webnovel

Hadiah Ulang Tahun

Feng Cang memasuki kamar pribadi. Di situ sudah menunggu pria berambut pirang yang sedang bermain-main dengan belati di tangannya. Saat matanya menangkap sosok Feng Cang, dia mengungkapkan senyuman berbahaya.

"Ratuku!" Pria pirang itu menghampiri Feng Cang sambil merentangkan tangannya lebar-lebar.

Feng Cang mendengus dingin saat pria itu memeluknya. "Feng Ci, bahkan sampai sekarang kamu masih ingin mencoba menusukku dari belakang?"

"Apa maksudmu?" tanya Feng Ci dengan wajah polos tanpa melepaskan pelukannya.

"Singkirkan belatimu, sialan!" desis Feng Cang Matanya mencoba menoleh ke belakang punggungnya.

Feng Ci menyeringai saat merasakan tangan Feng Cang yang mulai bergetar karena menahan belati di tangannya.

"Lepaskan!" desis Feng Cang semakin tajam.

Feng Ci melepaskan pelukannya tanpa menghilangkan seringai dari wajahnya. "Huh, kamu masih payah seperti dulu," gumamnya sambil melemparkan dirinya ke sofa. "Hanya bisa menahan selama empat belas detik."

Feng Cang memalingkan wajah. Orang lain tidak akan bisa menahannya sedetik pum dan pasti mati karena serangan mendadaknya! "Apa kamu selalu menikam orang saat pertama kali bertemu?"

Feng Ci mengangguk bangga. "Tentu saja! Itu adalah salam spesial dariku."

Feng Cang: "..." Pantas saja dia tidak punya teman... Setiap orang yang ingin berteman dengannya akan mati!

"Aku lihat kemampuanmu sedikit membaik," ucap Feng Ci. Senyumnya melembut tapi kali ini senyum itu tidak mencapai matanya. "Sepertinya, setelah bergaul dengan Setan selama beberapa tahun, kamu memiliki beberapa kemampuan."

"Sepertinya kamu memata-mataiku." Feng Cang menyipitkan mata.

"Tentu saja!" jawabnya lugas. "Memikirkan ratuku berada di mulut harimau setelah keluar dari mulut buaya... Huh, aku selalu merasa aku ingin menyeretmu pergi dari sana."

"Lalu kenapa kamu tidak melakukannya?"

"Apa kamu bisa keluar dari sana selama empat tahun ini?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kamu berpikir bahwa aku bisa membawamu keluar?" Feng Ci tersenyum dengan tidak tulus. "Makhluk jahat itu terlalu mengerikan. Aku hanya mencari sedikit informasi tentangmu dan dia memerintahkan pria feminim itu untuk balik menyelidikiku."

"Pria feminim?" Feng Cang kebingungan.

"Ya, pria dingin dengan kulit sawo matang dan rambut cokelat sebahu," ucap Feng Ci dengan wajah kesal.

"..." Jika Senior Pertama mendengar ini, dia pasti akan segera berlari ke sini dan membunuh Feng Ci.

"Mereka tidak begitu buruk." Feng Cang berkata dengan suara lirih.

Feng Ci tertawa dengan penuh sarkasme. "Di matamu mereka tidak buruk tapi aku buruk?"

Tawanya terhenti, berganti dengan senyuman mengerikan. "Feng Cang, kamu masih bodoh seperti biasa."

Feng Cang tidak bisa menjawab karena aura mencekik yang dipancarkan Feng Ci.

"Aku jelas lebih baik dari mereka, lebih menyenangkan daripada mereka, lebih ramah..."

Senyum Feng Ci tiba-tiba menghilang. "Feng Cang, aku tidak sekotor mereka."

Mata Feng Cang berkilat dengan cahaya samar meski hanya sekilas. Ini pertama kalinya Feng Ci melepaskan aura jahat seperti itu di hadapannya dan aura itu... tidak lebih rendah daripada Setan.

"Kenapa kamu hanya diam? Apa aku menakutimu?" Feng Ci menyeringai tapi matanya berkelip dengan cahaya kekhawatiran.

"..." Pria tsundere ini... matanya benar-benar tidak bisa berbohong.

"Cih, begitu saja takut," ucap Feng Ci dengan nada sinis tapi tangannya mengusap lembut rambut Feng Cang.

"..." Nak, tidak bisakah kamu sedikit menutupi sifat tsundere-mu itu?

"Bagaimana kondisimu?" tanya Feng Cang mulai serius.

"Tidak buruk!" sahut Feng Ci bersemangat, sudah melupakan kekhawatirannya saat melihat Feng Cang yang tidak terpengaruh.

"Semua asetmu di negara ini aman dan aku sudah melatih lima puluh tentara elit untukmu. Satu tentara bisa membunuh setidaknya enam orang dan mereka semua akan setia padamu sepertiku~" Feng Ci mengedipkan matanya, meminta pujian. "Bukankah itu hebat?"

Feng Cang mengangguk puas. Meskipun itu tidak bisa dibandingkan dengan tentara milik Setan, kekuatan itu cukup untuk melindungi dirinya.

Feng Ci menatap Feng Cang yang sedang menyesap tehnya dengan mata berbinar lalu bertanya, "Hei, apa pendapatmu tentang tempat ini? Bagus, bukan?"

Ini adalah Zero Bar, tempat terbaik untuk para orang kaya membuang-buang uang di kota J. Meskipun itu hanyalah sebuah bar, tempat itu terorganisasi dan memiliki sistem tersendiri. Semua berjalan sesuai dengan fungsinya dan lancar.

Bahkan saat pertama kali dia kembali ke sini, dia langsung tertarik saat mendengar tentang bar yang berbeda dari bar biasa ini.

