webnovel

Kekacawan di Universitas

Suara aneh seperti hewan buas yang menggeram, tak henti-henti keluar bersama darah dari mulut sang dosen. Ada yang beranggapan dosen itu sedang kesurupan roh jahat, ada yang menganggap gila dan bahkan ada pula yang menganggap seorang maniak karena pengaruh obat-obatan seperti Flaka.

''Apa yang terjadi pada orang itu?'' tanya Yeo Han dengan tubuh bergidik. ''Hei, seseorang harus menolong wanita itu!'' katanya lagi, sambil mengeraskan suara yang tertimbun di antara keributan mahasiswa.

''Mengerikan! Bukankah ini sudah termasuk tindak kejahatan. Aku akan merekam dan menyebarkannya.'' Jimi merekam kejadian itu.

Han Sol mendesis dan sesekali bergidik melihat brutal sekali cara si tua itu menarik kulit leher si gadis, hingga tampak urat-urat leher ikut tertarik bagaikan karet. ''Apakah sudah ada yang melapor?'' Ia bertanya pada mahasiswa lain yang ikut berjejalan.

''Aku sudah melapor polisi, tapi tak ada yang mengangkat panggilanku,'' kata seorang mahasiswa di dekatnya.

''Aku juga sudah panggil polisi terdekat, tapi tak tersambung,'' timpal seorang lagi, ''bahkan sudah melaporkan melalui panggilan darurat. Mereka hanya memperingatkan untuk tidak turun ke jalan. Panggilan itu diputus oleh mereka sendiri. Aku heran, tak biasanya saluran darurat menolak panggilan.''

''Bagiamana dengan pihak kampus? Ada yang melapor ke ruang dosen?'' seorang pria bertanya pada yang lain.

Mendengar perbincangan banyak orang, ada dua mahasiswa bertubuh besar turun tangan menghentikan dosen itu. Mereka menarik kedua lengan dan menahannya, tetapi kekuatan mereka tak sebanding sehingga terguling ke lantai satu, diliputi darah korban yang memenuhi anak-anak tangga.

Orang-orang yang menonton berseru ketakutan menyaksikannya. Bagaimana bisa dosen tua itu mengalahkan dua pria yang secara akal sehat lebih kuat. Hal itu menyebabkan mahasiswa dari lantai tiga dan empat ikut memenuhi pembatas lantai.

Mahasiswa yang baru saja datang, berkumpul di belakang dua pria besar tadi. Dua pria besar yang terguling tadi mencegah mereka untuk ke atas.

''Dosen itu sudah pasti gila. Dia menyerang salah satu mahasiswa. Sebaiknya jangan mendekatinya!'' salah satu pria besar memperingatkan.

''Perasaanku tidak enak saat mendekatinya. Kurasa ini bukan dari efek obat-obatan. Aku heran, dia sangat kuat. Beberapa orang harus keluar untuk memanggil security.'' timpal seorang yang tadi terguling.

Usai perkataan orang itu, terdengar bunyi kaca pecah dari arah belakang mereka. Semua orang menoleh dan menemukan seorang gadis dengan tubuh bersimbah darah terbaring di antara pecahan-pecahan kaca.

Mereka amat terkejut ketika melihat gadis yang terlihat sekarat itu, kini bangkit dengan tubuh yang tak stabil dan wajah bersimbah darah. Seseorang hendak bergerak ke arah gadis itu, tetapi dicegat yang lain, karena merasakan hal aneh. Mendadak terdengar keributan dan teriakan beberapa gadis ketika melihat beberapa mahasiswa dengan tubuh yang cacat dan darah yang membludah di tubuh, masuk lewat celah kaca nan pecah tadi.

Wajah-wajah pucat dengan mata kehitaman, berlari ke arah mahasiswa yang berada di lantai bawah. Kakinya berlari dengan tubuh yang tak stabil dan mulut yang menganga.

Mahasiswa yang berada di lantai satu akhirnya terpencar-pencar ke sana ke mari mencari keselamatan.

''Hey, siapapun yang mendengar, apa yang terjadi di bawah sana?'' Yeo Han melantangkan suara pada beberapa orang di lantai satu.

Lagi-lagi tak ada yang menjawab karena sibuk meloloskan diri dan melawan. Keadaan di bawah mereka sudah seperti perkelahian sengit. Perempuan menyerang laki-laki, laki-laki menyerang perempuan dan bahkan tiga orang mengejar satu orang, terlihat sudah tak ada lagi etika.

''Ini membuat aku sakit kepala. Mengapa sekarang malah berkelahi,'' heran Joo Ni.

''Aku akan ke bawah untuk melihat—''

''Tidak! Tunggu! Ada yang aneh, kita pantau dari sini saja.'' Hansol menahan tangan Jimi dan memperingatkan pula pada mahasiswa lain yang sok berani hendak ke bawah.

''Wajah-wajah mereka aneh sekali. Semua yang mengejar tak jauh beda dengan dosen itu. Jelas, mereka semua tidak beres,'' tambah seorang gadis.

Dalam pada itu, mendadak pesan-pesan darurat bermunculan dari Smartphone mereka. Pesan kilat itu memberitahukan sebuah wabah aneh yang telah menyebar dalam waktu cepat di beberapa daerah. Terdapat imbauan untuk semua orang, agar mereka tetap berada di rumah untuk waktu yang tidak dipastikan.

