Siang ini cukup terik, aku berdiri tegak menatap pusara yang baru selesai di garap itu. Charlie Budiman, orang yang menjadi targetku garis miring papa mertuaku garis miring lagi papa Clara telah menemui ajalnya. Aku beralih menatap gadis yang berdiri di sampingku mengenakan gaun putih selutut dengan lengan panjang dan model kerah turtle neck. Ya, putih, bukan hitam, diantara semua tamu yang hadir mengenakan pakaian hitam, hanya dia yang mengenakan gaun putih sehingga terlihat mencolok. Orang akan langsung tahu kalau dialah si tuan rumahnya.
Clara menebarkan bunga di atas gundukan tanah itu, wajahnya dingin tanpa ekspresi, jauh lebih dingin dari yang bisa dibayangkan. Tak ada tanda-tanda dia habis menangis, sama sekali tak ada.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com