Terima kasih untuk perkataan Si Xia, latihan bisa dimulai.
Yang lain sebetulnya tidak bersedia tetapi karena perintah Si Xia, mereka hanya bisa menyimpan amarahnya dan mulai latihan dengan patuh.
Ye Wan Wan mengangkat bahunya dengan santai, ayo mulai kalau begitu, kita lihat berapa lama kamu dapat bertahan.
Si Xia tidak memiliki banyak adegan dan tidur di kursi dekat jendela sambil menunggu gilirannya. Lalu adegan terakhir tiba dan seseorang secara perlahan membangunkannya.
"Itu… Si Xia, giliranmu…"
Adegan berikutnya adalah ketika ketujuh kurcaci membaringkan Puteri Salju ke dalam peti kristal kaca dan pangeran dari negeri tetangga bergegas datang dengan menunggangi kuda putih dan mencium Puteri Salju dengan penuh kasih untuk menghidupkannya kembali.
Si Xia mengernyit, membuka matanya dan disambut oleh tatapan simpati semua orang dan tatapan memilukan seolah-olah mereka sedang berkabung.
Tatapan macam apa itu?
Ye Wan Wan melompat ke meja yang disiapkan untuknya. Dengan kakinya menjuntai di samping, dia mengeluarkan tas riasnya dan berkomentar, "Tunggu sebentar, biarkan aku berhias!"
Dia menggelapkan warna riasan matanya, memberi sentuhan kemerah-merahan pada pipi dan mengaplikasikan lipstik ungu. Hasilnya sangat mencolok!
"Ok, aku siap." Ye Wan Wan berbaring telentang setelah mengaplikasikan lipstiknya.
Di bawah tatapan mematikan para gadis, Si Xia mengacak-acak rambutnya yang masih berantakan dari tidur, membuka kancing bagian atas kerahnya dan berjalan ke arah gadis itu.
Melihat rambut palsu eksplosif berwarna hijau gadis itu, riasan mengerikan anak metal, tato tengkorak yang tidak biasa dan lipstik hitam keunguan, pemuda itu merasa mual.
Mengingat gagasan bahwa kematian awal berarti pertolongan awal, Si Xia menarik napas dalam-dalam dan perlahan menyungkurkan badannya…
Si Xia yang mengambil undian itu sendiri, jadi dia harus lanjut meskipun dia harus berlutut!
"Ah, jangan!" Gadis itu terlihat ketakutan sehingga dia menutup matanya seolah-olah pementasan itu bukanlah dongeng tetapi film horor.
"Sial. Si Xia tidak akan menciumnya, kan? Kita masih murid SMA--kita tidak perlu sejauh itu! Hanya ciuman palsu saja sudah cukup!"
"Omong kosong, tentu ciuman palsu sudah cukup! Tapi permasalahannya adalah ciuman palsu itu pun sudah cukup sulit untuk dihadapi ok?"
….
Ciuman palsu? Itu saja sudah keajaiban Si Xia berada sejauh tiga langkah darinya.
Mungkin dia menyungkurkan tubuhnya berlebihan. Si Xia seketika berbalik badan dan batuk tidak terkendali. Gadis di sekitarnya terlihat cemas dan segera memberikan minum dan tisu untuknya.
Cheng Xue memandang Ye Wan Wan dengan bengis dan hampir menangis karena melihat ekspresi Si Xia, "Si Xia, tidak usah memaksakannya lagi, oke?"
Ye Wan Wan seketika bangun dengan wajah polos, "Eh? Ada apa?"
Si Xia meneguk sebotol air minum sebelum dia tenang dan berkata, "Kamu… ganti lipstikmu…"
Ye Wan Wan berkedip, " Setelah teracuni oleh apel beracun, bibirku jelas akan berubah warna menjadi ungu. Jadi masuk akal!"
Pemuda itu nyaris pingsan, "Diam, ikuti saja!"
"Baiklah, aku akan ganti kalau begitu~" Ye Wan Wan mencibir dan menirukan tingkah Si Xia saat merasa sakit. Pada akhirnya, Ye Wan Wan tetap mengambil tisu penghapus rias wajahnya dan menghapus lipstik berwarna ungu untuk diganti dengan warna merah pada umumnya.
"Apa ini sudah pas?"
Si Xia menutup matanya, "Mari coba lagi."
"Orh." Ye Wan Wan hanya mampu berbaring kembali.
Si Xia berjalan menuju Ye Wan Wan lagi dan secara perlahan membungkuk…
Melihat wajah yang dipoles dengan riasan tebal dan bibir berwarna merah-darah, kali ini, Si Xia segera bergegas ke luar kelas.
Setelah beberapa saat, Si Xia datang kembali, terlihat seperti tidak bernyawa.
Ye Wan Wan kehabisan kata-kata setelah melihat kejadian itu. Pemuda itu terlalu berlebihan; begitu rela mati untuk melindungi egonya?
Akan terasa lebih mudah jika langsung menemui guru untuk mengajukan pergantian lawan main; lalu aku tidak harus bersusah payah juga!