webnovel

Kualifikasi

"Siapa kamu?" tanya wanita didepan Zen dengan nada dinginnya setelah Zen menyapanya.

"Apakah kau melupakanku Sinon-san?" kata Zen kemudian.

Sinon yang melihat ini hanya menatap pria didepannya yang saat ini menggunakan setelan jas dan memakai sebuah topi dikepalanya.

"Maaf mungkin kamu salah orang" kata Sinon lalu mulai beranjak dari tempat tersebut.

"T-Tunggu Sinon-san" kata Zen sambil berlari mengikuti langkah dari Sinon.

Sinon yang melihat dia diikuti sudah mulai jengkel, karena ada seorang pria yang sok kenal mencoba untuk mengitunya. Melihat ini dia mulai menghentikan langkahnya dan berbalik lalu mulai menatap dingin pria yang mengikutinya.

"Mengapa kamu mengikutiku?" kata Sinon dingin.

"Ah.. aku tidak mempunyai kenalan disini, dan kebetulan aku hanya mengenali Sinon-san disini" kata Zen sambil menunjukan senyumnya.

"Pergilah!, sudah kubilang aku tidak mengenalmu" kata Sinon.

Melihat ini Zen amat bingung, bukankah orang didepannya baru ditemuinya tadi. Apakah dia amat membenci pria sampai – sampai dia tidak ingin mengenal seseorang.

"Ah.." kata Zen lalu melepaskan topinya dan menunjukan rambut panjanganya yang tersembunyi dibalik topinya tersebut.

"Apakah kau sudah mengenalku sekarang Sinon-san?" kata Zen.

"Oh ternyata kamu" kata Sinon yang akhirnya mengenali orang didepannya itu.

"Lalu mengapa kamu mengikutiku?" tanya Sinon.

"Bukankah sudah kubilang sebelumnya, bahwa aku tidak mempunyai kenalan disini" kata Zen sambil kembali memakai topinya dan kembali menyembunyikan rambut panjangnya.

Mendengar ini Sinon hanya berdiam dan mulai melanjutkan perjalanan kesebuah tempat untuk duduk sambil menunggu pertandingan dimulai. Zen sendiri masih mengikuti Sinon dan mulai duduk tepat diseberangnya.

"Kamu masuk diblock mana?" kata Sinon

"Aku berada diblock F Sinon-san" jawab Zen.

"Hmm... sepertinya kita berbeda block, pastikan kamu lolos kebabak utama" kata Sinon.

"Baiklah, Sinon-san" jawab Zen.

Akhirnya mereka berdua mulai mengobrol, walaupaun hanya Zen yang mengajak Sinon berbicara dan dijawabnya dengan singkat, sampai seorang player mendatangi mereka berdua.

Player pria tersebut mulai duduk disebelah Sinon sambil mengobrol ringan dengannya tanpa menyadari bahwa seorang masih berada didepan mereka berdua. Player pria tersebut sengaja menghiraukan Zen yang saat ini didepannya.

Bahkan perlakuan Sinon kepada pria itu sangat berbeda dengan perlakuannya kepada Zen.

Akhirnya waktu untuk memeulai kualifikasipun dimulai, semua player ditempat ini sudah disuruh untuk bersiap memasuki arena yang akan menjadi tempat mereka bertanding, tidak terkecuali Sinon yang saat ini sudah mempersiapkan dirinya karena blocknya akan segera bertanding terlebih dahulu.

"Berhati – hatilah Sinon-san, dan semoga sukses" kata Zen yang melihat Sinon yang akan beranjak dari tempat tersebut.

Sinon sendiri hanya melirik Zen dan mengangguk dan mulai menuju ketengah aula ini dan mulai diteleportkan.

Zen saat ini lalu mulai beranjak dari tempat itu untuk menonton pertandingan Sinon, namun sebuah tangan memegang bahunya seakan menghalangi langkahnya.

"Tolong jauhi Sinon" kata pria tersebut.

Zen mendengar ini hanya meraih tangan pria tersebut dan mulai menepiskan tangan pria tersebut sambil tersenyum dingin. Zen lalu beranjak dari tempat itu dan tidak memperdulikan player tadi.

