webnovel

dalam keadaan genting

7 tahun lalu sebelum bencana hari ini, disebuah desa bernama desa enderst tersebar wabah penyakit yang sangat mematikan. Dimana penduduk disana terjangkit penyakit misterius yang menyebabkan warga desa mengalami pembengkakan disekujur tubuh mereka, berubah warna menjadi kebiruan dan menghitam. Mereka berhalusinasi, meronta kesakitan lalu mati, dan tak ada satupun tabib disana yang sanggup mengobati dan tau penyebab penyakit tersebut.

Suasana disana sangat mencekam, hampir semua penduduk disana mati secara mengenaskan. Setiap detik warga disana merintih kesakitan meminta pertolongan, mereka bersujud, dan berdoa kepada sang pencipta dengan harapan diturunkan mukzijatnya. Agar bencana tersebut segera berakhir. Namun kenyataan lebih pahit dan kejam, setelah berhari hari mukzijat itu tak kunjung datang, tak terhitung jumblah nyawa yang melayang akibat wabah tersebut, Mereka hanya bisa pasrah.

Diwaktu yang sama dipinggiran hutan desa tersebut yang terjangkit wabah misterius itu.

Siapa yang tau tentang nama dan wajah pria ini. Ia sedang berburu makanan dan tersesat dihutan yang berdekatan dengan desa itu, apakah pria ini mau menolong warga desa tersebut.

Kemudian pria ini terus berjalan melewati hutan dan akhirnya memasuki jalan kedesa tersebut, tepat didepan pintu gerbang desa enderst. Kemudian dengan segera ia melangkahkan kakinya melewati gerbang desa itu dengan emosi santai pria ini mencoba menyapa warga desa disana. "Halo selamat siang saudaraku?" namun dalam hatinya bertanya tanya sebenarnya apa yang telah terjadi pada desa ini.

Tidak berselang lama kemudian datanglah seorang nenek tua yang merintih kesakitan, dengan tubuh penuh luka yang hampir membusuk disekujur badanya. Sembari terus menahan sakit, nenek itu menemui pria tersebut. Setelah sampai dihadapanya seketika nenek itupun rubuh dipelukan pria misterius tersebut. Dengan suara yang nyaris tak terdengar lagi ia mencoba mengatakan sesuatu kepada sang pria.

"Tolong selamat kan kami, tolong selamat kan kami dari kutukan ini." Berulang kali nenek itu mengulangi perkataanya. "Ini semua ulah iblis." Ujarnya dengan suara terpatah patah.

Kemudian Pria itu pun langsung mengangkat tubuh nenek tersebut ketempat yang lebih teduh, sembari terus memperhatikan luka disekujur tubuh nenek tersebut. "Nenek sebenarnya apa yang telah terjadi disini?" Namun nenek itu tak menjawab dan menutup mata untuk selamanya.

"Nenek bukalah matamu nenek!!"

Kemudian pria itupun memandang langit yang kelam seolah berduka karena bencana tersebut, lalu dengan keadaan hati yang penuh dengan emosi, kesedihan dan bingung. Ia terus melangkah dan bertanya tanya." Sebenarnya apa yang telah terjadi disini? bencana kah atau ulah iblis."

Ia masih terus berfikir keras, sembari terus berjalan menuju kuil tua yang berada ditengah desa tersebut, dan dikelilingi oleh mayat mayat warga disana. "Astaga apa apaan semua ini." Bisikinya dengan terus memandangi mayat disekelilingnya.

Ia terus berjalan mendekati kuil tersebut kemudian membuka pintu kuil, secara perlahan lalu ia melihat satu keluarga yang sedang berdoa didalam sana. Pria itu pun segera menghentikan langkahnya sejenak, memandang dan memahami keluarga tersebut. Mereka bertiga tengah berdoa duduk dibangku paling depan kuil tersebut.

Disana ia melihat seorang gadis kecil yang sedang menangis pilu tepat disebelah ayah dan ibunya. "Kepada tuhan selamatkanlah keluarga kami dari bencana ini." Ia pun terus menangis dengan pilunya.

Kemudian perlahan sang pria maju meneruskan langkahnya mendekati gadis kecil tersebut. Yang tepat berada disamping kedua orang tuanya, kemudian dengan ramah menyapanya. "Nona kecil yang sedang berdoa, dalam hati syukur lah masih ada yang slamat." Tersenyum kecil dan memeluk gadis tersebut.

