webnovel

Chapter 56; Case 2: Perdagangan organ bagian 44

Suaranya kecil dan terdengar imut sepertinya itu adalah suara anak laki-laki. Ia mulai memikirkan siapa anak yang sedang bicara dengannya ini sambil mengingat-ingat semua anak yang berfoto dengan Aileen sebelumnya. Namun hanya ada dua anak laki-laki yang Aileen adopsi. Riku masih bayi sementara satunya lagi Kinan sepertinya berusia sekitar sebelas atau mungkin juga dua belas tahun.

"Halo? Ini siapa?"

"Liku~"

Rei agak kaget mendengar perkataan anak itu. Bukankah itu berarti foto yang Aileen pajang di ambil sekitar beberapa tahun lalu? Berapa umur Riku sekarang? Anak ini sepertinya cukup pintar dan dari cara bicaranya yang masih belum terlalu lancar umurnya mungkin sekitar empat atau tiga tahun. Ia penasaran tapi ia menepis rasa pemasarannya dan bertanya.

"Riku? Di mana Aileen?"

"Mama? Di dapul~"

Jawabnya dengan suara polos khas anak kecilnya.

"Bisa tolong kasih handphonenya ke mama?"

"Bisa~ tunggu sebental ya~"

Anak kecil berambut hitam itu turun dari tempat tidurnya dan berlari kecil ke arah dapur untuk mencari Aileen yang tampak sedang membuatkan bubur untuknya. Anak berumur tiga tahun itu menghampiri Aileen secara diam-diam dan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Merasakan ada tangan kecil yang memeluknya Aileen menengok dan melihat anak kecil berambut hitam dengan mata merah tampak memeluknya dari belakang. Perempuan itu tersenyum padanya dan mulai menasehatinya.

"Apa yang mama bilang tentang pelukan?"

"Gak boleh peluk mama waktu masak soalnya bahaya~"

"Terus kenapa tiba-tiba kamu peluk mama? Nanti kalau buburnya kena kamu gimana? Panas lho buburnya."

"Maaf mama Liku gak akan ulangin lagi~"

"Lain kali hati-hati ya? Nah sekarang ada apa?"

"Ini mama ada yang telpon."

"Siapa?"

"Kucing hitam!!"

Aileen yang mengetahui kalau itu adalah nama panggilannya pada Rei langsung mengambil handphonenya dari tangan Riku. Sementara itu Rei yang mendengar percakapan mereka mulai berpikir. Ia yakin ia tidak pernah mengotori Aileen. Ia selalu menjaga Aileen agar perempuan itu tetap suci dan tidak membiarkan satupun laki-laki hidung belang menyentuh sehelai rambutnya. Dan lagi Aileen tidak pacaran dengan siapapun selain dengannya. Kalau Riku benar anak Aileen kemungkinan paling besar ialah ayah kandungnya!! Belum lagi ada kemungkinan umur Riku dan waktu saat dia pergi meninggalkan Aileen sangat cocok. Ia pergi empat tahun yang lalu kalau Aileen mengandung anaknya saat itu umur Riku sekarang mungkin sekitar tiga tahun, bukankah kebetulan ini terlalu pas?!!

'Gak itu gak mungkin, aku mungkin udah di bunuh duluan sama Adara sekarang kalau itu bener'

Pikirnya dalam hati. Tapi kalau begitu kenapa Aksa tidak mengatakan apa-apa padanya?

"Rei ada apa?"

Tanya Aileen, Riku sudah tidak ada di dekatnya dan dia sedang bersama saudara-saudaranya. Mendengar suara Aileen ia tersadar dari lamunannya, ia meruntuki otaknya yang malah memikirkan hal ini ketika ada Angga yang masih harus mereka selamatkan.

"Aileen Angga ceroboh. Dia terluka dan kayaknya sih terjebak"

Jelasnya kepada Aileen, Aileen menghela nafasnya mendengar perkataan Rei. Padahal ia ingin bersama semua anak-anaknya saat ini tapi keadaan sepertinya tidak berpihak kepadanya.

"Dia itu, apa dia menemukan Lily?"

Tanyanya sambil sesekali mengaduk bubur yang dia buat.

"Dia menemukannya. Bisa periksa dia?"

Aileen beralih menatap Riku yang tampak menatapnya dengan wajah yang tampak agak murung. Aileen tersenyum dan mengusap rambut Riku.

