275 Melanjutkan Hidup

Ubel saat ini masih mencoba mengamati situasi yang sedang dia alami saat ini. Memang dia berhasil menyusup kesemesta ini, namun sayangnya konektifitas ruang pada dunia ini sepenuhnya terputus.

Saat tiba ditempat ini, entah mengapa dia merasakan konektifitas ruang didunia ini tersegel. Dan terlebih lagi, dia bisa merasakan semesta ini merupakan semesta yang baru saja dibuat, karena dia bisa merasakan beberapa dari mereka mempunyai segel waktu, dan baru 4 dunia saja yang terbuka.

"Dewa mana yang melindungi semesta ini" kata Ubel yang sedikit waspada, karena dia takut jika dia memasuki semesta yang dijaga oleh dewa dengan status tinggi.

"Apakah sebaiknya kita meninggalkan semesta ini, Tuan Ubel?" kata salah satu bawahannya.

"Kita tidak bisa melakukannya" kata Ubel.

Memang saat dia tiba pertama kali didunia ini, dia sempat merasakan hawa dewa yang pekat dan dia tidak berani untuk mendekatinya. Setelah merasakan hal tersebut, dia ingin langsung kembali ketempat asalnya. Karena Masternya selalu berpesan, jika mereka merasakan sesuatu yang tidak bisa mereka lawan, sebaiknya mereka kembali.

Namun entah mengapa, dunia ini seakan mengunci dirinya sendiri dan seakan sedang mengurung sesuatu didalamnya. Hanya satu hipotesa yang dimiliki Ubel, yaitu seorang dewa sedang diasingkan pada dunia ini atau sedang berlatih disini.

"Tetapi mengapa dia melatih dirinya didunia sampah seperti ini" gumam Ubel kembali.

Untung saja dia masih memiliki alat pembuat dimensi sementara, dan dapat melindungi mereka dari seseorang yang bisa mendeteksi mereka saat ini. Walaupun awalnya dia sangat takut, karena jika dewa kelas tinggi yang berada disini, dipastikan dimensi ini akan ketahuan.

"Kurasa, ditempat ini terdapat seorang dewa yang dihukum, atau salah satu keturunan mereka sengaja mereka asingkan ditempat ini. Jadi sebaiknya kita mencoba untuk mengawasinya saja." Kata Ubel.

.

.

Zen sudah berada dikediamannya yang berada diatas sebuah tebing, yang semalam dia buat. Memang hari ini, Zen, Tio dan Froze memutuskan untuk mencari perabotan untuk rumah mereka. Tetapi sebelum itu Zen memberitahukan situasi yang dialaminya sebelumnya.

"Jadi apa yang harus kita lakukan Master?" tanya Tio.

"Untuk saat ini, kita harus menunggu saja pergerakan mereka. Karena sampai saat ini, aku masih belum merasakan keberadaan mereka, setelah aku merasakan salah satu dari mereka yang mengintaiku tadi" kata Zen.

Memang Zen harus bergerak secara hati – hati, dikarenakan dia tidak mau jika dia langsung gegabah mencari mereka dengan membabi buta, akan berdampak buruk pada dunia ini. terlebih lagi inilah pertama kali baginya melawan seorang bawahan dari Demi-God.

"Baiklah, mari kita mencari perabotan untuk kediaman kita" kata Zen.

Memang, mengapa Zen masih bersikap santai, karena saat ini dipastikan pihak musuh tidak bisa mendeteksinya kembali, seperti apa yang terjadi sebelumnya. Sedangkan, Zen bisa dengan mudah merasakan mereka jika mereka benar – benar keluar dari sarang mereka.

"Dan biarkan mereka datang, karena aku mempunyai rencana untuk mereka" kata Zen.

.

.

Hari yang melelahkan ini akhirnya sudah selesai, setelah berbagai mobil pengantar barang sudah meninggalkan kediaman Zen, dimana mereka sudah mengantarkan semua perabotan yang dibeli Zen sebelumnya untuk kediamannya ini.

"Apakah tidak apa – apa jika aku tidak membantu kalian besok mendekorasi rumah ini?" tanya Zen.

"Tenanglah Master, serahkan ini kepada kami berdua" kata Tio dan dibalas anggukan oleh Froze.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menantikan hasil pekerjaan kalian besok" kata Zen.

Keesokan harinya, seperti biasa Zen sudah berpakaian rapi dan bersiap untuk menuju kesekolahnya. Semalam memang Zen, Tio dan Froze sudah meninggali kediaman ini walaupun beberapa perabotan masih belum dibongkar oleh mereka.

