webnovel

Chapter 58; Case 2: Perdagangan organ bagian 46

Iya ia beranggapan kalau roh Lilac masih bersamanya. Ia beranggapan Lilac menunggu tubuh yang tepat agar bisa merasuki tubuh tersebut dan hidup kembali seperti sedia kala. Ia masih lari dari kenyataan kalau Lilac sudah tiada.

Ia yang awalnya selalu berpikir secara rasional kehilangan rasionalitasnya dan terus percaya pada hal yang ia percayai. Padahal ia sendiri mungkin sudah tahu itu semua tidak mungkin. Orang yang sudah mati tidak akan pernah bisa hidup kembali.

Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan kerabat para perempuan yang menjadi korbannya dan hanya mengikuti rasa ingin tahu dan obsesinya.

Dingin air dari shower kamar mandi menyegarkan otaknya yang belakangan ini terus ia pakai untuk melakukan percobaan-percobaannya. Setelah selesai ia memakai handuknya dan keluar dari kamar mandi, ia menghampiri sebuah rak buku yang ada di kamarnya. Mengambil buku dari dalam rak dan duduk di atas sofanya dengan nyaman sambil membaca buku kedokteran yang ada di tangannya dengan tenang sambil membolak balikkan halamannya ketika ia melihat halaman yang menjelaskan tentang mata juga bagian alat reproduksi wanita di beberapa halaman sebelumnya.

Kelinci percobaannya yang baru Lily sampai sekarang masih belum sadarkan diri dari beberapa operasi yang telah dia lakukan dalam jangka waktu yang pendek meski ia tidak mengikuti prosedur saat melakukan pembiusan dan mengurangi dosis obat bius dari yang seharusnya kepadanya. Ia agak heran mengingat obat bius yang ia berikan cukup sedikit tapi ia tidak terlalu mempedulikannya. Ia juga masih belum mengganti rahim dan kedua bola matanya karena ia baru mengganti kedua ginjalnya untuk kedua kalinya karena tubuhnya menolak ginjal yang sebelumnya ia pasang alhasil ia tidak bisa 'bermain' seperti biasanya saat ini karena ia harus menunggu kelinci percobaannya pulih terlebih dahulu. Beruntung organ lain yang ia pasang bekerja tanpa masalah di tubuhnya.

Sudah tidak terhitung berapa orang yang sudah pernah menjadi kelinci percobaannya. Biasanya satu tubuh dia gunakan untuk lebih dari lima belas kali operasi olehnya dan setelahnya kelinci percobaannya itu biasanya mati karena berbagai faktor. Entah karena over dosis obat bius, pendarahan, oragan yang di pasang tidak cocok atau bunuh diri.

Pada akhirnya para perempuan yang pernah berkata mencintainya berbohong dan berakhir selalu menatapnya dengan tatapan horor setiap ia berusaha menjadikan mereka semakin mirip dengan istrinya. Mereka hanya tidak mengerti. Itu adalah caranya untuk mencintai mereka. Kalau mereka ingin ia cintai mereka harus rela ia jadikan semakin mirip dengan istrinya. Sekarang karena Lily sedang dalam masa pemulihan ia tidak bisa mengoprasinya. Lagipula dia cukup menyukai tubuh korbannya yang satu ini. Bahkan meski ada keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengannya ia tidak lakukan karena dia tidak sadarkan diri.

Sebejat-bejat kelakuannya ia tidak akan menyerang seorang perempuan yang sedang koma. Lagipula kalau ia menyerang perempuan yang sedang koma seperti Lily rasanya akan sama saja dengan melakukan hubungan seks dengan mayat. Ia benar-benar harus mencari perempuan lain lagi. Mencari di bar mungkin ide yang bagus.

Tapi para pekerja seks komersial biasanya terlibat dengan minuman keras dan obat-obatan terlarang. Selain itu mereka juga ada kemungkinan terkena HIV atau AIDS karena itu ia tidak pernah mencoba mencari di sana. Tapi kali ini karena targetnya hanya untuk di jadikan boneka latihan tidak masalah.

