1 Anko Sawaguchi

Di keheningan malam yang begitu dingin dan butiran salju turun dari langit yang biru itu, dari balik jendela ruangan yang tidak begitu luas ... seseorang sedang menatap layar komputer, jari jemarinya yang indah terus menari di atas keyboard. Terkadang, dia memencet keyboard itu dengan keras apabila dia merasa sudah tidak punya kesempatan dalam hidupnya lagi.

Namun, siapa sangka ....

Dia yang sudah hidup beberapa tahun dengan menatap layar komputer ini, adalah seorang gamer yang profesional.

"Hora, hora, horaaaa!!" serunya dengan penuh semangat. Sebisa mungkin dia mendesain ruangannya sendiri agar kedap suara sehingga teriakannya itu tidak menimbulkan efek bising untuk para tetangganya.

Dia juga jarang keluar dari ruangan itu, baginya bermain game adalah hidupnya ....

Tak peduli walau dia lulusan sarjana, dan umumnya dirinya yang sudah seperempat abad ini dia dianggap pengangguran, hal itu tidak membuatnya berkecil hati.

"Terserah mau dipanggil apa pun," tapi, begitu dia memenangkan pertandingan sehari penuh dan berturut-turut, hanya notifikasi dari ponsel miliknya lah yang membuktikan bahwa dia benar-benar bekerja.

"2 juta Yen telah di transfer ke rekening," dia menggunakan mobile banking, dan selama seminggu sekali saldo banknya itu terisi.

Sungguh menakjubkan!!

"Fuaaah~ owatta~" Dia segera menggeliatkan badannya di kursi gamingnya yang dirasa sudah panas.

Tak terasa bumi berotasi begitu cepat dan sekarang hari mulai pagi.

Dia pun menguap menandakan kalau dirinya belum tidur sama sekali, memang beginilah nasib seorang gamer yang sudah sukses dan harus menjaga rankingnya untuk selalu berada di atas, memenangkan pertandingan di setiap turnamen, banyak lencana penghargaan yang telah di dapatkan.

Pada akhirnya dia yang tertidur meski hanya sebentar itu, masih dihantui dengan pertanyaan yang sama, "Mau sampai kapan kau akan mengurung diri? Dan untuk apa selama ini gelar sarjana mu?"

Dia terbangun, memikirkan hal itu ....

Dia masih melihat buku yang masih terlihat bagus di atas lemarinya, itu adalah tugas akhirnya, karena saking sukanya pada game dia mencoba untuk membuat game di tugas akhirnya waktu itu.

"...." Begitu mengingat hari-harinya di perkuliahan itu, terlihat sangat membosankan. Tentu saja, dunia ini hanya dipenuhi oleh orang yang sering memperolok dan menjatuhkan orang lain.

****

Hari itu, sebelum dia menjadi pro-gamer ....

"Namaku Anko Sawaguchi, mulai sekarang aku akan bekerja di sini." Dia baru bekerja paruh waktu sebagai pelayan di kedai kopi.

Awalnya itu memang tempat yang damai, dia bekerja untuk mendapatkan uang tambahan untuk mengerjakan tugas akhir yang telah dia rancang dalam bentuk proposal itu.

Dosen pun menyetujui idenya bahkan beliau mendukungnya dengan mencarikan referensi dan validator terbaik untuk mengetes hasilnya.

Tapi, suatu kejadian menimpanya di mana pekerjaannya waktu itu melibatkan dirinya untuk lembur.

Aneh! begitu pekerja paruh waktu diminta lembur dengan iming-iming tambahan uang saku. Yang benar saja! Suasana malam hari itu jelas berbeda dari siang hari.

Dia kedatangan seorang pelanggan yang membuat dirinya harus menjual sedikit harga dirinya. Kafe sedang sepi dan dia di sana hanya tinggal berdua bersama salah satu pelayan lagi. Bos pun sedang keluar, Anko merasa pasti ini adalah jebakan untuknya!!