Namun tidak jauh dari sana seorang yang menggunakan sebuah jubah dan menggunakan topeng tengkorak mengamati dari jauh.

Zen saat ini langsung menonton pertandingan Sinon yang saat ini sedang bertarung disebuah gurun dengan beberapa bangunan hancur dan pertandingan itu bisa dimenangkan dengan mudah oleh Sinon dan langsung menteleportkannya keluar.

"Selamat Sinon-san" kata Zen yang melihat bayangan Sinon muncul kembali kearena ini.

"Terima kasih" kata Sinon dan mulai kembali ketempat duduknya sebelumnya sambil menunggu babak selanjutnya.

Beberapa waktu kemudian, akhirnya pertandingan dari block Zen akan dimulai. Zen lalu menghilang dari tempat itu dan sekarang dia berada disebuah ruangan hampa dan didepannya ada sebuah layar tentang info dari lawannya dan arena yang digunakan.

Zen lalu diteleportkan kesebuah hutan dengan sebuah bangunan runtuh ditengahnya. Setelah hitung waktu habis dan menandakan pertandingan dimulai, Zen mulai bersembunyi dibalik tembok yang runtuh sambil mencari keberadaan musuhnya saat ini.

Zen saat ini menggunakan pistolnya, karena tempat ini sangat tidak cocok untuk menggunakan snipernya. Setelah beberapa lama mengawasi, tiba – tiba sebuah tembakan datang dari seberangnya.

Zen yang melihat ini hanya mulai berbalik kearah sebaliknya dari tembok tempat dia bersembunyi dan mulai memperhatikan dari mana asal tembakan tersebut. Lalu setelah dia memastikan letak keberadaan musuhnya Zen lalu mengeluarkan sebuah smoke grenade dan mulai melemparkannya kedepannya.

Player tadi yang menembak Zen saat ini melihat kumpulan asap hitam mulai terkumpul didepannya dan menghalangi pandangannya. Lalu dia sebisa mungkin beranjak dari tempat tersebut untuk mencari tempat yang lebih baik.

Namun saat sedang merayap untuk menuju tempat yang menurutnya bagus, tiba – tiba sebuah peluru menembus kepalanya yang berasal dari pria dibelakangnya yang saat ini menembak tepat dikepalanya dengan pistol peredamnya.

Lalu karakter didepan Zen mulai menghilang dan muncul sebuah layar menandakan dia memenangkan pertandingan ini.

"Ternyata sangat menyenangkan" kata Zen sambil karakternya menghilang dari tempat tersebut dan kembali ke tempat sebelumnya.

"Apakah kau menontonku Sinon-san?" tanya Zen yang sudah muncul kembali dihadapan Sinon.

"Kerja bagus" kata Sinon yang saat ini masih terkejut dengan kemampuan Zen tersebut.

"Bagaimana dia bisa berada dibelakang player itu dengan cepat dan tidak bisa dideteksi." gumam Sinon didalam hatinya.

Akhirnya pertandingan kualifikasi itu terus berlanjut. Zen berhasil memasuki babak final dengan menjadi juara pada blocknya. Sinon juga menjadi juara pada blocknya dan melanju bersama Zen ke babak final turnamen ini.

"Ternyata kamu sangat hebat Zen-kun" kata Sinon yang melihat Zen didepannya saat ini yang baru keluar saat sudah mengalahkan musuhnya difinal tersebut.

"Terima kasih Sinon-san" kata Zen sambil menunjukan senyumnya.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok" kata Sinon lalu mengeluarkan dirinya dari dalam game tersebut.

"Sampai jumpa" kata Zen dan hendak keluar juga dari tempat tersebut.

.

.

Zen membuka matanya yang saat ini dia berada disebuah ruangan rumah sakit dengan berbagai alat sensor berada ditubuhnya.

"Bagaimana Zen, apakah kau menemukan sesuatu" tanya seorang perawat cantik yang masih setia menjaga Zen.

Zen lalu mulai bangun dan melepaskan peralatan Amuspherenya dan mulai melepaskan semua sensor yang terdapat ditubuhnya yang dibantu oleh perawat tadi.

"Bisa dibilang seperti itu, aku harus menghubungi Seijioru-san selanjutnya" kata Zen.

Next chapter