webnovel

Perjalanan Panjang

Redakteur: EndlessFantasy Translation

Dengan adanya fakta bahwa tiga garnisun sekutu berangkat menuju Ibukota Kerajaan, di mana Qin Wu dan Qin Chuan ditahan, Qin Wentian memahami bahwa mereka secara tidak langsung ingin memberikan tekanan kepada Kaisar. Hanya cara itu yang bisa mereka lakukan untuk sementara waktu agar dapat memastikan keamanan Qin Wu dan Qin Chuan.

Mengenai masalah pengusirannya dari Klan Qin, Qin Wentian juga sangat jelas bahwa ini semua dilakukan untuk melindunginya. Mungkin dalam beberapa hari selama ia menghilang, telah terjalin komunikasi dan kesepakatan antara Mustang dan Klan Qin.

"Di dunia yang berorientasi pada kekuatan, semakin kuat, semakin absolut kekuasaan yang didapat. Jika ada suatu hari ketika aku bisa membubung menembus langit dan mencapai puncak kekuatanku, aku pasti akan menginjak-injak kekuasaan kekaisaran. Tentu saat ini, mereka akan sebisa mungkin membatasi segala potensi dari generasi muda Klan Qin, tidak heran." Qin Wentian menarik napas dalam-dalam saat api mulai membakar hatinya. Karena jiwa astral pertamanya dibentuk dari Lapis Langit kelima, ia bisa melakukan hal yang sama untuk pembentukan jiwa astral kedua dan ketiganya. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah waktu ….

Dengan menggunakan malam sebagai perlindungan, Qin Wentian tiba di kediaman Klan Qin tanpa menarik perhatian. Di kejauhan, ia melihat beberapa bayangan tubuh yang sedang menunggang kuda dan membawa barang bawaan, sepertinya mereka siap melakukan perjalanan panjang.

"Kakak Yao." sosok-sosok itu menaiki kudanya dan memacunya kencang. Setelah beberapa saat, Qin Yao dan yang lainnya tiba di lokasi Qin Wentian, begitu melihatnya, tubuh Qin Yao menjadi kaku.

"Wentian." wajah Qin Yao merekahkan senyum bahagia saat ia turun dari kuda perangnya dan berlari menuju Qin Wentian.

"Kakak, Qin Shang, Qin Zhi, kalian mau pergi ke mana?" tanya Qin Wentian.

"Wentian, Kakek dan Ayah dibawa ke Ibukota Kerajaan. Tak ada pilihan lain, Klan Qin menggerakkan pasukan dan memutuskan untuk melancarkan serangan ke Ibukota Kerajaan. Jika kita akhirnya dikalahkan, hanya kematian yang menunggu kita. Paman Kedua memutuskan bahwa kami harus pergi ke Negeri Awan Salju demi melanjutkan kultivasi," jelas Qin Yao. Baru sekarang Qin Wentian mengerti. "Meskipun pertempuran sudah dekat, kemenangan dan kekalahan telah ditentukan. Mengirimkan anggota Klan Qin dari kalangan muda meninggalkan Negeri Chu adalah keputusan terbaik."

"Karena takut ketahuan oleh mata-mata, kami memutuskan untuk berangkat pada malam hari. Semua anggota kalangan muda dari Klan Qin akan pergi dalam beberapa kelompok. Wentian, saat kau tiba di Perguruan Bintang Kekaisaran, kau harus melakukan yang terbaik dalam berkultivasi dan tidak memikirkan tentang peperangan ini." mata Qin Yao memerah ketika ia berusaha keras menguasai diri.

"Aku mengerti. Hal yang sama berlaku untuk kalian semua." Qin Wentian mengangguk dengan berat. Keinginan untuk menggulingkan Ibukota Kerajaan dengan kekuatan mereka saat ini adalah mustahil. Meskipun demikian, Qin He tidak punya pilihan lain selain melanjutkan apa yang telah diputuskan.

"Oh, iya, Paman Keling telah menghilang, dan kami tidak dapat menemukannya. Paman Kedua dan Ketiga ada di luar kota, jadi kau tidak perlu lagi pergi ke Kediaman Klan Qin. Malahan kau harus berangkat ke Perguruan Bintang Kekaisaraan sesegera mungkin," lanjut Qin Yao.

