webnovel

#Kepiluan Menghampiriku

"Minggirrrrr"

Suara itu mengejutkanku, membuatku kemudian lompat ke pinggir jalan dan sialnya aku terjatuh.

"Awww!" erangku sesaat.

"Bay!!! Mau kemana??"

Aku rasa mengenal suaranya, aku berdiri dan menoleh ke arahnya

"Ya ampun Yud, kamu dari mana saja, hampir aja aku memutuskan untuk jalan kaki dan berpikiran negatif tentang dirimu!!"

Aku berjalan dan melangkah mendekatinya, tetapi rasa sakit yang kurasakan tidak dapat berbohong untuk kali ini.

"Bay ada apa dengan kakimu?" tanya Yudi sambil memberikan tatapan mata yang tajam, seolah-olah sedang mencari tahu asal muasal kenapa dengan kakiku.

"Puanjang ceritanya, kamu tahulah kenapa aku sampai seperti ini!!" jawabku pasrah padanya.

"Bay,Bay sampek kapan kamu kayak gini terus. Kalau aku jadi kamu udah tak habisin mereka. Huft Terlalu sabar kamu Bay, buat apa ngasih sabar sama orang yang salah!"

Jelas Yudi, yang sebenarnya juga ada benarnya.

Namun aku memutuskan untuk hanya diam dan tersenyum ke arahnya. Dia tahu sekali di saat aku memberikan ekspresi tersebut, maka aku tidak mau cerita.

"Ya udah ayo naik, kita pulang"

Ujarnya mengalah dengan perdebatan yang ada.

Aku naik dengan perlahan ke motor Yudi, dan bersiap untuk pulang.

Disepanjang perjalanan pulang.

Aku hanya diam dan memikirkan kalimat yang diucapkan oleh Pak Hilal tadi.

"Apakah benar?"

"Apanya yang bener Bay?"

"Oh nggak nggak..gak papa kok"

Elakku pada Yudi, pada saat aku tidak menyadari bahwa ternyata aku melamunkan hal tersebut.

"Ayo buruan turun!" ujar Yudi sambil menggoyangkan motornya.

"Ehhhh iya iya"

Jawabku sambil, tertawa.

Aku tidak sadar kalau sudah sampai di rumah.

"Thank you ya Yud, gak mampir dulu?"

"Iya Bay sama-sama, sorry ya aku lagi buru-buru mau nganterin nyokapku. Aku pulang dulu ya!" sambil menyalakan lagi motornya.

"Eittss satu lagi, jangan suka ngelamun ok. Hahaha"

Yudi tertawa sambil menyetir motornya pulang.

Aku hanya bisa diam pada saat dia mengatakan hal tersebut, ya karena memang seharusnya aku gak kebanyakan ngelamun.

Kubuka pintu dan langsung menuju kamarku.

Aku melihat keliling lorong tapi gak ada satupun orang di rumah, Mungkin mereka lagi ke kebun.

Aku masuk kamar dan menaruh tasku di atas meja. Ku hempaskan tubuhku ke-ranjang,

"Eitsss"

Aku lupa ranjangku bukan springbed

Brakkkkk!!!

"Aduh punggungku"

Aku lupa bahwa ranjangku hanyalah ranjang yang terbuat dari kapas dan keras rasanya. Mungkin gara-gara aku terlalu berkhayal bahwa ranjangku adalah springbed, huuufft.

Aku duduk dan memegangi punggungku, rasanya aku encok nih.

"Bay!! makan siang dulu nih, ibu udah masak-kin makanan kesukaanmu!!"

Teriak Ibu dari arah dapur.

"Buk!! Bekalku yang tadi masih ada soale belum tak makan. Aku makan ini aja ya." jawabku sambil teriak membalasnya.

"Ya udah jangan lupa belajar. Ingat, tiga hari lagi kamu UNAS lo!!"

"Emm iyaa"

Jawabku perlahan sambil membaringkan diriku sejenak ke ranjang.

Ku pejamkan mataku dan bertanya kepada Tuhan

"Tuhan berikan aku petunjuk-Mu, kirimkanlah seberkas cahaya terang yang bisa menuntunku untuk bisa menemukan sebuah jawaban, jawaban yang akan membawaku kepada hidup yang baru, kepada apa yang sangat-sangat aku impikan, untuk mengangkat keluargaku, dan bisa hmmmm"

"Aduh aku ini terlalu berkhayal"

Aku langsung menyudahi khayalan ku pada saat sadar akan sesuatu.

