, tau apa yang musti kita lakukan. Berani berbuat berani bertanggung jawab. David melerai dua sahabatnya yang berargumen.

"Yang membuatku kalut bukan itu saja.... kalian tau... gadis itu..., Adam tak melanjutkan ucapannya. Sebaliknya Adam mengeluarkan secarik kertas. Melemparnya sembarang ke atas meja kerjanya. Tepat di hadapan David.

"Selidiki dia, sampai ke akar-akarnya. Ucapan Adam begitu dingin... Ada kilatan kemarahan tak terbaca di matanya.

"What!!! Mata David melotot. "Ada apa lagi ini?! Selidik David tak mengerti saat membaca sebuah tulisan di secarik kertas.

"Kerjakan apa yang ku perintahkan dav! Titah Adam "Jangan banyak bertanya!.

"Tsk! Kau yakin?

Adam hanya membalas dengan senyuman tipis yang semakin terlihat mengerikan.

"Ok! David pasrah.

_____________

Kelopak mata Jade baru saja terbuka, tertegun melihat sosok mengagumkan sekaligus sangat menakutkan berada tepat disampingnya. Pria itu tengah duduk tenang sambil menatapnya tajam. Gadis yang sudah putus asa itu terkejut karena orang yang pertama dia lihat saat membuka mata adalah pria brengsek yang telah menjungkir balikan kehidupannya begitu tragis.

Mata gadis itu berkedip dua kali sebelum dengan cepat berusaha untuk menjauhkan tubuhnya dari Adam.

Mereka memang memiliki jarak yang sedikit jauh, tapi bukan berarti jika tangan Adam tidak bisa menggapainya ketika pria itu mengulurkan tangannya.

"Ap - Apa yang anda lakukan? Tanya Jade terbata-bata.

"Memerintahkan mu untuk membersihkan diri dan segera lah mengisi perut kecil mu itu. Sahut Adam datar. "Cepat! Atau kau ingin aku yang akan membersihkan tubuh mu?. Ancam Adam dengan kespresi serius, membuat Jade ketakutan.

Segera Jade turun dari tempat tidur, dengan selimut yang menutup tubuhnya.

"Hey! Panggil Adam. "Uhuk... Apa kau sudah baik-baik saja? Tanya Adam canggung.

Jade tidak bodoh untuk menoleh kebelakang. Karena jika dia menoleh, maka akan memberikan dampak yang aneh. Jade malas berdebat tentunya, toh dia tentu saja dalam keadaan tidak baik-baik saja setelah semua hal gila yang telah di lakukan nya. Jade tidak perlu merespon. "Drama basa-basi Opera sabun! Batin Jade.

Berlari kecil, dan menghentakkan pintu kamar mandi dengan keras. Jade kemudian merapatkan tubuhnya pada pintu. Gadis itu terisak meratapi nasibnya yang begitu kejam.

Jade bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya dosa apa yang pernah dia lakukan sampai tuhan menghukumnya seperti ini?. Jade sudah menjadi wanita kotor tak berharga karena ulah pria gila yang sama sekali tidak pernah dia ketahui seluk-beluknya.

Setelah mencoba melakukan percobaan bunuh diri kemarin. Nyatanya dia masih tertolong dan masih bernafas sempurna sampai detik ini. "Apa aku harus mencobanya lagi? Pikir Jade kalut. Memandang cermin yang ternya telah terganti dengan model yang baru.

Belum selesai Jade berfikir kearah situ. Tiba-tiba suara berat dan dingin mengejutkannya dari balik pintu.

"Jika kau berfikir untuk bunuh diri lagi... Ingat perkataan ku kemarin. Bahwa aku akan mengunakan seribu cara untuk membuat mu hidup kembali... Camkan itu nona!

Tubuh Jade merosot kebawah, terkulai lemas di lantai, menggigil mendengar ucapan pria brengsek itu. Seperti sebuah sumpah yang harus di tepati.

Adam tersenyum sinis, karena yakin gadis itu pasti akan mendengarkan ucapannya.

Adam memutar tubuhnya, berniat meninggalkan kamar pribadinya. Menyusuri koridor dengan langkah tenang hingga dia berpapasan dengan kepala pelayan yang membawa troli makanan yang sudah dia perintahkan untuk di siapkan agar dapat di nikmati oleh Jade.

