4 Bab 4. Altar Diabolus

Di jalanan kota di tengah ramai nya festival Ciemra, Elyzabeth dengan semangat menarik lengan Azalea untuk berkeliling bersama menikmati apa yang ada di festival. Mulai dari pertunjukan hingga kuliner. Dari membeli pakaian hingga pernak-pernik. Semua itu di lakukan kedua gadis itu dengan bahagia, hanya satu orang yang tidak memiliki raut wajah bahagia sedikit pun yaitu Edward yang berjalan di belakang kedua gadis tersebut.

Kedua tangan pemuda itu penuh dengan kantong belanjaan Elyzabeth dan beberapa milik Azalea.

"Hei, sampai kapan kalian berusaha menghabiskan uang ku ?" Edward menyesal mengajak para gadis itu untuk pergi ke Taman kota hari ini. Kenapa tidak lusa atau minggu depan saja ! Dan juga kenapa ia harus membawa uang dan menyebabkan kedua gadis itu menghabiskan nya.

Elyzabeth menoleh ke belakang dan dengan senyum licik dia berkata

"Kenapa ? Bukankah kau yang kemarin bilang akan membuat kami bahagia ketika di kota Ciemra ?"

Azalea ikut menoleh ke belakang, dan dari balik tudung nya ia bisa melihat wajah Edward berubah semakin gelap ketika mendengar perkataan Elyzabeth. Ia tersenyum kecil melihat pertengkaran dua orang tersebut.

"Elyza sebaik nya kita segera ke Taman kota saja, matahari sudah hampir berada tepat di atas kepala kita !" Ujar Azalea saat melihat langit atas.

Ke dua orang lain nya ikut mendongak dan melihat matahari yang sudah hampir tepat di atas kepala mereka. Dengan perasaan enggan Elyzabeth mengalah dan setuju untuk segera menuju taman kota, sebaliknya Edward memiliki senyum cerah di wajah nya. Ia tak tahu jika wanita sudah berbelanja maka hasilnya akan begitu buruk untuk pria, ia bertanya - tanya apakah semua wanita seperti itu ?

Ketiga orang tersebut menumpang pada kereta seorang pedagang yang juga hendak melakukan perjalanan ke pusat kota dengan membayar dua keping perak. Para pedagang itu menatap aneh pada ketiga nya, itu karena pakaian yang di pakai mereka tak lazim menurut mereka. Dengan jubah panjang yang menutupi seluruh tubuh serta tudung yang menyembunyikan wajah dan hanya memperlihatkan bibir membuat mereka bertiga sedari awal dianggap orang berbahaya.

Tapi Edward menjelaskan bahwa mereka bertiga berasal dari desa sebelah dan hendak pergi ke pusat kota untuk melihat taman Lily yang terkenal keindahan nya. Baru setelah penjelasan itu para pedagang dengan ramah memperlakukan mereka layaknya keluarga.

Perjalanan menempuh sekitar satu setengah kilo meter yang memerlukan waktu sekitar satu jam untuk sampai disana. Para gadis dengan riang gembira mengobrol dalam kereta dan para pria hanya diam mendengarkan. Azalea yang duduk di sudut juga hanya diam, tak berminat untuk ikut serta dalam obrolan tersebut. Ia lebih memilih menatap jalanan ramai lewat jendela yang terbuka. Merasakan embusan angin membelai punggung tangan nya, mencoba menyingkap tudung jubah yang ia pakai.

Tiba-tiba tubuh gadis itu terlihat menegang. Azalea menajamkan penglihatan nya ke arah salah satu bangunan yang terlihat tua di seberang jalan di samping naungan pohon Akasia. semua nya normal tak ada yang mengganjal, tapi ia yakin bahwa tadi dia melihat sekelebat bayangan samar keluar dari bangunan itu dan sempat melirik nya sekilas.

Elyzabeth menepuk bahu Azalea dengan semangat, tak memperhatikan tubuh gadis itu yang menegang

"Azalea lihat !! Dari sini pun Taman itu sudah bisa terlihat. Oh ya ampun indah sekali !"

Azalea tersentak dari lamunan nya, ia menarik napas dalam lalu mengeluarkan nya perlahan.

"Benarkah ?" Ia ikut menatap ke jalanan depan yang ternyata sudah hampir sampai di pusat kota.

Kereta berhenti, ketiga orang itu mengucapkan terima kasih pada para pedagang lalu pergi dari sana menuju Taman yang sudah di kelilingi banyak orang.

Taman yang dipenuhi bunga Lily bermekaran indah dan dikelilingi beberapa tanaman lain nya membuat pemandangan menakjubkan untuk dipandang.

Edward menggelengkan kepala nya ketika menyadari bahwa dua gadis itu sudah menghilang dari samping nya. Pastilah Elyzabeth yang menarik Azalea dengan tak sabar.

Sedangkan itu, Elyzabeth dan Azalea dengan penuh semangat melihat bunga Lily yang bermekaran indah. Mereka terus bercanda dan sesekali memetik bunga itu untuk di hirup aroma nya.

"Elyza, Edward sedari tadi memperhatikan mu." Azalea yang melihat Edward menatap mereka dari kejauhan tak tahan untuk menggoda sahabat nya itu

Elyzabeth tertegun lalu tersipu, pipi putih mulus gadis itu ternoda oleh warna merah merona.

"Omong kosong apa yang kau bicarakan ! Dia pasti tengah mengawasi kita untuk memastikan apakah kita kabur atau tidak."

Azalea terkekeh geli, melihat gadis yang tengah tersipu itu dia ingin menggoda nya lagi ketika seseorang tak sengaja menyenggol nya dan membuat tubuh nya limbung dan untung saja Elyzabeth dengan sigap menopang nya. Dengan marah gadis itu berkata pada orang tersebut..