"Iya aku bisa. Aku ke sana pake motor kamu?"

"Gak usah, kamu butuh pakaian khusus kamu Aileen. Kirimin lokasi kamu nanti biar aku yang ke sana."

Mendengar perkataan Rei Aileen langsung mengirim lokasi keberadaannya.

"Lokasiku udah aku kirimin Rei."

"Maaf ya Aileen, tadinya aku gak mau ganggu waktu kamu sama anak-anak."

Tanpa sadar Aileen menggeleng meski tahu kalau Rei tidak bisa melihatnya. Rei sudah membantunya tadi lagipula ini semua di luar dugaan mereka.

"Gak apa-apa inikan udah tugas aku Rei, dimana kalian butuh sebagai dokter aku harus ada. Anterin aja aku lagi nanti. Riku masih butuh aku di sini."

Tanpa sadar Rei mengangguk juga dan berkata.

"Iya, aku mau periksa peralatan yang bakal kita butuhin di sana. Nanti aku hubungin lagi kalau aku udah sampai di sana."

"Yaudah aku juga mau nyuapin Riku, hati-hati di jalan Rei"

Rei hanya berguman dan Aileen langsung mematikan telpon dari Rei, setelah Adnan selesai memasukkan barang-barang yang di butuhkan kedalam mobil Rei menyalakan mobil vannya .

"Padahal aku bisa hancurin dindingnya."

Gerutu Adnan yang kesal tidak bisa ikut karena Haruou tidak ada di tempat dan membuat ia harus menjaga apartemen sendirian dengan Luna yang juga tampak menguap di sampingnya.

"Gak bisa, lagian itu bukan rumah biasa. Aku gak mau ngambil resiko. Lagian kamu harus jaga apartemen dan Luna selama kami gak ada."

Adnan beralih menatap Luna yang tampak menatapnya dengan wajah polos tanpa dosanya karena ingin minum susu. Kenapa jadi dia yang menjadi babysitter Luna? Untung saja harimau itu imut.

"Yaudah pergi sana his-hus aku mau bikinin susu buat Luna terus nonton anime."

"Kerja yang bener atau action figur kesayangan kamu bakalan aku bawa ke tempat lelang ngerti?"

Mendengar ancaman Rei Adnan agak merinding. Masalahnya semua action figure dan statue yang dia beli harganya bisa di bilang cukup mahal. Apalagi ia punya statue dan action figure lama yang harganya sudah berlipat ganda sekarang. Di tambah ada pula hologram interaktif di kamarnya yang bernama Luminous yang berfungsi seperti maid pribadinya. Dia tersambung dengan perangkat elektronik di ruangan apartemen Adnan juga merupakan teman bicara saat Adnan sendirian di ruangannya, belum lagi semua action figure dan statue langka lainnya beserta diorama di kamarnya. Kalau semua itu di jual... katakanlah hartakarunnya ini mungkin bernilai sekitar 4 milyar. Bisa lebih mahal lagi kalau di tempat lelang...

"Ahahaha cuma becanda kok kak! Cepetan pergi sana, kak Aileen udah nungguin kakak tuh."

Rei memutar kedua bola matanya dan menjalankan mobilnya menuju tempat di mana Aileen berada.

***

Sementara itu Aileen yang menunggu Rei untuk menjemputnya tampak sedang menyuapi Riku setelah bubur yang di buatnya sudah agak mendingin.

"Riku, setelah ini mama harus pergi kerja Riku gak boleh nakal di rumah. Nurut sama kakak ya?"

"Iya mama~"

Jawabnya dengan wajah yang ceria sambil memakan bubur yang di buatkan Aileen untuknya.

"Kinan"

Panggilan Aileen membuat seorang anak laki-laki yang usianya tampak sekitar empat belas tahun menghampirinya. Rambutnya hitam matanya coklat dan ekspresi wajahnya tampak terlihat lebih dewasa dari pada anak seusianya. Dia tampak menggunakan sweater dan celana panjang katun ia juga tampak menggunakan kaca mata dan berjalan mendekati Aileen.

"Iya ibu?"

"Setelah ini ibu mau pergi, ibu ada pekerjaan darurat. Jaga Riku selama ibu gak ada ya?"

"Iya gak masalah kok ibu, ibu gak usah khawatir."

