webnovel

#Waktunya Berangkat

---

Sore ini aku bangun dengan cepat dan kemudian kembali mengecek semua persiapan barang-barang yang akan aku bawa nanti.

Tadi pagi Ibu sudah membelikan semua perlengkapan mandi dan lainnya, jadi sekarang cuma tinggal ngecek saja.

Semuanya sudah kupersiapkan dengan rapi, tetapi masih ada yang mengganjal di hatiku.

"Yudi dimana? Tidak ada kabar sama sekali.!" aku tertunduk diatas ranjangku sambil mencoba terus menghubungi Yudi.

Tetapi tetap tidak bisa sama sekali, nomornya gak aktif.

Hmmm

Disaat suasana seperti ini

Kenapa dia harus tidak ada.

"Huhfffffffffft"

Aku menghela nafas dan membaringkan tubuhku keranjang kemudian bermain dengan khyalanku sendiri. Ya aku adalah salah satu orang yang suka mengkhayal.

"Emmm seperti apa ya sekolah gratis itu, apakah ada banyak teman, tapi emangnya mereka baik sama aku, huft. Emmmm gimana ya caranya nanti aku perkenalan apakah ehhmmm ah udah west jangan dipikirkan lagi "

Aku memejamkan mata dan berdoa pada Tuhan.

"Tuhan terimakasih Tuhan, atas karunia-Mu, akhirnya Bayu diterima di sekolah gratis itu, semua berkat Engkau Tuhan. Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa dengan sahabatku Yudi, dan selalu lindungilah keluarga Bayu Ya Tuhan, Terimakasih Tuhan hanya ini do'a yang bisa saya panjatkan kehadiratmu, Amin"

Aku memejamkan mataku perlahan dan membiarkan sang pembawa mimpi membuaiku.

***

Kriinnggg

Aku bangun, dan langsung loncat menuju kamar mandi. Langsung menjeburkan diri, gak sabar buat segera berangkat ke Batu setelah ini.

"Ahhhhhhhhhh"

Aku berteriak dengan sangat kencang.

"Bayyyy!!! Kenapa ada apa nak, Bayyy!!!"

Ibu berteriak khawatir dari balik pintu sambil menggedor-gedor pintu kamarku.

"Buk !! Ibuk!!! tenang!! Bayu hanya kedinginan dan kaget saja dengan air pagi ini, heheheeh" jawabku sambil mencoba menahan tawa.

Tapi rasanya aku gak kuat buat menahannya, akhirnya aku tertawa terpingkal-pingkal, sambil mengelap badanku menggunakan handuk.

Aku berjalan menuju kamar dan melihat jam

"Pantesan, kenapa air dingin banget .. ni baru jam setengah enam pagi!" huft namanya juga orang semangat karena mau berangkat ke sekolah baru, ya rasanya semuanya serba terburu-buru dan pengennya cepat-cepat.

Tenyata akunya yang lupa untuk mengeset alarmku.

Aku berganti baju dan bersiap-siap dengan rapi. Dengan ransel besar di punggung, satu tas kresek buat sepatu di tangan kanan, dan satu tas lagi di tangan kiri. Aku membawa barang bawaanku menuju ke teras.

Aku menunggu di depan rumah bersama dengan Ibu dan Bapak.

"Nak udah siap semuanya? Gak ada yang kelupaan kan!?" tanya Ibu memastikan.

"Hmmm nggak kok Buk, udah semuanya!" jawabku sambil melihati barangku lagi satu persatu.

"Ya udah, sini Ibu kasih tahu sesuatu!" ujar Ibu, dan spontan aku mendekatkan diri padanya.

"Kamu tahu, di sana nanti pasti banyak sekali proses yang akan kamu temui, ingat perkataan Ibu... Seberat apapun proses itu, dan separah apapun proses itu maka jalanilah karena itu adalah sebuah kehidupan. Ingat di saat kamu mendapatkan sebuah proses kehidupan satu hal yang harus kamu tahu, tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan kemudian dengan senyuman, maka bebanmu akan terasa hilang bersamaan dengan hembusan nafas itu!" tutur Ibu padaku sambil mengusap halus kepalaku.

"Iya Ibu Bayu akan ingat apa yang di katakan sama Ibu!"

"Dan satu lagi! Jangan bergaul sama anak laki-laki!"

Kali ini aku di buat bingung dengan peryataan yang di katakan oleh Ibu, kenapa tidak boleh kan aku laki-laki!

"loh Buk memangnya kenapa? Kan aku laki-laki! Kalau aku gak ngumpul sama mereka nanti aku di katain banci!" ujarku pada Ibu.

