8 Bab 8. Perkamen Emas

"Apa yang kau maksud ?"

Hening

Tak ada suara yang menjawab, hanya ada semilir angin berhembus menimbulkan suara gemeresik ketika daun-daun pohon itu saling bergesekkan. Ke dua hewan mitos itu saling berpandangan dan memutuskan untuk pergi, meninggalkan tempat tersebut untuk membuat gadis itu menemukan jalan nya sendiri dan memahami apa arti kedatangan nya ke tempat ini. Mereka sadar bahwa pasti ada alasan selain untuk mengurung gadis itu karena takdir masa depan nya, tapi mereka tidak tahu apa itu.

"Yang Mulia, kami tidak bisa membantu tentang masalah ini. Kami tidak akan tinggal." Kedua hewan itu memberi penghormatan sebelum pergi menjauh dari pandangan ketiga sahabat tersebut. Melihat hewan itu pergi, mereka tak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan para Mahluk legenda pun akan pergi ketakutan setelah mendengar suara itu, lalu bagaimana mereka bisa menanggung beban ini ? Tak ada cahaya yang jelas membuat mereka tak tahu mereka berada di arah mana dan apakah hari sudah berganti ataukah belum. Hutan itu seperti labirin, bagaimana mereka bisa mencari jalan keluar saat tak ada yang mengarahkan. Kini mereka bertiga mengutuk kesal pada hewan mitos yang telah pergi tersebut.

"Mereka memanggilmu dengan penuh khidmat dan penghormatan, tapi saat masalah datang seperti ini mereka dengan bersamaan pergi meninggalkan mu !" Keluh Elyzabeth dengan gumaman yang begitu jelas di kedua telinga Azalea. Ia akan membalas ucapan itu ketika kalimat dari sosok tak kasat mata itu kembali terngiang di telinga nya. 'Perkamen Emas !' Kini ia merasa bahwa kata kunci dari semua yang di ucapkan suara itu adalah gulungan aneh yang tak sengaja diambilnya sebelum tersedot portal dimensi itu. Segera ia buka jubah merah yang dipakai nya dan mengambil sebuah gulungan berwarna emas dengan corak misterius yang menghias setiap inci dari gulungan tersebut.

"Ehm, apa itu yang disebut Perkamen Emas ? Bentuk nya tak lebih indah dari gulungan kulit yang biasanya ayahku gunakan untuk mencatat hutang pembeli !" Edward merebut gulungan itu dan membolak balik nya, melihat apakah ada perbedaan dari yang ada di rumah nya atau tidak. Jika memang sama dengan yang ada di rumah nya, untuk apa dipercaya sebagai petunjuk ! Itu mungkin hanya akan membuat mereka lebih dalam masuk ke dalam kesesatan yang nyata.

Elyzabeth mengambil Perkamen itu dengan paksa dari tangan Edward.

"Katak di dasar sumur seperti mu hanya mempunyai pandangan sempit ! Tak pantas berpikir luas !" Ia menyerahkan kembali gulungan itu ke tangan Azalea yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pertengkaran mereka. "Pria seperti itu tak bisa di andalkan. Tenang saja Lea, aku akan mengurusnya sembari kau mencari petunjuk di dalam Perkamen aneh itu !"

Azalea hanya menggelengkan kepala nya, ia sudah terbiasa melihat dua orang itu berselisih pendapat yang akhirnya membuat mereka beradu mulut hingga bersilat lidah yang hanya bisa berhenti jika kedua belah pihak ingin mengakhiri nya karena jika salah satu pihak saja, itu tak kan terjadi karena harga diri menghalangi. Azalea dengan perlahan membuka gulungan emas itu, setelah terbuka sepenuhnya mata gadis itu segera bergulir dari atas ke bawah, begitu seterusnya hingga berulang kali dan akhirnya membuahkan hasil yaitu kerutan di dahi gadis itu semakin dalam.

Edward menghentikan pertikaian nya dengan Elyzabeth, ia membungkam mulut kecil gadis itu dengan tangan kanan nya ketika rubah licik itu hendak kembali melontarkan sumpah serapah penuh kebencian pada nya. Ia membisikkan sesuatu di telinga gadis itu yang membuat Elyzabeth menghentikan pemberontakan nya. Melihat bahwa gadis galak itu tenang dan tahu kondisi ia lantas melepaskan tangan nya dari mulut Elyzabeth. Mereka mendekat ke arah Azalea, dengan tanpa suara mereka ikut mengintip isi dari Perkamen yang sedang di pegang sahabat mereka. Tapi setelah melihat isi gulungan itu, baik Elyzabeth ataupun Edward mereka memijat kening mereka, pusing.