Aileen tidak pernah berhenti bersyukur punya anak anak yang baik dan mudah di atur seperti Kinan dan Riku juga anak anak angkatnya yang lain. Aileen tidak pernah sekalipun menekan mereka untuk menjadi yang terbaik di sekolah tapi anak anak itu sendiri yang saling berlomba lomba untuk membuatnya bangga. Mereka tidak pernah sekalipun membuat masalah di sekolah mereka dan membuat begitu banyak prestasi yang tidak terhitung jumlahnya. Tapi terkadang Aileen merasa bersalah pada mereka. Aileen jarang ada di rumah karena ia juga kuliah belum lagi dia adalah seorang aktivis lingkungan yang membuatnya kadang harus pergi ke luar kota untuk waktu yang cukup lama di tambah lagi dengan posisinya yang sekarang sebagai Dokter dalam T.I.M mengurus gedung apartemen sepuluh lantai juga tidak mudah ketika apartemennya bahkan tidak penuh. Untungnya ada robot pembersih yang bertugas di semua lantai.

"Makasih ya, maaf ibu jarang ada di rumah dan peran ibu jadi malah kamu yang gantiin."

"Gak apa-apa aku sama yang lain ngerti posisi ibu gimana apa lagi bibi Adara juga udah gak ada. Jadi kami hanya bisa bergantung sama ibu."

"Jangan khawatir ibu akan segera pulang ya?"

"Iya"

"Mama"

Mendengar ada beberapa suara anak kecil yang memanggilnya Aileen menengok melihat tiga anak lain tampak menatapnya. Yang satu adalah anak perempuan berusia dua belas tahun Alena dan dua anak kembar perempuan yang umurnya sekitar delapan tahunan Melody dan Melisa. Aileen tersenyum kepada mereka dan merentangkan kedua tangannya.

"Sini mau pelukan?"

Ketiga anak itu langsung berlari kecil menghampiri Aileen dan memeluknya begitu juga Riku yang tampak ikut ingin di peluk juga.

"Jangan khawatir mama bakal pulang secepatnya, kalian semua nurut sama kakak ya?"

"Um..."

Tiba tiba semua orang mendengar suara bel berbunyi. Aileen langsung berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang bersama dengan Riku yang mengikutinya dari belakang karena penasaran. Saat ia membuka pintu Aileen melihat Rei tampak baru saja datang dengan menggunakan seragamnya namun tanpa menggunakan kontaklensnya dan menggunakan kaca mata khususnya membuat kedua matanya tidak terlihat dari kaca matanya.

"Kita harus pergi sekarang"

"Aku mengerti"

Rei melihat seorang anak laki-laki yang tampak berdiri bersembunyi di belakang Aileen. Aileen berbalik dan mensejajarkan dirinya dengan anak itu dengan berjongkok. Setelah Aileen berjongkok ia bisa melihat dengan jelas anak itu. Dia memiliki rambut berwarna hitam namun memiliki wajah dan warna mata yang mirip dengannya. Anak itu seperti replika dirinya sendiri saat dia masih kecil. Penampilan anak itu membuatnya mulai mempertanyakan apa benar dia anak angkat Aileen atau benar anak kandung mereka. Anak itu terlihat sangat sayang kepada ibunya dan tidak mau berpisah darinya. Rei merasa bersalah karena dia telah membuat anak itu kehilangan waktu berharganya dengan ibunya apa lagi sepertinya Aileen jarang pulang.

"Mama hati-hati ya, jangan sampai luka lagi lho."

Aileen tertawa kecil dan mengusap rambut anak itu.

"Iya mama janji, sekarang kamu masuk kedalem terus tidur ya?"

Anak itu tersenyum polos dan mengangguk, iapun beralih menatap Rei cukup lama sebelum kemudian berkata.

"Jaga mama ya?"

Mendengar perkataan anak yang terdengar lebih dewasa dari umurnya itu Rei tertegun. Kedua mata anak itu tampak tegas dan serius tapi karena tubuh kecilnya hal ini malah membuatnya tampak makin imut. Reipun tersenyum tipis dan hanya mengangguk kepadanya sebelum kemudian melihat anak itu masuk kedalam rumah.

"Aileen ayo pergi."

Aileen mengangguk dan keduanya pun masuk kedalam mobil.

Nächstes Kapitel