Ya itulah aku, aku sangat takut untuk bermimpi dan berkhayal tinggi karena nenek bilang

"Jangan Berkhayal Terlalu Tinggi, Ntar Jatuh sakit!!!"

Itulah ajaran turun temurun dari nenek hingga sampai saat ini masih sangat melekat di pikiranku.

Aku duduk kembali dan membuka tasku untuk mengambil bekalku tadi pagi.

Kubuka perlahan tutupnya yang berbentuk Micky Mouse, dan aku melihat ada nasi, mie goreng, dan sambal bajak kesukaanku.

Aku melipat tangan berdoa sebelum akhirnya aku langsung menyantap makanan tersebut, ini adalah salah satu makanan favoriteku .

"Emmm Yummy"

Waktu makan akan gak mau di ganggu jadi aku habiskan dulu makananku.

***

Aku berdiri dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, tidak sengaja saat hendak ke dapur aku melihat kamar ibu terbuka sedikit.

Karena kamar ibu searah untuk menuju dapur jadi aku putuskan untuk mendekati pintu kamar Ibu. Aku mendengar suara samar-samar antara bapak dan ibu di dalam kamar.

Apa yang mereka bicarakan?

Karena penasaran, ini tidak bisa ku tahan, maka aku mendekatkan telingaku ke pintu yang sedikit terbuka, karena aku penasaran apa yang mereka bicarakan.

"Pak, ibu barusan pinjam uang 5jt untuk biaya bayu ke-SMA" ujar ibu parau.

"Yowes gak papa perkara kita lunasi wes nanti aja di pikirkan, halaman belakang juga masih bisa di gadaikan" jawab bapak sambil mengelus pundak Ibu.

"Pak, ibu pokoke maune Bayu lanjut ke-SMA. Soalnya ibu kasihan sama dia, impiannya besar lo pak!!!! ,ibu pengen Bayu jadi orang yang sukses pak" ujarnya sambil mencoba menahan tangis yang kemudian pecah di matanya.

Aku terlalu diam dan hampir terjatuh ke bawah, karena kakiku gemetar tak sanggup rasanya menahan badanku, ketika mendengar itu semua.

Aku putuskan untuk perlahan melangkahkan kakiku menjauh dari depan kamar ibu. Semakin lama, semakin cepat dan kini aku berlari menuju pekarangan belakang , menaiki tanjakkan untuk mencapai puncak paling tinggi di bukit belakang. Aku berhenti dan mencoba mengatur nafasku agar bisa setidaknya lebih tenang.

Aku duduk di batu besar dimana itu kenanganku bersama dengan keluargaku pada waktu aku masih kecil dulu, mereka sering membawaku kemari untuk melihat indahnya pemandangan desa sebelah yang terlihat dengan sangat jelas dari Puncak bukit ini.

Aku duduk sambil menundukkan kepalaku. Semilir angin sepoi menerpa wajahku mengajakku untuk bercanda, tapi ini bukanlah waktunya.

Nafasku tersenggal-senggal dan aku tidak kuat untuk menahan ini. Air mata mengalir di pipiku, semakin lama semakin deras. Aku terisak-isak dan sulit untukku bernafas,

"Tuhan berikan aku sebuah jalan terang yang membawaku keluar dari permasalahan ini Tuhan!"

Sambil aku lebih merapatkan lutut yang sedang aku dekap sekarang.

"Tolonglah hambamu ini Tuhan..!!!"

Aku berteriak sekuat tenaga

"Tuhan mengapa Tuhan, mengapa engkau memberikan aku... kehidupan seperti ini!!!!!?"

Belum selesai aku berteriak tiba-tiba aku tergelincir oleh kerikil yang berada di atas batu yang aku pijaki.

BUGGG

Kepalaku terbentur batu dengan sangat keras dan aku tersungkur terjerumus kebawah, terguling-guling begitu cepatnya

Krakkk

Kepalaku sangat pusing aku mencoba untuk berteriak meminta pertolongan

"Tolonggg, tooll...ooonnng"

Namun rasanya sia-sia, karena aku sudah tidak bisa menahan beratnya mata yang ingin menutup ini.

Suaraku mengecil...

Saat ini yang bisa aku rasakan hanya sebuah bayangan hitam merasuk kedalam pikiranku.

Semakin lama semakin dalam.

Hingga semuanya terasa gelap dan sunyi.

.

.

.

Nächstes Kapitel