"Bahasa apa itu ? Aku bahkan tak mengenali satu huruf sekali pun !!" Elyzabeth dan Edward sama- sama mengeluh, mata mereka terasa sakit saat melihat isi gulungan itu, tak mengerti apa yang sebenarnya tertulis di barisan kalimat yang ditulis rapi dan terlihat indah tersebut. Azalea terkekeh melihat itu, ini adalah bahasa awal kuno yang bahkan di buku sejarah tertua pun tak tertulis penjelasan tentang bagaimana cara membaca nya. Awal nya ia juga cukup terkejut ketika mendapati lagi - lagi diri nya mempunyai keterampilan ajaib ini. Membaca bahasa kuno ? Masuk ke dalam tempat yang berisi deretan buku tersebut saja masih bisa terhitung oleh jari nya.

"Aku tahu cara membaca nya, jadi jangan khawatir !" Ada pandangan terkejut sekaligus tak percaya di mata dua orang yang kini terduduk di tanah beralaskan dedaunan yang memang sudah sedari tadi mereka kumpulkan untuk tempat beristirahat mereka.

"Kau tahu ini juga ? Azalea, sekarang aku tanya pada mu, apa di rumah mu semua buku sejarah dan juga buku bahasa aneh terkumpul menjadi satu di sana ? Astaga,.. bahkan aku masih tak percaya ketika kau mengatakan

bisa mengerti apa yang para hewan mitos itu katakan dan juga saat kau mengatakan ada suara misterius yang menyuruh mu membaca perkamen itu.. Ahh, ini semua bagai mimpi di tengah malam bagi ku !!" Elyzabeth kali ini setuju akan apa yang dikatakan Edward, baru kali ini ia merasa bahwa apa yang dikatakan pemuda itu tak berlebihan.

"Bagaimana kau bisa tahu semua ini Lea ?" Azalea membenarkan tudung jubah nya dengan gugup. Jika ia mengatakan bahwa itu semua muncul dari benak nya dan secara jelas tertulis di pikiran nya apakah mereka akan percaya ? Dengan pandangan ragu ia membuka mulut kecil nya perlahan

"Itu.. itu tiba - tiba saja muncul di kepala ku. Aku tidak tahu kenapa itu bisa terjadi !"

Elyzabeth dan Edward merasa tak percaya akan penjelasan yang diberikan gadis itu, tapi setelah melihat keadaan nya yang bersalah dan tulus, mereka hanya bisa menghela nafas dalam dan terpaksa mempercayai fakta mustahil ini.

"Baiklah, kami tidak akan bertanya lagi bagaimana cara mu mengetahui semua ini ! Lalu sekarang jelaskan apa yang tertulis dalam perkamen itu ?"

Azalea menghembuskan napas saat ia kembali tak bisa mengerti apa sebenarnya maksud dari kalimat yang tertulis dengan goresan tinta hitam itu.

"Aku tak bisa mengerti apa makna dari kalimat ini. Begitu membingungkan !" Ia menatap menyesal pada dua teman nya. Diri nya yang kali ini diandalkan tapi ia tak bisa memenuhi harapan ini yang membuatnya menyesal.

"Coba bisakah kau bacakan itu ? Siapa tahu diantara kami ada yang mengerti." Azalea merenung sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk tanda setuju, ia membuka mulut nya dan membaca kalimat itu dengan suara jelas..

"Jangan terburu - buru dalam melangkah, di penghujung tempat batu kerikil akan muncul dan tangisan angin akan datang'

"Buzz.."

Seberkas sinar terang keluar dari gulungan itu dan membuat ketiga orang tersebut menutup mata menggunakan lengan nya. Sekarang gulungan itu melayang dan lepas dari genggaman Azalea dan sepenuhnya mengambang di udara membawa aura mistis yang misterius. Perlahan sinar itu meredup dan mengungkapkan sepotong gambar dan sebait kalimat di udara tipis.

