webnovel

III - Pemberian Kecil

Saran : Silahkan Baca bagian 1 terlebih dahulu agar anda dapat masuk ke alur ceritanya .

___________________________

" Seperti inilah tantangan kehidupan yang masih akan kau jalankan ! Oleh karena itu teruslah berdiri saat kau jatuh , teruslah mencoba disaat kau gagal dan teruslah bangkit disaat kau kalah . Itulah roda kehidupan dimana yang kuat yang akan bertahan dan yang lemah yang akan tersingkir . Itu memang sudah aturannya . dimana takdir menerapkan aturan atas TANTANGAN KEHIDUPAN seseorang yang sudah ia putuskan ."

Disaat ingatan ku mulai memproses untuk mendengar ulang kata-kata yang disampaikannya itulah , diriku mulai terbangun diatas keterpurukan dan juga tidur rasa sakit ku .

~ Kamar Tamu Kerajaan Sura

" HHHaaaaaaa "

Ucap ku saat menguap diatas ranjang empuk nan megah itu .

Dengan bingung nya diriku , kudapati bahwa aku sedang diruangan mewah dimana tempat tidur dilapisi emas . Lampu berwarna kuning keemasan , lemari berlapis emas , karpet berwarna kuning keemasan dengan lukisan-lukisan berbingkai emas , yang membuat kamar tersebut terlihat megah dan mewah .

" K-kkenapa , aku ada disini ? "

Tanya ku pada diriku sendiri sambil melihat megahnya ruangan tersebut .

" waahh , mewahh sekali "

Kata ku ulang sambil beranjak turun dari ranjang .

Setelah turun ku dari ranjang kudekati barang barang lapisan emas tersebut dan ingin sekali tangan lusuh ku ini menyentuhnya , walaupun hanya sesaat .

Ku coba untuk menahan rasa kagum ku demi tidak menodai keunikan benda-benda tersebut . Bagi kami ( rakyat rendahan ) emas sangat berharga , upah kerja ayah mungkin 100 kali lipat nya harga emas tersebut . Tapi disini terdapat banyak barang-barang yang berlapis emas .

" sungguh beruntung nya nasib para bangsawan , sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan kami ( aku & keluarga ku ) "

Ucap ku sambil melihat emas-emas tersebut dengan cermat .

Beberapa menit kukagumi dan kulihat keunikan benda berlapis emas tersebut .

Tiba-tiba terdengar suara samar-samar seseorang dari balik pintu 1 detik kemudian suara nya menjadi jelas , dan di saat yang sama pula pintu tersebut terbuka .

" Selamat datang putri natasya . "

Salam seseorang dari balik pintu tersebut

" Semoga putri sehat selalu "

ucapnya sambil membuka pintu dan membungkukkan badannya ke arah putri .

Dan disaat moment itu diriku mulai bertambah bingung .

" apa tubuhmu sudah baik-baik saja ? "

Tanya nya sambil mendekatiku .

" M-m-emmang kkenaapa ? "

Jawabku sambil terbatah-batah dan sempat bingung sesaat .

" apa kamu sudah lupa ? Kemarin kamu mencuri pedang yah ? Dan seseorang menangkapmu dan memberikan mu pada pemilik toko pedang yang telah kau curi . "

Kata nya sambil menggandeng tangan ku dan menarikku duduk di tempat tidur mewah tersebut .

" O-Oo-OoHHHH "

Teriak ku sambil langsung berdiri dan mengecek seluruh tubuhku .

" hemmph ? Kenapa tidak ada yang sakit ? Dan sudah berapa hari saya tertidur putri ? Maafkan saya atas hal ini dan apakah saya boleh kembali sekarang ? Bapak marco mungkin sudah menunggu saya ! Maafkan saya yang mulia "

Tanya , seru dan maaf ku yang kuucapkan sambil membungkukkan tubuhku kearah nya demi menghormati yang mulia .

" untuk pertanyaan pertama mu , aku kesini hendak mengetahui apa dirimu masih baik-baik saja dan sudah kembali sehat . kedua : kamu sudah tertidur hampir 1,2,3,4 sambil menghitung menggunakan jarinya , hem sudah hampir 13 hari . Ketiga : kalau itu mau mu ! Silahkan . "

Jawab putri atas tanya yang kuucapkan padanya .

" T-Tiga belas hari ? Apakah yang mulia bercanda ? Bagaimana saya bisa hidup jika saya terlelap selama 13 hari yang mulia ? "

Tanya ku sambil merasa keheranan .

" Tenanglah , selama kamu terlelap , tabib memberimu makanan . Yaitu bubur cair , yang dapat kamu konsumsi tanpa mengunyahnya dan juga bubur tersebut dapat tetap menjaga daya tahan tubuhmu "

Jawab yang mulia sambil mengimajinasikan bentuk bubur cair tersebut .

Sebelum kutanya ulang , yang mulia langsung berbicara padaku dengan nada agak serius dan dengan tatapan penuh keyakinan dan penuh keinginan .