''Aku baru saja menemukan video!'' seru salah seolah mahasiswa. Mereka beramai-ramai menjelajah ke beberapa situs internet untuk melihat apa yang terjadi di luar sana. Dan hanya sebentar, kemudian semua sambungan internet mendapatkan gangguan.

Teriakan terdengar lagi sekarang berada di sebelah kanan lobi. Beberapa dosen menyerang mahasiswa secara membabi buta dan tak kenal ampun. Tak hanya di lobi, bahkan di area taman terjadi penyerangan yang serupa. Seorang satpam berbadan tinggi besar yang terkenal ramah ikut andil dalam kekacauan itu. Wajahnya penuh darah dan lehernya telah robek. Geramannya menggema bahkan mendominasi. Dia menjerat dua mahasiswa sekaligus dan merobek-robek perut mereka.

Ubin putih telah menjadi lautan darah, amisnya tercium hingga ke lantai atas. Suara dari satpam itu membuat semua mahasiswa di lantai tiga dan empat terserang panik. Melihat pemandangan menjijikkan itu, mereka semua berteriak kengerian.

Suara-suara yang ribut menarik sang satpam untuk menoleh ke atas. Mata putih ke abu-abuannya bersua beberapa detik dengan mata Yeo Han. Tatapan lapar seolah-olah melahap jiwanya, kaki Yeo Han jatuh ke bawah ketika menyadari betapa mengerikannya wajah orang itu. Ia terlalu lemas melihat situasinya. ''Mereka ... bukan manusia lagi!''

Jeritan kesakitan nan menggema mengakibatkan laju detak jantung mereka tak terkontrol. ''Ini wabah Zombi!'' salah satu mahasiswa berseru dengan lantangnya.

Kepanikan semakin menjadi-jadi, puluhan mahasiswa terpecah belah dan berlarian kesana kemari menyelamatkan diri. Ada yang berdesakan menaiki tangga ke lantai tiga hingga ke lantai empat. Sedangkan Yeo Han bersama lima temannya berlari menuju kelas mereka. Tetapi, langkah Yeo Han terhenti melihat seorang wanita yang tergeletak di tengah-tengah tangga kini merangkak hendak naik.

Yeo Han panik sekaligus bimbang. Kakinya tertahan karena hendak menolong gadis itu, disangkanya gadis itu masih dapat diselamatkan, namun anggapan itu sebentar saja musnah ketika gerakan kaku terlihat saat wanita itu bangun. Luka gigitan di leher tampak masih berdarah, kulit gadis itu mulai menebal dengan urat-urat yang menonjol sedangkan bibirnya perlahan-lahan membiru. Meski tak menyeramkan yang terlihat, teman-temannya menyadari ketidaknormalan itu.

''Yeo Han!'' Hansol berseru lalu menarik tangan Yeo Han. ''Dia sudah tak bisa diselamatkan!''

Mereka berlari dan sekali-kali melihat keadaan di belakang. Oleh sebab teriakan peringatan beberapa saat lalu, menyebabkan orang-orang di lantai bawah merangkak menaiki tangga ke lantai dua. Ada yang tak punya kaki, dan dengan tangan ia naik, ada yang lehernya hampir putus hingga terseret-seret kepalanya. Ada pula isi perut yang keluar dari tengah dada, merangkak di atas tubuh yang lain. Dan mereka yang merayap itu menjadi jembatan untuk zombi-zombi lainnya. Begitu banyak, sampai-sampai ramai sekali suara geraman menuju ke arah Yeo Han dan teman-temannya.

Wajah mereka pucat pasi, satu-satunya yang dapat dituju adalah kelas. Di kiri dan kanan tangga akses lantai tiga sudah diserang oleh mahasiswa terinfeksi.

Yeo Han dan teman-teman hampir melewati pintu kelas, namun beberapa pria yang bersandar di depan pintu mendorong Yeo Han. ''Kau mau masuk?'' kata Seo Jung, ''Masuk saja jika bisa!''

''Brengsek, sialan, buka pintunya!'' teriak Hansol pada Seo Jung.

Para penghuni kelas yang dominan wanita hanya memandangi mereka, kasihan.

Yeo Han dan Hansol menggedor-gedor pintu kaca itu, selagi tiga lainnya berusaha menghalangi beberapa mahasiswa yang ingin menyerang. Orang-orang berlari di belakang mereka tak sekali dua kali ditekam dan mati. Ada yang ditarik ke hulu dan dimakan beramai-ramai.

Badan besar Hansol menabrak keras permukaan pintu kaca ruang kelasnya hingga itu terjadi berkali-kali. Dari arah lain, pemakan manusia bertambah banyak. Ravi, Joo Ni dan Jimi bersiaga di belakang Yeo Han dan Hansol. Di depan mata, mereka menyaksikan manusia memakan manusia lainnya. Organ-organ berserakan, potongan-potongan tubuh bergelimang oleh cairan pekat lagi amis. Suara-suara daging yang dirobek dan rakusnya orang-orang saling memakan menyebabkan Ravi tak dapat menaha gejolak isi perutnya.

Dari arah tangga suara menggeram mendominasi suara lainnya. Hingga munculah dua sosok yang meluluhkan semangat mereka. Sang dosen dan seorang satpam berwajah seram berlari ke arah mereka. Ravi, Joo Ni dan Jimi sebagai benteng, bersiaga tanpa senjata.

Next chapter