Edward yang pertama kali membuka mata nya lalu mengangkat kepala nya menatap gambar itu "Oh Tuhan, apa itu ? Apakah itu.... sebuah peta ?"

Kedua gadis lain nya ikut membuka mata saat mendengar suara Edward, mereka melihat ke atas sana dimana perkamen itu masih melayang. Di atas gulungan terbuka itu sebuah Rune ajaib muncul menggambarkan potongan lukisan jalan berliku.

"Apa itu peta jalan keluar ?, jika begitu apa maksud dari kalimat yang di bacakan Azalea tadi ?" Elyzabeth yang pintar pun kebingungan akan hal ini. Sampai sekarang otak nya masih berputar, memproses apa sebenarnya makna dari yang di bacakan Azalea.

"Temukan yang lain berwarna biru laut di balik badai yang datang." Lagi, sinar emas melingkupi gulungan itu dan kali ini menelan sebait kalimat yang berada di tengah potongan gambar tersebut. Azalea yang baru selesai mengucapkan nya tercengang, tulisan itu hilang seolah takut bahwa mereka menyalin nya di tempat lain. Semua nya menjadi teka teki dengan di selimuti kabut tebal yang bahkan logika tak akan dapat menguak apa yang ada di balik nya.

Ketiga orang tersebut sama-sama

merenungkan apa sebenarnya makna di balik kalimat tersebut. Mereka menduga jika itu adalah peringatan sekaligus petunjuk yang mungkin nanti nya bisa menjadi kunci untuk pintu keluar dari tempat aneh ini. Suasana di tempat itu semakin gelap, sepertinya hari akan mulai berganti. Matahari akan berpindah di bagian bumi lain dan bulan akan muncul dari persembunyian nya di temani kerlipan bintang di sekitar nya.

Kecemasan dan kekhawatiran yang sebelumnya datang ke dalam sanubari mereka kini perlahan mulai terkikis karena adanya petunjuk itu. Mungkin tidak ada yang tahu bahwa saat ini salah satu dari mereka bertiga tengah mengingat potongan kenangan yang ada di pikiran nya yang nanti nya itu akan berguna di masa depan.

Perkamen Emas itu di ambil kembali oleh Azalea dan jika dibuka lagi maka itu akan memunculkan potongan gambar peta sebelumnya jadi mereka tidak khawatir jika peta tersebut hilang seperti tulisan.

Malam yang gelap di sertai hawa dingin yang menusuk tulang membuat mereka semakin merapatkan jubah yang dipakai, angan – angan mereka meluas membayangkan jika saat ini akan ada setitik rasa hangat dari tumpukan kayu yang dibakar, seolah ada bayangan api unggun di depan mereka dan mereka segera merapat ke arah itu.

Tapi segera setelah mendekat bayangan itu hilang dan membuat mereka sadar bahwa itu hanyalah delusi yang hinggap sementara. Gelapnya malam membuat mereka tak bisa bergerak bebas memungkinkan mereka tak dapat mencari kayu bakar walau sebatang pun. Hanya diam di tempat sembari memegang erat jubah nya, ketiga orang tersebut memilih untuk memejamkan mata mencoba untuk tidur karena bahkan untuk melihat wajah satu sama lain itu sama sekali tidak terlihat.

Hutan itu seolah berubah menjadi hal lain, siang tadi hutan itu dipenuhi suasana hidup dan harum nya semerbak bunga yang terbang bersama angin. Tapi saat malam tiba hanya ada suara burung hantu dan semilir angin yang berhembus pelan membawa suasana mencekam dan membuat ketiga orang tersebut tanpa sadar meringkuk karena bulu di sekujur tubuh mereka terasa berdiri. Kini di tengah mata yang terpejam itu sebait doa terlantun di benak mereka. mereka hanya bisa berharap bahwa cahaya akan segera muncul kembali, menyinari tempat ini dan mengusir suasana mengerikan ini.

Mereka berdoa supaya nanti saat kembali membuka mata yang pertama mereka lihat adalah senyum di wajah Ibu yang mereka rindukan. Atau jika tidak tolong hadirkan Ibu mereka dalam mimpi malam ini dan mengatakan bahwa semua ini akan baik – baik saja.

Tuhan tidak pernah tidur, maka itu percayakan semua pada Nya- Takdir-

avataravatar
Next chapter