Namun gadis tersebut tak menjawab, dan terus menangis pilu, bercampur sedih, marah, benci dan semua emosi yang tak bisa ia jelaskan, "Kumohon kembalikan ayah dan ibuku." Terus menangis pilu.

"Tenang kan dirimu nona, bukan kah mereka berdua ada di," lalu terkejut saat ia melihat orang tuanya yang ternyata sudah menjadi mayat kurang lebih meninggal satu hari yang lalu. "Astaga apa lagi ini?" Ujarnya dengan sangat sedih.

"Kumohon kembalikan ayah dan ibuku." Ia terus menangis pilu.

Sedangkan sang pria masih terus memeluk lembut gadis kecil tersebut, terus mencoba menenangkan nya, dalam hatinya. "Bajingan kalian iblis, aku bersumpah akan ku musnahkan kalian smua." Ujarnya dengan tatapan serius.

Tepat ditengah perbincangan yang haru tersebut munculah secercah harapan. Walau hatinya hancur saat melihat gadis kecil itu bisa bertahan hidup sendirian diantara mayat mayat warga desa disana, namun ia juga bangga dan bersyukur bahwa setidaknya masih ada yang selamat akibat wabah yang mengerikan tersebut.

"Syukurlah nona, kau selamat, janjiku padamu akanku cari penyebab bencana ini lalu menyelesaikanya. Dan untukmu nona teruslah hidup, jadilah kuat hingga kau bisa melindungi mereka yang membutuhkan bantuan mu." Ujarnya dengan suara lembut.

Dengan kondisi sangat ketakutan, gadis kecil itu terus memeluk pria yang tak ia kenal tersebut. "Paman aku sangat takut, ayah ibu pergi meninggalkan ku untuk selamanya. Paman kapan bencana ini berakhir?"

Pria tersebut terus memeluk lembut gadis itu. "Tenanglah nona semuanya akan segera berakhir. Untuk sekarang aku sangat bersyukur karena kau slamat, semuanya akan baik baik saja, karena ada paman disini." Terus memberi semangat nona tersebut dan terus menenangkan nya.

Larut dalam perbincangan antara nona kecil dan si pria misterius tersebut, kemudian ia meminta agar kedua orang tuanya dikebumikan dengan layak dibelakang kuil tua itu. "Paman boleh kah aku meminta satu permintaan padamu? kumohon kebumikan kedua orang tua ku dengan layak." Ujarnya dengan expresi sangat sedih.

Tanpa ragu sang pria pun menyetujui permintaan gadis tersebut. "Iya, tentu nona."

Akhirnya mereka berdua menyemayamkan kedua orang tuanya dibelakang kuil tersebut, disore hari yang hampir gelap dan gerimis disertai berkabut tebal mulai mengganggu pandangan mata mereka, tak lama kemudian malam mulai menggantikan sore yang sangat kelabu itu. Suasana terasa begitu kelam, langit masih berduka, hujan disertai kabut dimana membuat pandangan mata terhalang, membuat mereka harus segera menyelesaikanya dan kembali kedalam kuil untuk berlindung dari gelapnya malam itu.

Nona tersebut segera mengucap kan terima kasih kepada sang paman, "Terima kasih banyak paman sudah membantu menguburkan kedua orang tuaku, semoga mereka selalu tersenyum disurga miliknya. "Ia kembali meneteskan air matanya dan tertunduk lesu.

"Paman yakin pasti mereka semua yang telah tiada karna bencana ini, paman sangat percaya sekarang mereka semua tengah tersenyum didalam surga miliknya, termasuk ayah dan ibu nona kecil tentunya." Jawabnya tersenyum kecil.

Kemudian pria tersebut menayakan nama nona kecil itu. "Oh iya kalau paman boleh tau, siapa nama mu nona?" ujarnya penuh senyum.

"Nama ku luci paman, luci shamaya."

"Nama yang indah, seperti harapan ku, luci kau harus tetap hidup dan berjuang lebih keras lagi agar kelak kau menjadi yang terkuat, lalu bisa menjadi pelindung bagi mereka yang lemah." Dengan senyum diwajah keduanya, itu cukup menghangatkan suasana disana saat itu.

Kemudian lucipun mulai tersenyum seolah lupa dengan apa yang telah terjadi beberapa saat yang lalu, yaitu bencana.

