webnovel

dave.pov

merepotkan, anak ini benar-benar kurang ajar. setelah tanpa memasang rak buku di kamarku tanpa ijin dariku, sekarang dia memintaku bantuanku untuk menyusun koleksi komiknya yang super banyak itu. aku tidak habis pikir bahwa dari dua koper besar yang di bawanya, salah satunya penuh berisi komik, sedang satunya lagi berisi sebuah boneka beruang coklat yang sepertinya sudah sangat lama, koleksi bando telinga hewan dan pakaiannya yang kebanyakan merupakan piyama.

"dave, itu gak satu seri jangan dijadiin satu, ah gimana sih...." omel clara membuatku kesal, aku mana mengerti tentang komik-komik seperti itu?

"kalo kamu emang bisa lebih baik kenapa harus minta bantuanku? kerjain sendiri" ujarku lalu berjalan menuju sofa.

"ih... kok gitu sih? dasar nyebelin" protes clara, pada akhirnya dia mengerjakannya sendiri sedang aku hanya membuka laptopku, mengurus pekerjaanku sambil duduk doi sofa. sesekali mengamati tingkah clara yang saat ini benar-benar seperti bocah. dia mengenakan piyama berlengan dan bercelana panjang warna kuning pudar bermotif kucin dan memgenakan bando telinga kucing warna kuning juga, lalu menata komik-komiknya sambil sesekali melompat karena tangannya tidak dapat menggapai rak yang paling tinggi.

"apa kamu gak punya baju selain piyama? ini masih sore tapi udah pake piyama, apa udah mau tidur?" kataku.

"aku gak peduli mau sore, siang, pagi, atau malem, piyama itu baju kebesaranku, terserah aku mau makenya kapan" balasnya sambil tetap melompat-lompat dan itu sangat menggangguku. kuletakkan laptopku lalu berjalan ke arahnya, mengambil sebuah komik yang sedang di pegangnya. dia tampak terkejut.

"ini taruh dimana?" tanyaku.

"disitu" jawab clara sambil menunjuk bagian yang masih kosong dengan jarinya. aku menaruh komik itu di tempatnya.

"dasar pendek, segini aja gak nyampe" ledekku.

"bodoh, pendek-pendek gini juga istri kamu kan" kata clara tidak terima.

"terserah apa katamu, cepatan, mana aja yang harus ditaruh di atas?" tanyaku. clara tampak senang dengan tindakanku. lalu dia mulai memberiku arahan.

"akhirnya selesai juga, makasih udah bantuin...." kata clara dengan tersenyum.

"aku gak ada niat bantuin, cuma kesel aja liat kamu lompat-lompat, ganggu banget tau gak. aku mau makan malam, mau ikutan gak?" tawarku.

"mau donk, masa diajakin makan gak mau" kata clara, aku tidak menanggapainya dan berjalan keluar kamar, dia berjalan disampingku dengan langkah yang ceria. sama sekali tidak terlihat kalau beberapa saat yang lalu dia hampir menangis karena ucapanku.

kami menikmati makan malam tanpa bicara, sampai clara membuka suara.

"dave, aku boleh jalan-jalan di hutan pinus itu gak?" tanya clara tiba-tiba.

"buat apa jalan-jalan kesana?" tanyaku.

"ya cuma jalan-jalan aja, aku kan gak punya kerjaan disini, masa aku mau nganggur tiap hari, kan bosen. boleh ya...." kata clara sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"terserah, asal jangan masuk hutan terlalu jauh, cukup di jalannya aja dan gak boleh sendirian" kataku.

"ok, tapi cuma besok doank ya ditemeninnya, besoknya dan seterusnya aku gak mau ditemenin lagi" ujar clara.

"terserah, tapi kalo nyasar, atau dimakan anjing hutan atau diculik orang, tanggung sendiri, jangan sampai repotin aku" kataku. clara memasang tampang sebal.

"kok kamu nyunpahin aku jelek-jelek kaya gitu sih?" protesnya.

"kalo nyumpahin bagus-bagus, jadinya doa, udah ah males, lanjutin aja makanmu" kataku santai.

"dasar nyebelin!" gerutunya, tapi aku tidak peduli. mungkin bagus juga kalau dia.diculik, jadi aku tidak perlu repot-repot menghabisinya. tapi sebelum ayah mertuaku mati dia tidak boleh mati dulu.

selesai makan aku kembali ke kamarku, clara mengikutiku.

