webnovel

Hujatan

Redakteur: Wave Literature

Xiao Yu merasa terkejut mendengar kata-kata vulgar Xiao Yan. Setelah beberapa detik berlalu, ketika dia berusaha keras melawan orang yang memegang tangannya, wajahnya semakin memerah karena tenaga dan amarahnya. Namun, Xiao Yan terbukti kuat; dia mulai menekan pergelangan tangan Xiao Yu lebih kuat, menyebabkan tangannya perlahan-lahan mati rasa.

Setelah beberapa saat usahanya sia-sia, Xiao Yu akhirnya terpaksa diam. Dengan mata melotot dan perasaan malu, dia membentak Xiao Yan. "Bajingan kecil. Lepaskan aku!" Kerasnya tenaga yang dia gunakan untuk membentak Xiao Yan, membuat dada Xiao Yu naik turun.

Xiao Yan membuka mulutnya, meringis karena memar di tubuhnya. Dia menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan menunduk mencibir, "Melepaskanmu? Setelah kau menghajarku apa aku harus melepaskanmu begitu saja? Aku bilang aku akan memperkosamu hari ini!"

Xiao Yu tahu Xiao Yan tidak akan melakukan hal itu. Tapi karena pria yang beberapa tahun lebih muda darinya ini telah menjepitnya dan berulang kali mengancam akan memperkosanya, Xiao Yu tidak tau harus berbuat apa.

Memutar pergelangan tangannya, Xiao Yu tetap tak bisa lolos. Dia hanya bisa menatap tajam dan mendengus atas situasi tidak masuk akal ini. "Kau bajingan kecil, kau bahkan belum dewasa. Ucapkan hal itu saat kau benar-benar sudah dewasa."

Merasa kejantanannya dipertanyakan, Xiao Yan spontan mengerutkan alisnya. Menundukkan kepalanya, dia menjawab ketus, "Kau ingin mencoba?"

Merasa sedikit terancam karena tatapan intens Xiao Yan, Xiao Yu menelan ludah berat. Karena kesombongannya, Xiao Yu tidak akan menyerah. Sebaliknya dia mengangkat kepala memperlihatkan dagu seputih saljunya dan dengan senyum dingin mengejek, "Jika kau berani mencoba, aku akan mengebirimu!"

Mengerucutkan bibirnya, Xiao Yan merasa frustasi menatap wanita ini. Jika Xiao Yan ditanya, meskipun dia merasa sangat kesal pada Xiao Yu, dia tidak akan melakukan kejahatan mengerikan sejauh itu, seperti memerkosanya. Bagaimanapun, Xiao Yu masih sepupunya yang lebih tua.

Tapi, menimbang keadaan ini, jika Xiao Yan mundur, bukankah tidak ada gunanya dia dibuat menderita oleh Xiao Yu?

Dengan mata sedikit menyipit, Xiao Yan menggigit bibirnya. Tiba-tiba, dia mendorong Xiao Yu dengan keras dan menekankan dirinya kuat-kuat pada tubuh Xiao Yu.

Gerakan tiba-tiba Xiao Yan membuat Xiao Yu tertegun dan sedikit membuka mulutnya; dia cukup terkejut mendapat penghinaan seperti itu.

Mengabaikan Xiao Yu yang tiba-tiba tenang, Xiao Yan cepat-cepat menahan kedua tangan Xiao Yu dengan tangan kirinya di tanah. Pada saat yang sama, tangan kanannya merayap turun ke kaki jenjang Xiao Yu, membelai mereka. Sejak lama Xiao Yan paham jika Xiao Yu begitu menjunjung tinggi kakinya, luar biasa tinggi sebenarnya, bahkan semakin tinggi ketika dia menyadari fakta bahwa kaki-kaki itu bisa menjerat hati para lelaki.

Merasakan tangan Xiao Yan di kakinya, Xiao Yu membatu, sebelum kemudian berteriak keras.

Dengan telinga sedikit berdengung, Xiao Yan mengakhiri sentuhannya dan segera melompat menjauh seperti monyet, dengan cepat melarikan diri menuruni gunung. Dia tahu Xiao Yu akan mengamuk setelah mendapat perlakuan seperti itu.

Jeritan itu terus terdengar selama beberapa waktu sebelum perlahan-lahan mereda. Wajah Xiao Yu memerah marah. Saking marahnya, saat dia melihat sosok Xiao Yan yang kabur dan nyaris tak lagi terlihat di kaki gunung itu, matanya menyala merah. Menggertakkan giginya, dia berteriak keras, "Xiao Yan, brengsek kau. Aku akan mencincangmu habis-habisan!"