"Terorganisasi, sistem baik, keamanan baik," ucap Feng Cang menilai. "Meskipun ini juga mencangkup tempat prostitusi, tidak begitu buruk!"

Feng Ci berkedip senang. "Itu bagus kalau kamu menyukainya! Sering-seringlah bermain ke sini!"

Feng Cang menaikkan alisnya. "Apa tempat ini milikmu?"

Feng Ci menggeleng cepat. "Ini milikmu!"

Cangkir di tangan Feng Cang bergetar. "Sejak kapan?"

"Sejak hari ini! Aku sudah lama ingin memberikan tempat ini padamu! Ah, aku juga tinggal di lantai bawah." Feng Ci menjawab. "Anggap saja sebagai hadiah ulang tahunmu. Hmm, aku pikir ini hadiah ulang tahun terbaik!"

"Haruskah aku berterima kasih padamu?" Feng Cang menyentuh dagunya ragu. Pria ini menghadiahinya tempat prostitusi untuk hadiah ulang tahunnya... B enar-benar tidak biasa.

Feng Ci tertawa keras. "Tidak perlu berterima kasih! Aku sudah menganggapmu seperti adik."

"Aku tidak mau mempunyai kakak maniak," ucap Feng Cang datar.

Feng Ci tertawa, tidak terlihat sakit hati sedikitpun.

"Aku pergi," pamit Feng Cang lalu bangkit dari sofa.

Feng Ci hanya menatap punggungnya dengan senyum yang tak kunjung luntur.

Feng Cang terdiam sejenak sebelum membalikkan tubuhnya. "Feng Ci," panggilnya.

Feng Ci memiringkan kepalanya, tertarik mendengarkan.

"Terima kasih," ucap Feng Cang lalu menutup pintu.

Saat pintu tertutup, Feng Cang buru-buru menutupi wajahnya yang memerah karena malu.

Kakek Wang sejak tadi menunggu di luar hanya tersenyum saat melihat tingkah Feng Cang. Sekuat apapun perempuan, dia tetap perempuan. Dia masih akan tetap luluh dengan ketulusan dan kasih sayang.

"Nona?" Kakek Wang memanggil setelah merasa bahwa kemerah-merahan di wajah Feng Cang sudah cukup memudar.

"Aku ingin pulang," ucap Feng Cang.

Kakek Wang mengangguk. "Tolong, ikuti saya," ucapnya sambil kembali memimpin jalan.

Zero Bar adalah tempat orang-orang berpengaruh di ibukota untuk bersenang-senang. Di sini ada banyak orang yang tidak bisa kamu singgung. Jadi, meskipun Feng Cang juga tidak lemah, itu tetap tidak akan berakhir baik jika dia tidak sengaja menabrak seseorang yang lebih kuat.

Feng Cang mengikuti Kakek Wang sambil mengamati sekelilingnya.

Di sudut ada DJ yang memainkan musik, ada bar dan beberapa ruang pribadi di lorongnya dan di kamar-kamar lantai atas adalah tempat khusus untuk menghabiskan malam dengan wanita-wanita yang tentu saja sudah disediakan.

Tidak pernah ada yang berani keberatan dengan adanya tempat ini. Pemerintah juga menutup mata karena berita bahwa pemilik bar memiliki hubungan dengan orang dalam pemerintahan.

Feng Cang menyipitkan mata, merasakan sesuatu yang ganjil. Untuk bisa memiliki jaringan dengan pemerintah hingga memperbolehkan tempat nakal seperti ini, Feng Ci benar-benar tidak biasa.

Dia sudah mengenal Feng Ci sebelum dia pergi ke luar negeri. Tetapi, hingga kini dia belum mengetahui apa latar belakang pria itu.

Pria itu tahu segalanya tentang dia tapi dia tidak tahu apapun tentangnya. Itu membuat hatinya merasa tidak nyaman.

Masih di dalam ruang pribadi Feng Ci, pria itu masih duduk dengan posisi yang tidak berubah dan senyum yang tidak memudar.

Kilatan cahaya muncul di mata Feng Ci. "Ratuku benar-benar keren! Ah, dia juga imut saat sedang malu-malu kucing seperti itu," ucapnya sambil bertepuk tangan.

Tiba-tiba sosok hitam bergerak di balik bayangan. "Tuan muda," panggilnya.

Senyum Feng Ci menghilang, digantikan dengan tatapan membunuh, membuatnya terlihat seperti orang yang sangat berbeda dengan pria yang tadi mengganggu Feng Cang. "Ada masalah?"

Sosok hitam itu mengangguk. "Ini tentang orang-orang dari keluarga Feng."

Feng Ci mendengus tak suka. "Sampah itu! Sayang sekali aku hanya bisa menonton dari sini dan tidak bisa bergabung untuk berpesta," ucapnya suram. "Beritahu informasi itu ke Ah Shen! Dia harus bisa menanganinya."

Sosok hitam itu mengangguk lalu menghilang dalam kegelapan tanpa membuang-buang waktu.

Mata suram Feng Ci menatap gelas anggur di tangannya. "Ah, sayang semua kekuatan di tanganku berasal dari dunia bawah tanah. Ini akan membahayakan ratuku kalau aku ikut bermain."

Feng Ci mendengus lalu mengambil ponselnya.

"Halo?"

"Ah Shen, buka pintu belakang! Orang suruhanku ingin berkunjung," ucap Feng Ci langsung ke inti masalah.

"Oke," jawab Ah Shen singkat lalu mematikan ponsel.

Feng Ci tersenyum dingin saat melihat panggilannya diputus begitu saja. "Bajingan ini melukai harga diriku! Bagaimana bisa dia memutus panggilanku terlebih dahulu?! Itu bagianku!"

Nächstes Kapitel