Malam itu, suara jangkrik dan kodok bergemuruh terus menerus.
Di kegelapan, bayangan hitam diam-diam mendekati asrama laki-laki dan berhenti di lantai dasar daerah balkon kamar Song Shuhang.
"Seharusnya ada disini." bayangan hitam itu bergumam sendiri sebelum melompat ke balkon kamar Song Shuhang.
Tinggi kamar asrama laki-laki lantai 2 itu 3,5 meter, ditambah 0,5 meter untuk jarak antar lantai, jadi 4 meter. Orang ini tidak perlu bantuan dan dengan mudah melompat ke balkon dari lantai dasar.
Kemampuan lompat seperti ini… Jika ini acara kenegaraan, adalah juara nasional yang paling bagus—Tidak perlu membuat ancang-ancang untuk melompat setinggi 4 meter, bagaimanapun juga cabang atletik lompat tinggi akan menangis untuk melakukannya karena lutut akan kesakitan.
Tentu saja, pasti ada kemungkinan orang-orang akan menyangka ia diberi obat, atau diam-diam ia memasang alat canggih di tubuhnya.
Bentuk pintu balkon asrama itu desain Perancis, sederhana dan indah.
Bayangan hitam melihat sekelilingnya dengan hati-hati, dan setelah memastikan tidak ada orang yang melihatnya, ia mengeluarkan pisau kecil dan memasukkan ke sela jendela.
Meskipun ia terlihat tidak berbuat apa-apa, kunci itu terbuka- kemampuannya sangat mahir.
Perlahan membuka jendela, ia masuk ke dalam. Aksi ini ringan dan lembut seperti kucing, dan selama proses, tidak ada suara sekalipun.
Di dalam asrama, Song Shuhang terbaring di kasurnya, badannya seperti bentuk karakter china1. Tampaknya ia sudah terlelap.
Ia sudah membantu Senior Tabib mencari apartemen di pagi hari, setelah itu membuat ramuan.
Lalu, ia mulai mempelajari Teknik Pukulan Dasar dan Teknik Meditasi, sementara sebelum ia tiba di asrama, ia berkelahi dengan seseorang. Terlalu banyak kejadian yang terjadi hari ini dan menghabiskan tenaganya.
Sekarang, meskipun seseorang menamparnya dengan keras, ia tidak akan terbangun.
Sebagai pendekar, pengalaman dan kewaspadaan Song Shuhang masih kurang. Ia masih termasuk 'pemula', memerlukan ramuan lebih banyak.
Untuk alasan yang sama, pemula yang baru masuk ke dunia pengembangan diri, tidak bisa disamakan dengan pendekar yang sudah ahli yang bisa memperhatikan sekitarnya ketika tidur.
Bayangan hitam menatap Song Shuhang sesaat dan mengingat informasi tentang Song Shuhang di otaknya sambil membandingkan foto pemuda itu dengan orang yang ada di depannya dan akhirnya memastikan identitasnya. 'Benar, dia orangnya.'
Song Shuhang terlihat tidak mengetahui kedatangannya; penyusupannya berhasil dan tidak diduga sangat mudah.
Namun, sosok hitam itu masih belum tenang karena Altar Master masih ragu-ragu terhadap pemuda ini, Song Shuhang. Sebelum ia datang, Altar Master sudah mengingatkannya berulang kali untuk bersikap sepantasnya. Jika ia sudah hampir terlihat dengan Song Shuhang, ia tidak perlu pikir panjang dan langsung kabur!
Maka dari itu, semenjak dia sudah masuk kedalam, ia sangat cemas dan berhati-hati, menahan aura dan napasnya.
'Lalu, dimana 'batu pengikat roh' itu?' pandangan tertuju pada tubuh Song Shuhang. Tujuan utama ia datang saat malam hari untuk membawa kembali roh hantu yang legendaris itu.
Ruangan itu tidak terlalu besar, maka dari itu, ia dengan mudah menemukan targetnya. Batu itu ada di leher Song Shuhang tanpa perlindungan apapun.
Sosok hitam itu langsung merasa senang.
'Misi ini terlihat lebih mudah daripada yang dibayangkan. Bagus.' Seru sosok hitam itu dalam hati. Targetnya masih terlelap, seakan ia tidak akan terbangun jika ada guntur, tidak terlihat seperti ahli sama sekali. Ia tidak mengerti mengapa Altar Master ketakutan dengan orang biasa.
Tangan kirinya mengarah ke batu yang ada di leher Song Shuhang.
Lalu, melihat Song Shuhang masih tertidur pulas, tiba-tiba ia terpikir.
Jika ia hanya mengambil Roh Hantu… paling tidak, ia akan hanya menyelesaikan tugas dari Altar Master dan mendapat upah.
Namun, bagaimana jika ia bisa membawa kepala Song Shuhang juga?
Mungkin ia bisa mendapatkan pengakuan Altar Master, dan mendapat teknik yang lebih hebat!