Adam menghentikan kepala pelayan. Menatap hidangan yang telah di siapkan khusus oleh para koki pribadinya. Adam mengangguk puas dan meginstruksikan agar memastikan gadis itu memakan semua hidangan serta mengkonsumsi obatnya.

Kembali berjalan tenang kearah ruang belajarnya. Mencoba mencari ketenangan dan mengembalikan fokus pikirannya. Para pelayan sudah menyiapkan secangkir kopi hitam panas dan beragam cemilan siang di meja kerjanya.

Menghirup dalam aroma kopi timur tengah yang memiliki bau khas dan kekentalan yang padat. Menyesapnya membuat sedikit rileks. Menikmatinya berberapa detik. Menarik piring kecil di hadapanya hendak menyantap kue kering beraroma kayu manis dengan selai apel diatasnya yang merupakan cemilan kegemarannya sejak kecil. Namun terhenti sebelum kue itu menyentuh bibirnya.

Kening Adam berkerut tak suka. Meraih telpon rumah untuk menghubungi dapur. "Bawakan aku kue kering yang mengunakan selai Strawberry. Titah Adam dingin.

Entah mengapa Adam ingin menikmati cemilan dengan olesan selai strawberry memenuhi Indra penciuman dan perasa nya. Mungkin itu karena bau tubuh Jade yang beraroma strawberry menyegarkan. Pikir Adam mulai linglung.

Tak lama berselang, Kepala pelayan muncul di hadapan Adam dengan membawa sepiring kue kering dengan olesan strawberry berwarna merah yang sangat menggiurkan. Ya... sama dengan Jade yang sangat menggiurkan. Adam mulai gila!

Menikmatinya dengan tenang namun terlihat jelas ada senyum tipis di setiap Adam menggigitnya.

Kepala pelayan tentu saja di buat tak percaya dan keheranan. Dia sudah bekerja bersama keluarga Lucas saat pria di hadapanya ini masih bayi. Tentu saja dia tau di luar kepala bagaimana kepribadian sosok Adam Lucas. Adam tidak pernah tersenyum selepas kedua orang tuanya wafat, dan lihat sekarang dia tengah tersenyum walau sangat tipis! Dan catat kembali... Sejak kapan Adam Lucas menyukai strawberry?! dia membenci buah itu, serta seluruh olahan yang berbahan dasar strawberry. Kepala pelayan bergidik ngeri.

"Sudah puas menatapku?

"Ah... ya... maafkan saya tuan muda. Tunduk kepala pelayan.

"Hmmm.... Apa gadis itu sudah menyantap makanan dan obatnya?

"Nona tengah menyantap makanannya tuan muda. Sepertinya nona menyukainya.

"Bagus! Perhatikan dia dengan baik.

"Saya mendengarnya tuan. Dan saya permisi.

"Hmmm...., Ucap Adam.

Adam meraih handphone di saku celananya

Mendial salah satu nomor. Sekretaris pribadinya. Yang merupakan salah satu orang kepercayaannya selain Simon dan David.

"Teo, segera belikan pakaian beserta Underwear untuk seorang gadis.

"....."

Adam menaikkan alisnya sebelah, tanda rasa heran atas pertanyaan sekretaris nya.

"Ukuran tubuh? Adam berfikir. Lalu dengan mudah dan lancar menyebutkan semua ukuran tubuh Jade. Tentu saja dengan jawaban ukuran yang tepat. Bentuk Tubuh mungil itu sangat melekat di otak dan pikiran Adam. Di Setiap incinya!

__Perhatian__

Saya hanya seorang ibu rumah tangga memiliki bayi dan pekerja kantoran. Tanpa seorang asisten rumah tangga, Semua dilakukan sendiri. Jangan di tanya sibuknya seperti apa? 24 jam rasanya tidak cukup.

Saya bukan seorang novelis seperti para rekan-rekan novelis yang ada di webnovel yang dapat memuat ber Bab² sekali up date. Saya menulis novel ini di saat senggang saja saat semua urusan kantor dan rumah tangga selesai. Itu pun tengah malam saat sisa² tenaga yang terkuras seharian

albyycreators' thoughts
Nächstes Kapitel