Dengan segera mereka pun masuk kedalam kuil untuk beristirahat, dan berlindung dari ancaman malam yang membawa iblis muncul dari segala arah. Setelah mereka duduk diantara bangku yang telah disusun rapi seperti tembok melingkari mereka berdua, sang pria yang melihat wajah luci agak pucat langsung menawarkan sedikit makanan yang ia miliki.

"Apa kau lapar luci?" Mengeluarkan roti dari sakunya dan memberikanya kepada luci,

"Nah sekarang makanlah agar perutmu tidak sakit lagi,"

Dengan mata berkaca kaca lucipun dengan senang hati menerima roti pemberian paman tersebut dan langsung melahapnya. "Terimakasih paman, ini sangat enak sekali baru pertama kalinya aku merasakan roti senikmat ini. Lalu apa paman sendiri tidak lapar?" Ujarnya.

"Hehe, syukurlah jika kau menyukainya luci, makanlah, paman masih kenyang, hum itu karena paman kebanyakan makan jamur hutan tadi pagi huhaha." Jawabnya pria tersebut sembari terus menghibur luci.

Setelah menghabiskan makananya kemudian lucipun menanyakan nama paman tersebut. "O iya lalu siapa nama paman? dan dari mana asal mu paman?"

Namun pria tersebut hanya diam sembari mengganti perban yang ada diwajah nya, tetap tersenyum kecil, dalam hatinya "Kelak kau akan tau siapa, dan kenapa aku dilahirkan kedunia ini luci."

Disini hanya luci yang tau wajah pria misterius tersebut, walaupun ia tak pernah menyebutkan namanya.

Luci sendiri digambarkan sebagai gadis kecil berumur 10 tahun, berambut pirang pendek, bola mata warna coklat, hidung mancung berkulit putih dan sangat lugu. Dan disini juga lucilah satu satunya orang yang tidak terkena dan terjangkit wabah penyakit yang mematikan itu. Karena saat kejadian berlangsung ia tengah mencari kayu bakar di hutan pinggiran desanya.

Masih berlanjut perbincangan mereka. Karena malam semakin larut paman segera menyuruh luci untuk segera tidur. "Oke luci saatnya tidur karena malam semakin larut, jika kau tidur terlalu malam itu tidak baik untuk pertumbuhan mu, hehe." Ujarnya penuh senyum ramah.

"Baik paman, semoga malam ini diberikan mimpi yang sangat indah, dalam hatinya, smoga bencana ini segera berakhir amin." Kemudian luci pun tertidur dengan lelapnya.

Dengan segera pria itu langsung membuka jaket jubahnya lalu memberikan pada luci yang tengah tertidur pulas. "Semoga mimpi indah dimalam yang mencekam ini luci." Bisiknya dengan lembut.

Setelah memberikan jaket jubahnya, sembari tetap waspada dengan kondisi sekitar karena ia menyadari bahwa ada hawa keberadaan mahluk lain selain mereka berdua, karena tak ingin mengganggu tidur luci, iapun segera keluar dari kuil tersebut untuk mencari tau hawa yang sangat mengganggu tersebut,

Namun setelah ia berkeliling keberapa tempat disana dan tak menemukan apa apa. Kemudian ia memutuskan untuk pergi naik keatas atap kuil itu, iapun tak bisa melihat dengan jelas karena kabut tebal yang menyelimuti desa itu terlebih sangat gelap tanpa sinar bulan dimalam itu.

Dan ketika ia tengah memantau sekitarnya, tidak berselang lama tiba tiba terlihat cahaya berwarna merah menyala dengan kecepatan yang sangat tinggi menghantamnya. Bom.!! Namun dengan sigap pria menghindari serangan tersebut, akibatnya atap kuil pun hancur berantakan karena serangan itu, dan membuat ia jatuh ketanah. "Cih sialan kau iblis." Ujarnya dan segera bangkit kemudian mencari sumber serangan tersebut.

Ketika itu luci yang sedang tertidur pulas tidak menyadari apapun, ia masih bermimpi indah. "Nyam nyam nyam."

Dengan segera pria itu langsung melesat mengejar kearah serangan tersebut. "Pengecut yang bisanya selalu bersembunyi." Tegasnya sembari berlari terus mengejar sampai kedepan gerbang desa enderst.