'Iya, itu ide bagus. Mungkin aku akan pergi ke sana besok. Setidaknya tubuh mereka bisa di jadikan bahan eksperimen olehku ketimbang mereka harus melayani puluhan pria dalam satu hari.'

Pikirnya, Harry memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya dan pergi untuk tidur namun ia merasakan sesuatu yang dingin di kepalanya.

'Ini... tidak mungkin...'

Pria itu tidak bisa bergerak lebih tepatnya dia terlalu takut untuk bergerak karena mulut pistol yang seseorang tempelkan di belakang kepalanya.

"Selamat malam pak Harry Lavine bisa kita bicara sebentar?"

Tanya Aksa sambil tersenyum.

"Kamu... siapa kamu sebenarnya?"

"Oh iya, bener juga. Aku belum memperkenalkan diri ya? Nama samaranku black phanter. Aku adalah ketua dari organisasi yang melindungi warga negara Indonesia dari balik layar. Sang ratu sudah memberi perintah."

Kata ratu yang di ucapkan oleh laki-laki di belakangnya membuat wajah seorang wanita yang seringkali muncul di acara berita dan koran muncul di kepalanya. Alexa, ia tidak menyangka wanita yang tampak lemah lembut itu tidak takut mengotori tangannya sendiri. Lagipula dari mana wanita itu tahu tentang perbuatannya?

"Jadi kamu kucing hutan piaraan sang ratu?"

Ledekan pria itu bukannya membuat Aksa kesal dia malah tertawa keras.

"Piaraan? Bener-bener lucu. T.I.M gak pernah tunduk dengan sang ratu, tapi sang ratu yang mengakui kemampuan kami. Dia mengakui kalau kami lebih bisa di percaya untuk membereskan orang-orang seperti anda pak Harry Lavine."

Harry menggertakkan giginya. Ia terlalu lengah. Mata laki-laki itu melirik ke arah seseorang yang saat ini sedang berdiri di belakangnya. Ia menemukan kalau orang itu ternyata adalah seorang pria muda berambut pirang dengan mata biru yang tampak menatapnya dengan tatapan dingin. Pria itu tampak memakai pakaian anti peluru canggih di tubuhnya dan sepertinya sudah melakukan persiapan dengan matang untuk menangkapnya.

"Anda telah berurusan dengan T.I.M pak. Sekali anda berurusan dengan kami. Anda gak akan bisa lari lagi."

Laki-laki itu berusaha memikirkan cara agar ia bisa kabur namun tidak ada yang muncul di benaknya tapi kemudian ia melirik sebuah jendela yang di halangi oleh lemari. Jika dia bisa ke sana dia bisa kabur dengan melompat dari sana. Dengan sekuat tenaga iapun melepaskan diri dari Aksa dan melompat lewat jendela. Namun anehnya laki-laki itu tidak mencoba sama sekali untuk menghentikannya dan malah tersenyum.

"Bodoh."

Saat ia melompat ia tahu akan jatuh ke atas tanah namun saat ia berbalik dan melihat kebawah ada banyak jebakan beruang yang terpasang di sana yang aktif dan laki-laki itu sepertinya sudah tahu semua letak jebakan yang dia pasang dan dia lupa keberadaan perangkap itu di sana. Beberapa bagian tubuh Henry terpotong potong oleh perangkap beruang itu dan jeritan keras keluar dari mulutnya sementara Aksa yang melihat kejadian itu lewat jendela hanya tertawa melihat kebodohan pria itu dan keluar lewat balkon depan. Setidaknya pria itu belum mati.

***

Sementara itu di waktu yang bersamaan Aileen sedang membekukan kolam asam bersama Rei ketika ia mendengar suara jeritan keras dari balik pintu belakang. Aileen memiringkan kepalanya heran dan menatap Rei.

"Rei itu suara siapa?"

"Kayaknya itu target kita Aileen. Mungkin dia nyoba kabur dari Aksa, dia lupa kalau dia masang jebakan di halaman dan lompat lewat jendela."

Aileen tertawa keras mendengar perkataan Rei. Ia tertawa keras sampai membuat air matanya sedikit keluar karena mendengar suara teriakan target mereka yang sekarang mungkin sedang sekarat.

