Dengan pedang patah di tangan, Yi Yun menyuntikkan energi spiritualnya ke pedang itu, saat dia berjuang untuk mendapatkan kenangan dari pedang tersebut.
Dia mulai mengacungkan pedang secara perlahan, seolah-olah dia tenggelam dalam dunia spiritual yang seperti mimpi itu.
Serangan pria pengguna pedang yang memenggal leher raksasa perunggu itu, tentu saja jauh lebih jelas daripada bekas tebasan pedang yang tertinggal di Istana Pedang Yang Murni. Yi Yun hanya perlu mengingatnya, karena sekarang ia sudah mendapatkan kenangan yang jelas di benaknya.
Melihat bekas tebasan pedang, untuk mempelajari serangannya tentu saja tak memadai. Tapi, setelah melihat serangan itu secara langsung, dan adegan-adegan serangan pedang tersebut membekas di benaknya, itu sungguh berbeda.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com