Sosok yang menjauh itu tetap tenang, diam-diam menghilang dari pandangan Xiao Yu.

"Brengsek, brengsek, brengsek!"

Melihat sosok Xiao Yan menghilang, dengan wajah muram dia memukul tanah di sampingnya dengan kedua tangan.

Setelah melampiaskan kemarahannya dengan memukul apapun yang ada di sekitarnya, setelah beberapa saat, Xiao Yu akhirnya tenang. Wajahnya memerah melihat beberapa bekas tangan yang menghiasi kakinya, masing-masing membuat kakinya mati rasa.

Xiao Yu menggertakkan gigi dan menyemangati dirinya kembali, memerangi perasaan lemah yang memeras tubuhnya. Melihat pakaiannya yang berantakan, membuatnya ingin menangis. Tidak hanya gagal memberi anak nakal itu pelajaran, dia pun dimanfaatkan olehnya; kejadian ini membuatnya merasa getir.

Mengingat kembali tindakan Xiao Yan, Xiao Yu merasa malu dan marah. Kali ini, meski demikian, dia tidak menarik pedangnya dan mengejar Xiao Yan seperti yang dulu dia lakukan.

Sekarang dia sudah dewasa, jadi secara otomatis dia tidak akan bertindak seperti sebelumnya, membiarkan semua orang di Klan tahu bahwa pahanya telah disentuh oleh bocah itu. Xiao Yu berdiri di sana berpikir sebentar, sebelum menghentakkan kaki dan mengutuk dengan suara pelan, "Bajingan kecil, lebih baik kau waspada, atau aku tidak akan mengampunimu!"

Xiao Yu mengernyitkan hidung, membiarkan rambut hitamnya diterpa angin. Dia merapikan pakaiannya yang berantakan, sedikit meluruskannya, kemudian perlahan-lahan menuruni gunung.

...

Setelah melarikan diri menuruni gunung dengan gelisah Xiao Yan buru-buru menuju kaki gunung dengan keringat mengalir di punggungnya. Hingga dia melihat Xiao Yu melewatinya, dia baru bisa menghela napas lega.

Dia mengusap hidungnya dan tanpa sadar mengayunkan lengan kanannya di dada dan meraih lengannya yang lain. Melihat dengan pandangan menerawang dia berbisik, "Dibandingkan beberapa tahun yang lalu, menyentuhnya sekarang rasanya jauh lebih baik…"

"Ai, di depan perempuan bodoh ini aku tidak pernah bisa menahan emosiku. Sepertinya keluhan masa kecilku benar-benar lebih dalam dari biasanya." Xiao Yan tertawa pahit sambil memutar lehernya. Menarik napas dalam-dalam, dia membuang pikiran tersebut jauh-jauh. Setelah pikirannya kembali tenang, dia perlahan berjalan keluar.

Berjalan menjauh dari tempat persembunyiannya, Xiao Yan tiba-tiba berhenti dan merasa sedikit malu melihat gadis berpakaian hitam yang bersandar pada pohon di kejauhan. Dia tertawa canggung, "Xun Er, sedang apa kau di sini?"

Di kejauhan Xun Er nampak bersandar malas di pohon. Sabuk ungu di pinggang kecilnya diterpa angin saat matanya yang indah menyapu Xiao Yan. Senyum palsu muncul di wajahnya ketika dia berkata, "Xiao Yan ge-ge, Aku baru saja melihat Xiao Yu pergi dengan marah. Apa kau kembali mencari gara-gara dengannya?"

Malu-malu menyentuh hidungnya, Xiao Yan berjalan ke depan dan mengusap datar, "Tidak ada yang tahu kenapa dia dalam mood yang buruk lagi…"

Melihat Xiao Yan tertawa, Xun Er hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Setiap kali Xiao Yan ge-ge di dekat Xiao Yu, Xiao Yan ge-ge tidak bisa berpikir jernih dan selalu melakukan sesuatu yang mengejutkan."

Mendengar kata-kata Xun Er, Xiao Yan merasa sedikit bersalah tapi dia mengangkat bahu dengan polos dan berkata, "Kau tahu, aku terpaksa."

Tertawa ringan, Xun Er mengerucutkan bibir mungilnya. Menaruh tangannya di belakang punggungnya; gadis itu bergerak dengan anggun.

"Besok saatnya untuk pergi ke Paviliun Metore Qi untuk mencari teknik-teknik baru. Xiao Yan ge-ge harus bersiap-siap." Dia berkata sambil beranjak pergi tapi suaranya masih bisa didengar.

Nächstes Kapitel