webnovel

Tak Ada Gunanya (2)

Redakteur: AL_Squad

Daratan Roh Barat, Negeri Naga Nilakandi.

Di halaman belakang di sebuah markas Jendral, seorang wanita muda duduk dengan bersila kaki diatas tempat tidur dengan sebuah sedotan di mulutnya.

"Daratan Roh Barat ?"

Seakan ia sedang berbicara sendiri, bibir Xia Ruoyun melengkung keatas.

"Sepertinya aku telah bereinkarnasi dari Daratan Puncak Timur ke Daratan Roh Barat. Bahkan para dewa tidak tahan dengan tindakan Xia Ming dan memberiku kesempatan lagi untuk hidup?"

Dunia ini terdiri dari daratan yang tak terhitung jumlahnya.

Apa yang tidak ia harapkan, dibandingkan bakat aslinya, Gu Ruoyun benar-benar tidak berguna! Dia telah berusia lima belas tahun, tetapi ia bahkan belum mencapai tingkat tiga dari koleksi Qi.

Bahkan para budak di markas Jendral berada di tingkat empat dan lebih dari itu.

Tentu saja, keadaan Gu Ruoyun sangat menyedihkan. Ia telah kehilangan orang tuanya sejak ia kecil dan keberadaannya tak berarti bagi orang-orang disekitarnya. Jika bukan karena perlindungan Kakak sulungnya yang berbakat, ia tidak akan bisa melakukan apa-apa.

Tapi kakaknya diterima sebagai murid oleh sebuah pasukan angkatan belum lama ini dan ia harus meninggalkan Negeri Naga Nilakandi.

Siapa yang mengira bahwa tidak lama setelah ia pergi, Tuan muda dari keluarga Ling menghina kakaknya dengan sengaja di hadapan Gu Ruoyun? Untuk membela saudara lelakinya, Gu Ruoyun bertarung dengan tuan muda Ling, tetapi ia di pukuli hingga nyaris mati oleh para budak keluarga Ling.

Yang lucu adalah kakeknya sendiri, jendral besar di tempat itu, telah memukulinya hingga mati, bahkan tanpa berfikir.

Ketika ia memikirkan hal ini, sebuah seringaian muncul dibibir Gu Ruoyun. "Gu Ruoyun, karena aku telah mengambil alih tubuhmu, maka aku adalah kamu! Jangan khawatir, aku akan membantumu membalas dendam. Anggap saja sebagai hadiah karena mengizinkanku tinggal di tubuhmu."

Ketika ia mengatakan ini, pintu terbuka. Ketika orang yang membuka pintu melihat Gu Ruoyun yang bermata hitam pekat, ia sangat terkejut.

"Gu Ruoyun, kau masih hidup?"

Gu Ruoyun ini benar-benar menakjubkan, mampu bertahan bahkan setelah dipukul seperti itu oleh sang kakek!

"Ya betul, apakah kau mengharapkan aku telah mati?"

Gu Ruoyun sedikit melengkungkan bibirnya, menatapnya dengan senyum palsu

"Hmm!" Gu Panpan mendengus. "Karena kau belum mati, pergilah ke ruang tamu. Kakek sudah menunggumu."

Saat ia telah selesai, ia berbalik dan pergi tanpa menoleh ke belakang.

Gu Ruoyun sedikit menyipitkan matanya. Dalam ingatannya, ia mengenali Gu Panpan ini sebagai anak kedua dari pamannya. Dari dulu ia adalah seorang yang sombong dan kakak laki-laki tertuanya, Gu Xianglin adalah anak yang berbakat, hanya yang kedua setelah kakaknya Gu Shengxiao di seluruh markas Jendral ini. Jadi, untuk membantu saudaranya Gu Xianglin melampiaskannya, ia selalu menindas Gu Ruoyun ketika Gu Shengxiao sedang tidak ada disekitarnya.

Gu Ruoyun tidak memberi tahu kakaknya tentang ini, agar kakaknya tidak khawatir.

- Diruang tamu. -

Gu Ruoyun baru saja masuk dan melihat Jendral tua Gu duduk diatas kursi tinggi. Yang duduk di bawahnya sebelah kanan adalah orang tua dan pemuda. Dia tidak perlu menebak untuk mengetahui bahwa yang tua adalah kepala keluarga Ling, Ling Yi. Adapun pemuda itu adalah pelaku yang menyebabkan ia dipukuli hingga mati, tuan muda dari keluarga Ling. 

"Gu Ruoyun, akhirnya kau tersadar!"

Pandangan tajam Jendral Gu menatap kearah Gu Ruoyun. Dia berkata dengan wajah tegas, "Kau memiliki keberanian untuk menindas dan memukul tuan muda dari keluarga Ling di siang hari. Cepat minta maaf sekarang!"

Ada selir kerajaan di istana dari keluarga Ling, dan merupakan seorang yang tidak pernah bisa ia lawan. Jika itu menyenangkan bagi keluarga Ling, tidak masalah bagi mereka untuk mengorbankan Gu Ruoyun si Tak Berguna itu? Apa yang tidak ia harapkan adalah cucunya yang penakut memiliki keberanian seperti itu!

Sayangnya, ia hanya seorang yang tak berguna. Jika ia adalah anak berbakat seperti kakaknya, maka pastinya seorang permaisuri selir kaisar tidak akan berani menyentuhnya.

Nächstes Kapitel