"Aku tahu sepinter-pinternya manusia mereka bisa ngelakuin hal bodoh waktu terdesak tapi aku belum pernah ngeliat hal yang sekonyol ini pfffttt."

Aileen kembali tertawa. Rei menaikkan sebelah alisnya heran, bukankah Aileen sendiri yang bilang tugas dokter adalah menyelamatkan nyawa?

"He~ kamu gak mau bantu dia? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau tugas seorang dokter itu nyelametin nyawa?"

Sedikit demi sedikit tawa Aileen mereda, ia menghapus air mata yang keluar dari ujung matanya tadi.

"Gak, rekan lebih penting. Lagian aku mau ngedenger jeritannya yang kayak perempuan itu lebih lama lagi."

"Dasar sadis."

Komentar Rei di balas senyuman oleh perempuan yang di sayanginya itu dan berkata.

"Gak apa-apa kan? Biarin dia menderita lebih lama sedikit. Apa lagi mengingat semua jebakan itu di letakkan di luar ruangan mata pisaunya pasti banyak yang udah berkarat dan hal itu bakalan bikin penderitaannya makin berlipat ganda."

Aileen terdengar kembali tertawa namun tawanya kali ini terdengar menakutkan seperti seorang tokoh jahat di dalam film. Tapi bukannya takut pada Aileen wajah Rei malah tampak agak memerah.

'Dia menakutkan saat seperti ini tapi aku makin jatuh cinta padanya, astaga dia makin terlihat sexy...'

"Rei kita udah bisa lewat sekarang."

Rei tersadar dari lamunannya. Melihat cairan asam itu sudah membeku Aileen dan Rei pun berjalan ke arah 'gudang' dan masuk ke dalam sebelum kemudian Rei mengeluarkan lasernya dan mulai melubangi tembok rumah itu dengan membuat pola seperti persegi panjang yang tampak tidak rapi di sekitar pintunya namun karena pintu itu tidak terjatuh dengan sendirinya Aileen menendangnya sekuat tenaga dan membuat lubang besar di tembok itu agar mereka bisa lewat.

Pintu rahasia yang tadinya terpasang di sana sudah jatuh ketanah dengan jejak telapak sepatu Aileen yang tampak terlihat di bagian pintu yang yang sebelumnya ia tendang. Keduanya terkejut melihat pemandangan di sekitar mereka.

Ruang rahasia ini penuh dengan alat bedah yang tampak tertumpuk di sebuah ember karena belum di bersihkan, berbagai jenis obat bius, dan beberapa tubuh wanita yang wajahnya tampak sama persis satu sama lain. Bukan karena mereka kembar tapi mereka di buat seperti itu. Mata hijau, rambut pirang bibir tipis dan kulit putih. Aileen bisa melihat kalau penampilan mereka di ubah oleh dokter gila itu.

Bukan hanya itu ada banyak jahitan di tubuh mereka dan karena mereka sepertinya tidak di gunakan lagi Harry sepertinya membersihkan memisahkan organ-organ tubuh mereka dan mengawetkannya dan ia masukkan kedalam kaca, mungkin untuk di jual sebagai bahan pembelajaran ke fakultas kedokteran. Mereka akan kesulitan untuk menemukan identitas asli semua mayat perempuan itu dengan wajah mereka yang tampak sama semua. Untung sidik jari mereka masih utuh yang berarti mereka belum lama kehilangan nyawa mereka.

Merekapun terus berjalan hingga kemudian mereka melihat Angga yang tampak bersandar di dekat sebuah tabung raksasa tampak sudah tidak sadarkan diri dengan tubuh seorang wanita yang tampak berada di dalam tabung itu. Aileen langsung berlari ke arah Angga dan mulai mengecek keadaannya dan membalut luka di kakinya setelah membersihkannya dengan anti septik sementara Rei mengeringkan tabung raksasa di mana Lily berada dan mengeluarkan Lily dari dalam tabung itu. Aileen yang sudah menangani Angga memasang ulang kembali alat-alat yang menopang kehidupan Lily dan Rei membantu Aileen untuk memindahkannya ke tempat tidur di ruangan itu agar Aileen bisa memeriksanya.

Nächstes Kapitel