"Paman Keling menghilang?" Qin Wentian menunjukkan ekspresi bingung di wajahnya. Ia awalnya ingin bertanya pada Paman Keling tentang masalah kera iblis, tetapi tampaknya sekarang mustahil. Tidak hanya itu, Paman Keling adalah seseorang yang memiliki banyak pengetahuan, dan pastinya merupakan sosok dengan status luar biasa di masa lalu. Meskipun demikian, Paman Keling menolak untuk bercerita tentang asal usulnya. Setelah melihat kekuatan yang diperlihatkan oleh kera iblis serta astral kecil misterius yang ditinggalkan ayahnya, Qin Wentian tidak sabar untuk mencari tahu tentang orang tua kandungnya.

"Qin Yao, kita harus pergi sekarang untuk menghindari mata-mata dari Klan Ye." Qin Shang melangkah mendekat saat melihat Qin Wentian dan mengatakan, "Wentian, di Klan Qin, bakatmu adalah yang terbaik. Di masa depan, kau akan memiliki prestasi luar biasa. Kau harus menjadi seorang tokoh yang utama, seseorang yang memiliki kemampuan untuk menjatuhkan kerajaan dengan satu kata."

"Kakak, aku mengerti. Sebagai balas dendam untuk Paman Kedua, aku pasti akan membuat Klan Ye membayar hutang ini dengan darah." Qin Wentian bersumpah dengan sungguh-sungguh. Ayah Qin Shang adalah Qin He, dan karena Qin Wentian lah ia kehilangan salah satu kakinya. Dan sekarang, terlepas dari kondisinya, dia memimpin pasukan Qin menuju Ibukota Kerajaan demi Klan Qin.

"Setelah kau tiba di Ibukota Kerajaan, ingatlah untuk tetap berhati-hati dalam segala hal." Qin Shang menepuk Qin Wentian di pundaknya.

"Wentian, kami akan berangkat duluan." mata Qin Yao berkaca-kaca, seolah-olah tidak kuasa berpisah dari Wentian. Ia mengulurkan tangannya saat berjalan ke arah Qin Wentian. Melihat hal itu, Qin Wentian tersenyum lembut. Ia mendekap Qin Yao dan menepuk punggungnya lalu tertawa, "Kakak, jangan khawatir. Ayah akan baik-baik saja. Aku pasti akan berlatih keras di Perguruan Bintang Kekaisaran. Dan kau, kau harus ingat untuk selalu berhati-hati setelah tiba di Negeri Awan Salju."

"Iya." Qin Yao bertahan di pelukannya, tidak ingin melepaskan pelukan itu. Hanya setelah Qin Shang dan Qin Zhi menaiki kuda perang mereka, Qin Yao akhirnya melonggarkan pelukannya. Dengan berlinangan air mata, ia berkata sambil berjuang agar dapat tersenyum, "Bocah bau, kali berikutnya kita bertemu, kau harus sudah cukup kuat untuk melindungiku, ya?"

Selesai berbicara, Qin Yao membalikkan tubuhnya dan dengan menumpu pada pijakannya melompat berjumpalitan dan mendarat dengan anggun di atas kuda.

"Cha!" teriak Qin Yao, dan kuda perang itu berlari kesetanan, bergerak seperti angin. Dia tidak menoleh untuk melihat Qin Wentian terakhir kalinya. Qin Shang dan Qin Zhi berlari mendekatinya, dan punggung mereka secara perlahan menghilang di kejauhan.

"Huff ..." Qin Wentian mengepalkan tangannya dengan erat, tatapannya terpaku ke langit. Ia dipenuhi dengan satu keyakinan yang tak tergoyahkan — ia harus menjadi lebih kuat.

"Bukankah seharusnya kau sudah pergi?" saat itu, sebuah suara terdengar. Qin Wentian berbalik, melihat sesosok bayangan berjalan ke arahnya.

"Aku sudah menduga kau akan kembali. Aku sudah menunggumu beberapa hari terakhir ini." Francis menggiring dua kuda saat berjalan ke arah Qin Wentian.

"Hmmp." Qin Wentian mendengus dingin, wajahnya mengeras. Tatapan arogan Murin terpatri dalam di benaknya.

"Aku tahu kau tidak punya apa-apa selain kebencian bagi Perkumpulan Sungai Bintang, tetapi semua yang terjadi tidak ada hubungannya denganku. Murin telah kembali ke Ibukota Kerajaan setelah menyadari bahwa ia tidak bisa mengendalikanmu. Aku percaya bahwa terlepas dari kematian Ye Mo, iming-iming yang dijanjikan Klan Ye kepadanya pasti sangat menarik. Tidak hanya itu, Murin membawa semua aksara dewa yang telah kau berikan, termasuk yang kau berikan kepadaku untuk kubawa ke Ibukota Kerajaan, tanpa meninggalkan satu pun." Suara Francis terdengar sedingin es saat ia menjelaskan.