Dalam keadaan seperti ini, dimana disekitarnya hanya dikelilingi kabut tebal dan kegelapan, naluri seorang priapun muncul dengan menguatkan pertahanany. Kemudian ia segera mencabut pedang katana dipinggang sebelah kiri, sembari memanggil dan menyuruh penjahat itu untuk keluar. "Hoi sialan!! keluarlah tunjukan dirimu, kemari dan hadapi aku."

Namun tak ada jawaban sama sekali, hanya kabut dan kegelapan yang sunyi menemaninya. "Kalau begitu, aku tinggal memaksamu untuk keluar bukan?!" Bisiknya dengan tatapan tajam.

Dengan segera ia bersiap menyerang lawan yang belum diketahui keberadaanya tersebut, ia fokus pada satu titik 30 meter didepanya, karena ia sadar ada sesuatu yang sangat mengganggunya. Yaitu hawa keberadaan mahluk lain. "Ha, ternyata disana rupanya kau sialan." Dengan segera ia mengayunkan pedangnya kearah aura tersebut. Sless!!

Pedang tersebut dislimuti sejenis api berwarna hitam serta memiliki hempasan kekuatan ledakan yang kuat. Bum!! Suara gemuruh dari tebasan pedang tersebut, membuat pohon dan batuan disana hancur berantakan, kemudian ia kembali mengulangi serangan nya. Namun yang kedua ia melakukan menggunakan tangan kirinya.

"Hoi keluarlah kau iblis terkutuk?!" Sless. Bum!! dan serangan kali ini berhasil lalu membuat penjahat berteriak kesakitan,

"hiahh. sial, ini sakit." Terdengar teriakan dari balik pepohonan yang telah tumbang didalam hutan.

Dengan penuh konsentrasi sang pria langsung mengarahkan tangan kananya ke sumber suara tersebut. "Black holle. Kemarilah bajingan!!"

Dan benar saja sipenjahat langsung berpindah tempat dihadapan pria itu, lalu betapa dibuat terkejutnya penjahat tersebut yang langsung dihantam dengan pukulan keras oleh sang pria. "Deth end." Pukulan yang sangat keras dan berat mengarahkan korbanya ketanah. Bam!! "Rasakan itu sialan." Akibatnya daratan disekitarpun hancur berantakan.

Dengan kondisi wajah yang hancur penjahat itu memohon ampun untuk nyawanya. "Ampuni aku, kumohon jangan bunuh aku. Ampun!!"

"Siapa kau, apa tujuanmu datang kesini? dan siapa yang menyuruhmu sialan, cepat jawab?"

Sedangkan penjahat dengan nafas terpatah patah ingin menjawab pertanyaan tersebut namun. SLEz !! Tiba tiba tubuhnya hancur lalu menyatu terhisap kedalam tanah.

Dengan tenang pria tersebut tetap waspada dan mengamati situasi sekitar. " Cih sial."

Tak lama setelahnya, tanah sekitar mulai bergetar begitu hebat, kemudian perlahan munculah sosok dari dalam tanah, bersamaan dengan munculnya kabut tebal berkumpul diarea tanah yang bergetar tersebut. dia mengerang lalu tertawa tebahak bahak dengan suara yang mengerikan. Suasana disana menjadi sangat mencekam dimalam itu. Melihat itu semua sang pria langsung kembali menebaskan pedangnya kearah suara tersebut.

"Tebasan kepedihan. Shadow of sorrow!!" slez!! Akibat tebasan tersebut banyak batu dan debu yang berserakan di area tebasan tersebut.

Setelah serangan itu keluarlah wujud samar samar yang dikelilingi asap hitam dibalik kabut tebal disana. Wujud yang selalu tertawa, ia membawa bencana bagi manusia, tatap matanya penuh kebencian. Memiliki tubuh yang dipenuhi oleh luka sayatan. Serta berhati busuk yang haus akan darah segar manusia.

Dia adalah wanita pendosa yang haus akan darah segar manusia. Dikatakan dia sangat menyukai pria tampan dan kuat untuk dijadikan budaknya. Wajahnya sangat menyeramkan, tubuhnya mengeluarkan aroma busuk yang sangat menyengat menganggu indra penciuman. Dialah Zaliz wanita terkutuk sang pembawa wabah/bencana. "Hiahaha." Tawanya dengan terbahak bahak.

Next chapter