5 Bab 5. Pulau Misterius

Lautan pohon rimbun menjadi pemandangan pertama yang dilihat ketiga orang tersebut saat membuka mata. Kicauan burung yang terdengar jelas di telinga mereka serta embusan angin yang terasa di tengkuk mereka yang berasal dari kepakkan sayap burung membuat mereka tersadar bahwa mereka tidak menapak tanah.

"AAAA.. " Teriakan itu kembali keluar dari bibir ketiga orang tersebut. Kini mereka tengah berada di langit, maksud nya tengah mengambang di udara dan sebentar lagi akan jatuh mendarat di tanah. Melihat betapa tinggi nya daratan membuat tubuh mereka mati lemas. Tak menyangka mereka akan mendapat kesempatan untuk merasakan sensasi jatuh dari langit, dan setelah ini mereka tidak tahu apakah saat kembali membuka mata nya, mereka akan tetap melihat dunia ataukah surga.

"Oh ya Tuhan, jangan ambil nyawa ku dulu. Aku masih belum mendapat kekasih dan belum membalas dendam pada gadis Bar-bar sialan Elyzabeth !" Edward merapal doa dengan khidmat, Elyzabeth yang tak jauh dari pemuda itu kebetulan mendengar lantas melotot dan melupakan bahwa ia sedang berada di atas awan.

Lautan awan yang sebelumnya menampung ketiga nya kini sudah berada jauh dari jangkauan mereka yang berarti menandakan bahwa sebentar lagi mereka akan mendarat di tanah.

Di antara ketiga nya, Edward adalah yang paling panik. Ia terus mencoba merapalkan sebuah mantra yang berhasil ia hafal satu bulan lalu.

"Fortódök Kýosû" Saat tubuh itu akan mendarat menyentuh tanah Edward meneriakkan sebuah mantra sihir yang membuat tubuh nya mendarat dengan perlahan.

"Aww.." Rintih kedua gadis itu bersamaan ketika tubuh mereka jatuh menyentuh tanah dengan keras.

Edward tertawa terbahak- bahak ketika melihat kedua gadis itu saling tumpang tindih. Bahagia di atas penderitaan kawan. Mungkin ini adalah karma bagi kedua gadis itu yang sebelumnya mengerjai Edward dengan menjadikan pemuda itu sebagai pembantu saat di Festival.

Azalea bangun dari posisi nya lalu membantu Elyzabeth yang sebelumnya ia tindih. Kedua gadis itu cemberut tak puas. Azalea yang tudung jubah nya telah tersingkap menampilkan raut wajah kesal karena kini tubuh nya sakit semua walau begitu ia masih mempertahankan udara tenang nya

"Sialan, aku tak pernah menyangka jika turun dari langit akan se menyakitkan ini. Ku kira dulu saat mendengar dongeng tentang malaikat turun dari langit itu akan menakjubkan !" Elyzabeth menepuk debu dari pantat nya.

Tawa Edward berhenti, pemuda itu seketika diam ketika melihat ke arah dua gadis itu.

Azalea yang merasakan ada yang aneh langsung menatap Edward

"Ada apa ? Apa wajah ku ditumbuhi bunga ? Hingga kau melihat tanpa berkedip ?"

Elyzabeth menaikkan alis nya saat melihat lelaki yang biasanya tak pernah diam itu kini menatap tanpa berkedip. Lalu ia alihkan pandangan nya pada Azalea, gadis itu tengah membersihkan jubah nya yang ternoda debu, sejenak ia lupa akan apa yang ingin dilakukan nya saat menatap wajah seperti dewi tersebut.

Sekarang ia mengerti kenapa Edward seperti itu. Azalea yang tak memakai tudung jubah memperlihatkan parasnya yang bagai malaikat yang tak di terima di surga lalu diturunkan ke bumi, begitu cantik dan murni tak tersentuh akan hal di dunia fana ini.

"Tudung jubah mu terbuka Lea, tentu saja Edward yang seorang pria akan menatap mu tanpa berkedip dan lihat ia sekarang meneteskan air liur nya !"

Edward segera tersadar dan ia buru-buru mengelap sudut bibir nya,

"Kau rubah licik, siapa yang kau bilang meneteskan air liur Hah ? Tak ada apa pun di sudut bibir ku !!" Ia menatap tajam pada gadis bersurai biru tersebut.

Elyzabeth tertawa keras saat melihat tipuan nya kembali berhasil pada pria bodoh itu.

"Tapi Lea, kau sungguh cantik ketika tak memakai tudung jubah mu itu !" Puji Edward serius yang hanya ditanggapi anggukan tak acuh Azalea. Dan Elyzabeth kembali tertawa akan hal itu. Ia merasa senang ketika melihat pria itu di abaikan oleh Azalea.

Azalea yang pertama kali menyadari bahwa tempat yang kini mereka singgahi sama sekali tak di kenal nya.

"Dimana ini ? Kenapa hanya ada pepohonan ? Apa tak ada perkampungan ?"