"Apa hubungannya denganku?" Qin Wentian menjawab dingin.

Tiba-tiba Francis menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di depan Qin Wentian. "Aku berharap menjadikanmu sebagai guruku." kata-kata Francis membuat Qin Wentian membeku. Ahli senjata yang angkuh dan sombong ini benar-benar ingin menjadi muridnya?

"Aku tahu kau meragukan sifatku. Sepuluh tahun yang lalu, aku menjadi Ksatria Bintang, tetapi karena bakatku yang tidak mencukupi serta kemampuan alami yang lemah, aku tidak bisa berbuat banyak. Suatu ketika, ada seorang ahli senjata yang mengatakan kepadaku bahwa, ada banyak cara untuk membuatku berarti. Selain menjadi Ksatria Bintang, aku bisa mencurahkan waktu untuk memahami wawasan di balik aksara dewa yang misterius dan menjadi ahli senjata. Karena itu, aku memutuskan untuk mengikutinya. Sepuluh tahun, aku magang selama sepuluh tahun penuh padanya baru dia bersedia memberikan aksara dewa yang paling sederhana kepadaku."

Francis masih marah meskipun itu peristiwa yang sudah lama terjadi, "Sepuluh tahun, dia menghabiskan sepuluh tahun hidupku. Tetapi bahkan dengan beberapa aksara dewa yang sederhana itu, aku benar-benar bekerja keras membuka jalan menuju Perkumpulan Sungai Bintang, tanpa henti meningkatkan keahlianku untuk mendapatkan aksara baru. Di sana, aku akhirnya meraih beberapa pencapaian kecil. Pengalamanku dalam menempa senjata telah mencapai tahap di mana aku setengah jalan lagi menjadi ahli senjata tingkat dua. Selama aku bisa mendapatkan wawasan tentang aksara dewa tingkat dua, aku akan memiliki kesempatan untuk benar-benar menjadi ahli senjata tingkat dua. Namun, semua ini hancur di tangan Murin."

Awalnya ia ingin meluangkan waktu untuk menyelesaikan aksara dewa tingkat dua yang telah diberikan Qin Wentian agar mendapatkan beberapa wawasan. Namun, Murin tanpa malu mengambil semua miliknya dengan paksa.

"Aku, Francis, tidak bisa dianggap orang baik, tetapi jika aku mendapatkan imbalan, aku pasti akan menempa senjata dewa untuk pembeli. Meskipun kualitasnya agak kurang, aku tetap akan memastikan bahwa senjata dewa yang ditempa sesuai dengan kebutuhan pembeli. Apa pun yang terjadi, aku masih punya prinsip yang tidak akan dilanggar. Tetapi kalau Murin, orang itu tidak memiliki prinsip sama sekali. Tapi mau apa lagi? Aku hanya bisa memandangnya dari jauh dan meratap bahwa kemampuanku tidak mencukupi. Bahkan jika aku membencinya, apa yang bisa kulakukan padanya?"

Qin Wentian bisa merasakan keputusasaan Francis. Setiap orang punya cerita sendiri. Jalan berduri yang telah dilalui Francis sampai sekarang, berjuang dengan setiap langkah untuk mencapai ambisinya sendiri, tetapi harapannya dicuri dan mimpinya hancur di tangan Murin,

"Dan terus mau apa lagi?" tanya Qin Wentian dengan tenang. Secara alami, ia tidak akan membiarkan rasa iba mengaburkan penilaiannya.

"Qin Wentian, kau memiliki bakat yang menantang langit, dan bahkan bisa dengan mudah memahami misteri aksara dewa tingkat kedua yang sulit dimengerti sebagian besar dari kita. Jika kau menghabiskan waktu untuk menempa senjata, kau tentu akan dapat memperoleh imbalan yang jauh lebih menarik, tetapi aku berasumsi bahwa kau lebih suka menggunakan waktumu untuk berkultivasi. Untuk tugas-tugas lainnya, aku bisa membantumu. Aku tidak membutuhkan imbalan apa pun. Aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk membantumu di jalur jalan bela diri yang kau pilih. "

Setelah mendengar kata-kata Francis, Qin Wentian sedikit tersentuh. Ia sudah mengerti bahwa sangat gampang bagi seorang ahli senjata untuk mengumpulkan banyak uang. Tetapi untuk menempa senjata, penulisan aksara dewa tidaklah cukup. Ia masih perlu menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan, dan lain-lain. Di masa depan, ia tentu tidak akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tugas-tugas seperti itu.