"kamu mau tidur sekarang dave?" tanya clara begitu kami memasuki kamar.

"kamu kira aku masih bayi? belum ada jam 8 udah mau tidur. kalo kamu mau tidur ya tidur aja, gak usah ngajak-ngajak" kataku.

"sewot amat sih, aku kan cuma nanya" ujarnya, lalu berjalan menuju rak bukunya dan mengembil beberapa komik. wajahnya benar-benar ceria begitu memegang komik. ia tiduran di ranjang sambil membaca komik. sedang aku masuk ke ruangan lain di dalam kamarku yang merupakan ruang kerja dan mengambil beberapa dokumen untuk memeriksanya. mulai dari keuangan hingga perluasan kekuasaanku. bagi orang-orang awam aku hanya seorang pengusaha muda sukses yang terjun di segala bidang perekonomian, namun mereka belum tau siapa aku sebenarnya. hanya penjahat tingkat tingkat tinggi yang mengenalku, itupun hanya sekedar tahu julukanku, bukan benar-benar tahu siapa aku. di seluruh dunia ini banyak organisasi kejahatan yang tidak pernah diketahui orang-orang awam, jika ada berita penangkapan teroris atau perampokan besar. itu hanyalah salah satu bagian kecil pekerjaan kami. pemerintah dan aparat penegak hukum tidak akan bisa menjangkau kami, mereka berada di bawah kekuasaan kami. beberapa organisasi lama bahkan dapat menguasai seluruh negara dan mengatur negara di belakang layar dengan pemerintah sebagai artisnya, tapi untuk mencapai itu tidak bisa didapat dengan mudah begitu saja, butuh waktu lama dan kekuasaan besar, terkadang hingga memunculkan banyak generasi untuk bisa mendapatkan itu, aku yang terhitung baru di dunia hitam masih sangat jauh untuk mencapai titik itu, tidak diusik organisasi besar saja sudah merupakan keberu tungan bagaimana tidak? sekali kau terjun di dunia hitam artinya kau sudah siap untuk mari kapan saja. tapi keberuntunganku ini memang karena aku memiliki strategi cerdas dalam memperluas kekuasaan, seperti dengan menyerang perusahaan-perusahaan yang bermasalah tanpa terlihat mencolok dengan tetap menjadikan pemilik sah perusahaan sebagai penjalan bisnis, tidak ada yang tau bahwa kekuasaanku telah berkembang sesikit demi sedikit.

sudah beberapa jam aku duduk berdiam diri di ruangan ini dengan kebanyakan waktuku untuk mengecek kawasan kekuasaan organisasi lain agar aku tidak salah nantinya. sekarang badanku terasa pegal-pegal, sekarang sudah hampir jam sebelas, besok aku tidak perlu berangkat bekerja, tujuanku meliburkan diri agar aku bisa beristirahat lebih baik dari biasanya, jadi seharusnya malam ini aku tidak perlu repot-repot bekerja, diego pasti sudah melakukannya dengan baik, sekarang aku hanya perlu istirahat.

aku keluar dari ruang kerja dan mendapati clara sedang senyum-senyum tidak jelas sambil membaca komiknya. kupikir dia sudah tidur, ternyata belum.

"belum tidur" ujarku. clara menoleh ke arahku, baru sadar dari dunianya.

"belum, gak bisa tidur" jawab clara.

aku mau tidur, lampunya mau aku matiin" kataku.

"matiin aja gak papa, aku masih bisa baca pake lampu tidur" kata clara.

"terserah" kumatikan lampu kamarku, menyisakan sebuah lampu tidur di meja kecil samping ranjang untuk clara membaca. aku merebahkan diri di samping clara dan memejamkan mata berusaha tidur, tapi otakku terus saja bekerja, akibat bekerja terlalu sering bekerja terkadang membuatku susah tidur, padahal aku juga perlu istirahat.

tiba-tiba kurasakan hembusan nafas dibelakamg tengkukku, aku membalik badanku dan mendapati clara telah terlelap dengan nyenyak, salah satu tangannya masih memegang komik yang tadi dibacanya sementara beberapa komik lainnya masih berserakan di sekitar kepalanya. padahal tadi dia bilang tidak bisa tidur, tapi belum ada lima belas menit aku memejamkan mata dia sudah tertidur duluan, dasar merepotkan.

Nächstes Kapitel