Elyzabeth dan Edward menghentikan pertikaian mereka, mereka ikut menatap sekeliling yang ternyata hanya berupa pepohonan yang menjulang tinggi dan hampir sepenuhnya menutupi celah sinar matahari untuk masuk, membuat keadaan sekitar sedikit gelap.

"Benar ! Dimana ini sebenarnya, ahh Azalea ini semua karena kau !!" Edward berteriak frustrasi ketika menyadari bahwa ia juga tak mengenali tempat apa ini dan dimana letak nya.

Azalea memainkan ujung rambut nya, ia juga sedari tadi merasa bersalah karena telah menyeret mereka semua ke dalam masalah yang tidak di ketahui seperti ini.

"Maaf" Ujar nya lirih yang bahkan hampir tidak terdengar oleh dua lain nya jika mereka berdua tak mempunyai pendengaran yang tajam. Air mata menetes dan menciptakan pemandangan seolah gadis kecil takut pada ibu nya karena ketahuan bermain.

"Tak apa, Lea. Ini semua juga pasti tidak di sengaja oleh mu !" Elyzabeth segera menarik sahabat nya dalam pelukan nya dan menatap tajam pada pria itu. Edward menjadi merasa bersalah karena menyalahkan secara sepihak, baru kali pertama ini ia mendengar kata itu langsung dari bibir sahabat nya yang berarti bahwa gadis itu memang merasa bersalah saat ini.

"Oh ya, Edward bagaimana kau bisa mengucapkan mantra itu ? Aku saja yang pintar belum bisa menghafal nya ?" Elyzabeth mencoba mengubah topik pembicaraan. Ia juga penasaran bagaimana pria bodoh dan ceroboh seperti Edward sudah bisa mengucap sebuah mantra sihir.

Edward mendengus, ia tahu jika Elyzabeth tengah mengubah pembicaraan supaya Azalea tidak terus larut dalam rasa bersalah nya, tapi apakah harus dengan membanggakan diri sendiri ?

"Tentu saja aku bisa ! Aku memang bodoh, tapi setidaknya aku lebih baik dari mu !!" Ujar nya dengan bangga.

"Sombong ! Jika memang kau sudah bisa apakah sekarang kau mampu mengembalikan kami ke desa Analec kembali ?" Tantang Elyzabeth dengan wajah sinis nya.

Edward tertawa canggung, ia menggosok bagian belakang kepala nya dengan malu. Bagaimana ia bisa melakukan itu, ia bahkan baru mempelajari halaman awal buku sihir nya.

"Itu hal berbeda lagi, aku masih pemula bagaimana bisa melakukan yang tingkat tinggi seperti itu ?"

Sudah Elyzabeth duga, pemuda itu hanya membual. Ia mengusap surai hitam Azalea yang masih dalam pelukan nya sambil berpikir bagaimana mereka bisa keluar dari tempat tak berpenghuni seperti ini.

"Sudah, ayo coba kita berkeliling ! Siapa tahu nanti kita akan menemukan sesuatu yang bisa membuat kita kembali." Elyzabeth memimpin kedua teman nya untuk berjalan menyusuri tempat asing tersebut.

Azalea mengusap air mata nya lalu memasang kembali tudung jubah nya yang menutup wajah cantik menawan nya tersebut. Ia hendak berjalan menyusul Elyzabeth ketika sebuah tangan menghentikan langkahnya. Ia melihat Edward menatapnya dengan pandangan bersalah

"Aku minta maaf soal perkataan ku tadi ! Aku tidak bermaksud menyalahkan mu." Azalea tersenyum kecil, ia menepuk punggung tangan pemuda itu. "Aku mengerti."

Edward tersenyum lebar, ia lantas merangkul bahu gadis itu dan mengajak berjalan bersama. Azalea hanya pasrah menerima perlakuan seenaknya lelaki itu padanya.

Hutan dalam pulau itu seolah menjebak Ketiga sahabat tersebut di dalam nya yang seperti labirin berliku tak berujung. Selalu berputar dan kembali ke tempat yang sama setiap kali mereka berjalan walau telah menyusuri jalan yang berbeda. Hingga akhirnya kaki mereka tak dapat berjalan lagi, dengan lemas mereka merebahkan tubuh mereka di bawah sebuah pohon besar.

Pohon itu memiliki daun lebat dan akar yang kuat, menaungi mereka bertiga dalam kenyamanan. Cabang – cabang pohon yang bergesekkan menimbulkan suara gemeresik yang di telinga ketiga orang tersebut bagai syair syahdu yang di dendangkan Seorang Ibu untuk anak nya yang hendak tidur hingga yang terjadi berikutnya mengejutkan mereka..

"Wooaahh apa itu ??"

Hidup ini seperti Labirin ! Berliku dan ujung nya adalah kematian.

~ bisakah kalian memberi saya bintang ?, jangan seperti pembaca hantu~

avataravatar
Next chapter