" saya punya satu permintaan apa kah kamu mau mengabulkannya ? "

Tanya putri sambil menatap ku dengan serius .

" Apa , permintaan anda yang mulia ? "

Tanya ku ulang sambil menatap kearah bawah dimana lapisan emas menempel sangat akrab dengan sebuah karpet yang sedang kuinjak ini .

" Saya ingin agar kamu mau melayani saya ! "

Permintaan yang mulia kepadaku .

" T-tenang saja , kamu tidak harus menjawabnya sekarang. "

Ujar beliau sambil memaparkan ekspresi sedih dan sayang yang mungkin ia pendam padaku .

" K-kenapa dengan beliau ? "

Tanya ku dalam hati sambil memejamkan mataku secara perlahan .

" maafkan saya , saya akan memikirkannya yang mulia , Dan dengan segera akan kembali ke anda untuk memberikan jawaban saya ! "

Jawab ku sambil membungkukkan tubuh ku sekali lagi .

Setelah itu , diriku pergi untuk kembali ke rumah .

" k-kkenapa harus dengan lembut ? Beliau bahkan bisa memaksa ku untuk menjadi pelayannya , y-yyah sudah lah . Pola pikir beliau sungguh penuh kasih sayang "

Ucap ku sambil berjalan keluar istana .

●●•●●•●●•●●•●●•

Sebelum pulang kerumah , aku sempat mampir ke pasar ibu kota untuk membeli beberapa bumbu masak , ikan , beras dan juga gandum untuk makanan kami esok hari nya , dan juga tidak lupa membeli roti kesukaan pak marco tentunya .

Setelah berbelanja disiang cerah tersebut langsung lah kuberlari pulang agar cepat memasakkan makanan untuk pak marco .

" Apa yang pak marco makan saat diriku tidak ada dirumah yah ? "

Tanya ku dalam hati sambil terus berlari .

~ Sesampainya didepan rumah

Kuketuk pintu rumah

* Tok Tok Tok *

" Pak marco ? Apakah bapak sudah pergi bekerja ? "

Tanya ku sambil terus mengetuk pintu .

" Selamat siang pak marco ini zyya , apa bapak ada dirumah ? "

Salam dan tanya ku yang terus kuucapkan sambil mengetuk pintu .

Sudah lebih dari 16 ketukan , tetapi pak marco tetap tak menjawabnya , aku tak mau untuk menbukanya . jika pak marco tidak dirumah dan aku membuka pintunya , itu sangat tidak sopan menurutku , masuk ke rumah orang tanpa izin .

" mungkin beliau sudah pergi bekerja. "

Kata ku sambil membawa barang belanjaan ku dan pergi ke tempat yang cocok dijadikan tempat untuk beristirahat . Disaat perjalanan untuk mencari tempat beristirahat , tak sengaja kulihat seseorang pengguna alat musik yang sedang duduk bersandar di dinding gang kecil di sebelah kanan ku tersebut . Dengan rasa ingin tau yang berlapis-lapis , aku pun sadar bahwa dia mungkin sama lelahnya seperti aku . Ku berjalan dengan santai nya dan menemui nya . ( entah kenapa aku tidak merasa waspada dan bahaya saat didekatnya , melainkan aku sangat santai dan aman jika didekatnya . ) .

" ini , aku punya roti yang tak termakan satu . Apakah kamu mau ? "

Saran ku sambil menaruh roti yang tak termakan tersebut didepannya .

" T-tidak usah , silahkan anda makan saja "

Jawabnya sambil tetap duduk memeluk gitarnya dan melihat kebawah .

Setelah itu aku duduk di samping nya dan bersandar juga seperti nya . Entah kenapa hawa sejuk di-gang kecil nan gelap tersebut sangat terasa . Ku toleh roti yang ku sediakan untuk ia makan , ia tak memakannya sedikitpun .

  Karena bingung nya diriku . Ku coba untuk membuat suasana yang bagus , dan dengan segera kucoba untuk berkenalan dengannya .

" Pe-er misi , kalau boleh tau siapa nama mu ? "

Tanya ku sambil menatap kebawah .

  " Ak-ku Yuki . "

Jawabnya

  " Aku zyaa senang berkenalan dengan mu . "

Kata ku , meskipun ia tak menanyai namaku .

" aku tau , roti itu bùkan seberapa bagi para bangsawan . Tetapi roti seperti ini sangat berharga bagi saya , maupun bagi rakyat-rakyat miskin yang ada di ibu kota ini . Oleh karena itu , tolong makanlah , itu dapat memulihkan tenaga mu agar dapat bermusik dan membantu mu menghasilkan uang esok hari . "

Ucapku sambil melempar-lempar batu yang ada di bawah .

" T-Terima Kasih "

Kasih seorang musisi tersebut atas PEMBERIAN KECIL ku .

___________________________

{ Choose Steps }

___________________________

Akan Datang

▪ Bagian 4 - 22 Maret 2019 ( 05.00 )

▪ Judul Alternative : Pelayan Elite

______________________________

Next chapter