Bahkan jika Francis mengusulkan ini dengan motif, Qin Wentian masih akan menerima. Di dunia ini, siapa yang mau membantu orang lain secara gratis?

"Kau adalah seorang ahli senjata yang dihormati, tetapi kau ingin aku menjadi gurumu? Tidakkah kau merasa bahwa ini bisa menurunkan statusmu?" Qin Wentian terus bertanya. Lagi pula, ia hanya memiliki aksara dewa untuk ditawarkan sebagai imbalan atas layanan Francis.

"Kau harus tahu bahwa menambahkan dekorasi pada sesuatu yang sudah cantik itu sederhana, tetapi yang sulit adalah membakar batu bara selama badai salju. Aku, Francis, tidak berpikir sependek itu. Meskipun kau berada dalam kesulitan sekarang, selama kau bertahan dan terus berkultivasi, kau akan menjadi orang besar. Aku khawatir bahkan di masa depan aku tidak memiliki kualifikasi sekedar untuk membawakan sepatumu di masa depan. Pada saat itu, apakah kau masih mau menerimaku jika aku ingin kau menjadi guruku? Menjadi muridmu adalah posisi terhormat yang sangat kuharapkan. Bagaimana itu akan menurunkan statusku?"

"Tidak hanya itu, aku ingin menyaksikan secara pribadi kelahiran seorang jenius, aku ingin melihat Murin diinjak-injak dengan kejam di bawah kakimu. Ketika kau yang menginjak-injaknya, aku ingin melihat apakah dia masih bisa mempertahankan wajahnya yang sombong itu." kemarahan membakar di mata Francis. Hanya dengan meminjam kekuatan Qin Wentian ia bisa menginjak-injak Murin, dan memuaskan kebencian di hatinya. Ia memutuskan untuk mempertaruhkan masa depannya dan menaruh semua harapannya kepada Qin Wentian.

Qin Wentian memandang Francis sebelum melirik kuda-kuda di belakangnya.

"Apakah salah satu kuda itu kau siapkan untukku?"

"Tentu." kata Francis sambil menatap Qin Wentian dengan jejak gugup di matanya.

Qin Wentian melangkah maju dan menaiki seekor kuda. Pada saat yang sama, siluet seputih salju bergerak begitu cepat, meninggalkan bayangan kabur di belakangnya, berlari cepat melompat dan mendarat di punggung kuda yang sama.

"Teman kecil ini, betapa luar biasa kecepatan yang dimilikinya." Qin Wentian melirik anak anjing berbulu putih salju itu sebelum mengencangkan kakinya, memacu kudanya.

"Guru yang mulia, tolong tunggu aku!" melihat bagaimana adegan itu terjadi, Francis tidak bisa menahan senyum muncul di wajahnya. Ia melompat ke atas punggung kudanya, dan mengejar siluet Qin Wentian. Setelah berhasil menyusulnya, Francis tersenyum gugup ketika dengan malu-malu menambahkan, "Guru, apakah mungkin kau mau memberi hadiah kepada murid magang ini karena secara resmi telah menjadi muridmu? Bisa aksara dewa tingkat dua atau bisa juga aksara dewa tingkat tiga. Bagaimana dengan itu."

Setelah melihat senyum malang di wajah Francis, Qin Wentian memutar matanya lalu memarahinya, "Jauh-jauh kau dariku!"

Setelah tertawa, Qin Wentian menekan kakinya ke perut kuda guna mempercepat langkah. Ia terus melesat, bersiap untuk berpacu melewati malam menuju ke Ibukota Kerajaan.

"Haha, Murin, kau brengsek, tunggu saja hari kematianmu." Francis tertawa terbahak-bahak lalu juga meningkatkan kecepatannya. Tidak lama kemudian, mereka berdua telah meninggalkan Kota Langit Selaras, berpacu di bawah cahaya bintang yang indah, meninggalkan gumpalan tanah dan debu.

Qin Wentian memalingkan kepala dan menatap tembok kota yang berdiri kokoh mengesankan. Pandangan tegas dari sebuah tekad baja memancar di matanya.

Ini adalah pertama kalinya ia melakukan sebuah perjalanan panjang. Di tengah angin yang menghembus, mengubur peristiwa masa lalu di bawah gumpalan-gumpalan tanah yang tercungkil dan menatap ke cakrawala, ia lalu berkata, "Dunia yang mengedepankan kekuatan ini, yang dipenuhi dengan kebaikan, pembalasan, emosi dan permusuhan, bersiaplah untuk kedatanganku. Aku datang!"

Nächstes Kapitel