Setelah berpamitan kepada Tio dan Froze, Zen mulai menteleportkan dirinya menuju kesebuah tempat sepi didekat halte yang akan membawanya menuju kesekolahnya, dan mulai berangkat dari sana.

"Apakah kamu ingin bergabung dengan sebuah club Zen?" tanya Hayato saat ini yang sedang berbincang dengannya setelah Zen baru saja tiba dikelasnya.

"Mungkin" jawab Zen, karena dia sedang mengincar sebuah club.

"Bagaimana jika kamu mengunjungi club sepak bola, siapa tahu kamu cocok berada disana, terlebih lagi setelah aku melihat perawakanmu yang sangat atletis" balas Hayato.

"Baiklah, aku akan mengunjungi club tersebut setelah aku bertemu dengan Hiratsuka-Sensei" kata Zen. Memang Zen tidak ingin membocorkan kedekatannya dengan Shizuka saat ini, karena dia tidak ingin membuat wanita tersebut tidak nyaman dengan perilakunya.

"Oke aku akan menunggumu" kata Hayato.

Pembelajaran akhirnya dimulai, dan seperti biasa Zen ingin sekali bertingkah seperti seorang dengan tatapan busuk yang penyendiri dikelasnya, namun Zen masih mencoba untuk menjadi siswa yang baik saat ini.

"Shizuka, bisakah kamu menunjukan daftar club yang dimiliki sekolah ini, aku ingin memasuki salah satunya" kata Zen. Namun kembali Zen mendapatkan sebuah pukulan dari wanita didepannya walaupun Zen lagi – lagi menahan seranganya.

"Sudah kubilang, panggil aku Sensei" kata Shizuka.

"Tetapi tidak ada orang disini" kata Zen.

"Cih.... lalu club apa yang ingin kamu masuki" kata Shizuka.

"Aku belum memutuskannya, karena aku ingin mengunjungi semua club sebelum aku memilihnya" kata Zen.

Memang sekarang waktu pembelajaran sudah selesai, Zen sengaja mengunjungi Shizuka untuk bertanya tentang kegiatan club, walaupun dia sudah mengincar sebuah club yang akan dimasukinya saat ini.

"Jika kamu sudah memilihnya, beritahukanlah kepadaku" kata Shizuka yang memberikan sebuah daftar club yang terdaftar pada sekolah ini.

"Terima kasih Shizuka" kata Zen dan lalu beranjak dari sana.

Tentu saja, Zen mulai membaca daftar club yang sedang dipegangnya dan dia menemukan sebuah club yang dicarinya saat ini. Namun sebelum pergi kesana, Zen ingin untuk menepati janjinya terlebih dahulu.

Lapangan sepakbola disekolah ini, mulai dipenuhi dengan berbagai siswa. Beberapa dari mereka mulai melakukan aktifitasnya yaitu bermain bola, tetapi beberapa orang sedang menonton mereka, terutama Zen yang masih melihat kegiatan didepannya.

"Tunggu, bukankah dengan kekuatanku mungkin aku bisa saja menjadi seseorang pemain sepak bola terhebat didunia ini?" kata Zen.

[Mungkin, jika Kakak menendang bola menggunakan seluruh kekuatan Kakak] kata Irene dengan nada yang bercanda.

Mendengar itu, Zen hendak membalas perkataan adiknya. Namun sebelum dia melakukannya, seorang pria yang mengundangnya ketempat ini mulai menghampirinya saat ini. Dia tidak sendiri, namun seorang wanita berambut kekuningan ikut bersamanya.

"Bagaimana, apakah kamu ingin memasuki club sepak bola?" tanya Hayato.

"Mungkin aku akan melihat – lihat terlebih dahulu" kata Zen.

"Tetapi club sepak bola kami selalu menjuarai turnamen sekolah loh... Senpai" kata wanita yang bersama Hayato, yang berusaha bersikap imut kepada Zen.

"Aku akan memikirkannya" kata Zen sambil tersenyum.

Mereka mulai mengobrol ringan, sebelum Zen akhirnya memutuskan untuk melihat beberapa club yang berada disekolah ini. Tentu saja dia tidak lupa pamit kepada Hayato dan wanita yang bersamanya itu.

"Ah iya Senpai.. perkenalkan aku Isshiki Iroha, Manager dari club sepak bola"

avataravatar