Sebentar lagi, ia akan naik tingkat dan menjadi anggota golden medal di dalam perkumpulan, menjadi tangan kanan dan kiri Altar Master. Lalu ia akan mencapai puncak hidupnya dan hidup yang panjang seperti Altar Master! Hanya memikirkannya membuatnya senang.
Tangan sosok hitam itu dibalik dan pisau kecil itu digenggam dengan jemarinya. Niat membunuh muncul di matanya seraya tangan kirinya menuju leher Shuhang; saat itu, tangan kanannya tertuju ke arah kalung itu.
Selama ia mendapat Roh Hantu, dan tangan kirinya bekerja, kekayaan dan kehormatan akan di genggamannya!
Sosok hitam itu menjilat bibirnya, berharap masa depannya lebih baik.
Saat tangannya ingin menyentuh kalung itu, tiba-tiba ia merasa berat dan pusing yang parah di kepalanya. Ia merasa seseorang menusuk kepalanya dengan kejam. Sakit kepala yang parah membuatnya hampir menjerit.
'Apa yang terjadi?' ia mengatupkan giginya dan menahan jeritannya.
Saat itu, firasat buruk muncul di dalam hatinya.
Sudah diduga, tubuhnya menjadi lemah sesaat kemudian, dan pusing ingin muntah. Ia tidak bisa memegang pisau kecil itu dan pisau itu jatuh ke lantai.
'Perasaan ini seakan ia sudah teracuni ramuan yang sangat kuat racunnya? Sial, dari mana racun itu datang? Kapan aku teracuni?' sosok hitam itu tertegun.
Ia yang sudah menerima pelatihan yang kejam langsung tahu ia teracuni. Lebih lagi, racun ini termasuk yang kejam. Jika terkena, energi tenaga dalam terhenti dan tubuhnya semakin melemah.
Tiba-tiba ia menatap Song Shuhang dikasur.
Saat ini, ia melihat Song Shuhang yang sedang di alam mimpi menunjukkan senyuman sinis. (Senyuman manis?)
'Buruk! Aku tertipu!' sosok hitam itu membuat memutuskan untuk mundur dan sebelum tubuhnya hancur, ia berbalik dan pergi melalui balkon.
"Ah!" ketika ia mendarat di lantai dasar, ia memuntahkan darah dan wajahnya berlumuran darah.
Buru-buru ia mengeluarkan beberapa obat penangkal racun dari dadanya; tidak berpikir akan kegunaan, ia menelan semuanya sekaligus.
Tapi rasa sakit di kepalanya tidak berkurang, dan kelemahan tubuh terus menerus menurun. Ketika ia melompat turun dari balkon, ia merasa kedua kakinya tidak stabil dan mendapat luka yang tidak terlihat.
Penangkal itu tidak ada efeknya.
Sosok hitam itu hanya merasa otaknya semakin sakit, seperti orang mabuk dan kehilangan akal sehat.
Tidak bisa begini, aku harus langsung kembali ke tempat Altar Master, dan meminta untuk menyelamatkan hidupku sebelum racun ini tersebar.
Berpikir begitu, cepat-cepat ia berlari menuju 'Altar Master'
Ini adalah keputusan yang salah- jika pikirannya masih jernih, ia tidak akan pergi menuju Altar Master. Ini hanya akan membongkar persembunyian Altar Master.
Namun, saat ini, pikirannya sudah berantakan dan nalurinya untuk hidup membuatnya memilih pergi menuju Altar Master.
❄❄❄
Sementara Altar Master sedang menginap di hotel di luar Kota Kampus.
Ia bersandar dikursi dan mengosongkan pikirannya. Namun, pikirannya terus menerus teringat tatapan mata Tabib yang tajam dengan lingkaran hitam di sekitarnya. Tatapan Tabib yang menakutkan itu tidak bisa dihilangkan dari pikirannya.
Memikirkan kembali tatapan itu, tubuhnya menjadi lemas.
Ia tidak berani mendekati Tabib dan Song Shuhang, karena Song Shuhang ada bersama Tabib. Ia tidak bisa memastikan Song Shuhang itu 'ahli' atau 'biasa'.
Hanya sudah larut malam, ketika ia tahu Song Shuhang sudah berpisah dengan Tabib, ia mengirim bawahannya yang baru dilatih untuk mengikuti Song Shuhang karena keinginannya merebut Roh Hantu.
Karena ia tidak bisa memastikan kekuatan Song Shuhang, ia tidak bisa mengirim bawahannya yang lebih kuat karena mereka bisa terbunuh. Tidak mudah baginya untuk melatih bawahannya karena itu menghabiskan banyak kekayaan dan waktu.
'Kalau dihitung, jika berhasil, bawahanku seharusnya sudah kembali saat ini?' pikir Altar Master. Jika ia gagal, ia pasti akan mati.
Dunia pengembangan diri lebih kejam daripada dunia manusia!
Lalu, suara ketukan terdengar dari pintu.
Apa dia sudah kembali?