"Hmmm kalau mereka mengataimu demikian, ingatlah pesan Ibu yang pertama. Dan tujuannya adalah agar kamu tidak berubah menjadi anak yang nakal, karena bergaul sama anak perempuan kamu bisa lebih terarah dan mengerti nantinya. Kamu lihat saja nanti di saat kamu sudah menjalani, maka kamu akan tahu nak!" jelas Ibu menambahkan.

"Hmmm iya Buk, Bayu mengerti!" jawabku dengan agak ragu, ya tapi semua itu demi kebaikanku.

Tak lama kemudian mobil panther warna hitam datang dan berhenti di depan rumahku.

Dengan cepat aku bangkit dan membawa barang bawaanku ke mobil.

Aku menoleh kepada Bapak dan Ibu, mereka melihatku dengan senyuman hangatnya.

"Hati-hati ya nak, jangan langgar peraturan. Ibu selalu do'akan agar kamu disana menjadi orang sukses".

Sambil meraih tanganku dan memelukku dengan erat.

"Jangan nakal disana ya Bay, bapak yakin kamu pasti bisa, dan selalu kabari, jikalau ada apa-apa"

Bapak menambahkan.

Aku menangis dalam pelukkan mereka,  aku menangis bukan karena sedih. Melainkan aku menangis karena aku sangat bersyukur berada di tengah-tengah keluarga ini.

Setelah merasa cukup puas untuk berpelukkan. Aku melepaskan perlahan dan aku berjalan menuju mobil. Aku lihat melalui kaca jendela, sudah ada , Novan dan Agnez di dalam dengan barang bawaannya.

Aku buka pintu dan memasukkan barang bawaanku kedalam mobil.

Cieett

Aku mendengar suara sepeda motor dengan rem mendadak. Dengan cepat aku menoleh ke arah suara tersebut.

"Bayyyy, tega lu udah mau berangkat mau ninggalin gue, kamu gak pamit, lagi!!!."

Aku  menurunkan tasku, dan langsung berlari memeluk Yudi, ini kali pertamaku untuk memeluk seseorang yang aku sayangi.

Bukan sebagai teman, bukan sebagai sahabat, tetapi sebagai KELUARGAKU.

Yudi membalasnya dengan memelukku erat.

"Bay, aku bakalan kangen dengan Lolamu, jangan nakal-nakal ya, aku yakin, pasti disana kamu akan banyak teman baru, teman yang bisa mengerti kamu lebih dalam" ujarnya sambil memegangi pundakku.

Dia meneteskan air mata dan melepaskan pelukkannya.

Sambil mempersilahkan aku untuk masuk mobil.

Aku menghapus air mataku dan aku masuk ke dalam mobil duduk disebelah kanan Novan.

Aku melihat dari dalam mobil, aku melihat Bapak, Ibu, dan Yudi

melambaikan tangan kepadaku.

Aku balas dengan ku keluarkan tanganku dan melambaikan tangan juga pada mereka.

Mobil pun melaju semakin lama, semakin jauh, dan pandanganku semakin lama, semakin memudar.

"Perjalanan kita kira-kira satu setengah jam, jadi kalau ada yang mau tidur gak papa, nanti kita berhenti di kandangan untuk menjemput temen baru kalian juga."

Seru Pak Parman.

Aku hanya menyimak dan membaca buku favorite ku, ya suka membaca buku novel, yang Genre nya Imajinasi, Fantasi, kyahal dan semua yang tidak nyata, tetapi di saat aku membacanya semuanya menjadi nyata bagiku.

Setelah sampai di Kandangan. Terlihat satu anak berdiri di pinggir jalan dan di sebelah kanan ada seorang wanita, pasti ibunya.

Kita berhenti, aku membukakan pintu mempersilahkan mereka untuk masuk.

perjalanan pun dimulai kembali.

Mereka sangat ramai di dalam mobil, aku hanya diam dan berbicara dengan bukuku.

Dan terlelap dalam imajinasiku.

***

"Bay, lihat kita udah nyampek"

Agnez membangunkanku.

Aku membuka mata dengan perlahan dan melihat gerbang dengan parkiran yang sangat luas, di samping kiri aku melihat pohon mangga banyak berurutan dan lebat. Aku melihat Dua gedung berwarna Kuning, dengan bangunan megah dan mempesona. Mungkin itu adalah hotel disini.

Pak Parman memarkirkan mobil di depan, sebuah bangunan yang mirip dengan Penginapan itu.

Aku membuka pintu dan mengambil tas dan barang-barang bawaanku.

"Selamat Datang Para Pemenang"

Kami semua spontan terkejut dan membalikkan badan ke arah suara tersebut.

.

.

.

Nächstes Kapitel