"Maaf, Lain kali kalau jalan sebaiknya memakai mata kepala bukan mata kaki !" Sindir Elyzabeth pada orang yang kini malah sibuk memperhatikan sekitar.

Orang itu menoleh dan terlihat wajah pria paruh baya dengan kerutan yang menimbulkan keriput di wajah tua nya. Menatap mereka berdua dengan pandangan menyesal

"Maaf, saya terburu buru tadi. Dan tidak melihat jika ada nona ini di depan. Apakah ada yang terluka ?"

Elyzabeth hendak kembali membalas tetapi sebelum ia membuka mulut nya Azalea lebih dulu menjawab.

"Tidak ada, kami berdua baik-baik saja !"

Pria paruh baya itu terlihat lega

"Baik, kalau begitu saya permisi, masih ada yang harus saya lakukan." Pria itu berbalik dan pergi meninggalkan kedua gadis tersebut di tengah taman.

"Apa kau baik-baik saja Lea ?" Elyzabeth memeriksa sekujur tubuh Azalea dengan teliti tak melewatkan se inci bagian tubuh itu untuk diperiksa.

Azalea dengan risih menyingkirkan tangan Elyzabeth yang hendak meraba bagian depan atas nya.

"Aku baik-baik saja, ayo kita hampiri Edward. Sepertinya tak aman jika perempuan seperti kita berkeliaran tanpa di jaga oleh seorang pria !"

Azalea membenarkan kembali tudung jubah nya yang hendak terbuka akibat kejadian tadi, tapi saat tangan nya tak sadar menyentuh lehernya ia merasa ada yang kurang. Lalu setelah diraba berulang kali barulah ia sadar jika kalung pemberian Ibu nya sudah tak terpasang lagi di leher nya.

"Ada apa Lea ?"

"Kalung dengan liontin berbentuk permata pemberian Ibu ku hilang ! Padahal waktu di kereta tadi masih ada !" Dengan panik Azalea mencari kalung nya di antara lebat nya bunga Lily.

Edward menghampiri kedua gadis itu dan melihat betapa cemas nya Azalea dan sepertinya hendak menangis ia bertanya pada Elyzabeth yang juga tengah membantu mencari.

"Kalung liontin miliki Azalea hilang ! Itu pemberian ibu nya."

☬☬☬

Di sebuah ruangan gelap dan hanya ada dua orang di dalam nya. Sebuah pembicaraan ambigu terdengar

"Apa kau sudah melakukan apa yang ku perintah?" Suara itu terdengar seperti milik seorang pemuda berusia dua puluhan.

"Sudah Pangeran, saya dengan sengaja menabrak nya lalu membuang kalung itu tepat di depan Rune sihir misterius." Jawab seorang lagi yang dari nada suara nya berkisar lima puluh-an.

"Kau melakukan nya dengan benar." Puji seseorang itu. Dan setelah nya ruangan itu kembali hening

☬☬☬

Mereka bertiga terus mencari hingga tak sadar bahwa mereka telah memasuki kawasan terlarang dari taman.

Mata hijau zamrud gadis itu bersinar ketika melihat sebuah kilau perak yang terletak tak jauh dari nya, di bawah sebuah patung prajurit kerajaan kuno.

Ia lantas segera mendekati objek tersebut dan dengan bahagia memasang kembali kalung kesayangan nya itu di leher nya.

"Apa sudah di dapat ?" Edward bertanya ketika melihat gadis itu kembali bersemangat tidak lesu seperti beberapa menit lalu.

Azalea mengangguk semangat, lalu disusul tawa renyah gadis berjubah merah tersebut. Mereka hendak pergi ketika Azalea menghentikan mereka dan menyuruh mereka mendekat. Azalea menyibak tirai daun yang ternyata menutupi sebuah jalan dan pemandangan di balik nya membuat ketiga orang itu mematung.

Sebuah Altar luas terlihat tertutup beberapa sulur tanaman hijau yang merambat, tapi walau begitu keindahan dan kemewahan Altar itu masih terlihat. Bisa orang bayangkan betapa megah nya dulu ketika itu masih berfungsi.

Ketiga orang itu tak mengerti kenapa Altar yang masih kokoh seperti itu tersembunyi dari dunia luar di balik rimbun nya pepohonan.

Azalea mendekat ke arah Altar itu. Langkah kaki nya yang tenang dan mantap menghancurkan formasi rune tersembunyi di sekitar kawasan tersebut, Kedua orang lain nya mengikuti nya dari belakang.

Azalea tak tahu apa yang sedang di lakukan nya, ia hanya merasa bahwa Altar itu memanggil nya dan jiwa nya seolah tak bisa menolak.

"Tunggu !" Edward berteriak, pemuda itu berlari mencoba menghentikan Azalea yang terus melangkah. Elyzabeth mengikuti dari belakang dengan bingung.

Tapi terlambat, tangan gadis itu sudah terulur untuk menyentuh batu yang berada di tengah Altar tersebut dan mengambil sebuah perkamen emas yang diletakan di atas nya.

Tiba-tiba Sebuah cahaya biru muncul entah dari mana, melingkupi seluruh kawasan Altar. Sebuah portal terbentuk dan menyedot ketiga orang itu untuk masuk ke dalam nya. ...

Dalam lingkaran portal itu sebuah kalimat berhuruf latin tertulis dengan jelas.

'Fuit aperta altaris diaboli'

"AAAAAAA..."

Bersabarlah, dan percaya bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha

avataravatar
Next chapter