Anko tidak pengalaman soal pria dan dia tidak bisa melayaninya dengan baik.

Suasana di kafe itu sudah berubah layaknya seperti klub malam. Sedikit bagian tubuh Anko terekspos yang membuatnya viral di sosial media.

Sejak saat itu, Anko tak pernah ingin bekerja di luar lagi. Uang hasil kerjanya selama terakhir dia gunakan untuk menyelesaikan tugas akhirnya, tentu saja game yang dia kembangkan tidak sesuai harapan karena kekurangan dana.

Sang dosen yang sudah mendukungnya pun kecewa, dan membuat diri Anko kehilangan harapannya untuk hidup lagi.

Kata-kata terakhir yang seseorang ucapkan padanya hanyalah, "Kau tidak bisa dipercaya,"

"Dasar wibu pengangguran, sampah masyarakat," bahkan adiknya yang waktu itu masih berumur 10 tahun mencacinya.

Anko memilih pergi dari kehidupan memuakkan ini, dia bahkan tidak datang di acara wisuda sekolahnya.

Ibunya merasa bersalah karena telah mengusir anak perempuan satu-satunya di keluarganya itu.

Nah, kan, sekarang menyesal?

****

Anko membuktikan, walaupun dia dianggap wibu meski hanya otaku pecandu game ini dia bisa sukses!!

Suatu hari, dia mencoba menginap ke rumah temannya yang tidak jauh dari pusat kota di Tokyo. Temannya yang se-hobi dengannya itu mengajak Anko untuk mengikuti event terbesar yang disebut komiket.

Anko memang memiliki skill untuk mendesain karakter sejak dia sudah bisa membuat game sendiri walau hasilnya mengecewakan. Tapi, bagi temannya, itu sudah cukup!

Dengan modal pas-pasan itu akhirnya Anko mencobanya.

Karya kolaborasinya sukses besar ....

Anko mencoba hidup mandiri dengan menyewa apartemen kecil yang muat 1 orang saja dari hasil penjualan karya kolaborasinya di event komiket.

Beberapa bulan setelah itu, tidak ada hal lain yang dilakukan Anko selain menganggur di apartemennya. Dia mencoba mencari game terbaru yang rilis pada tahun itu guna mengurangi kebosanannya di dalam apartemen. Dia berjalan-jalan di kota di sebuah pusat perbelanjaan terpampang sebuah iklan game yang berhadiah sebesar 1 bitcoin.

"Hah? Apa benar?" celetuk Anko begitu terkejut melihatnya. Lantas di mana aku bisa mendapatkan game ini? Pikirnya.

Dia segera mampir ke kafe internet dekat sana, mencari alamat yang tertera pada brosur iklan game tersebut.

'Tidak ditemukan,' Ah~ benar juga mana mungkin ada game yang berhadiah se-fantastis itu?

Sungguh sangat tidak nyata ....

Namun, Anko tidak putus asa, dia mencoba melatih skill-nya pada pertandingan game-game yang pernah dia coba.

Bagi dirinya, bermain game itu adalah jati dirinya.

Lalu, di sebuah server game online, Anko mendapatkan pesan untuk bergabung ke sebuah party yang diadakan oleh game berbasis RPG yang baru saja dirils.

Jika party yang dia ikuti menang, maka dia akan mendapatkan 1 Juta Yen.

"Oi, oi, bener gak nih?"

Seseorang yang mengundangnya itu mencoba menjelaskannya dengan baik kalau ini bukan sebuah penipuan. Ini adalah tawaran yang menarik!!

Berkat dirinya yang berani mencoba itu, dia sekarang menjadi pemain game yang sudah profesional yang sudah menghasilkan banyak uang.

Itulah jalan suksesnya tapi, dia tidak melupakan meluangkan waktunya sebagai doujinshi yang setiap 6 bulan sekali, di musim panas dan musim dingin dia mengikuti event komiket bersama teman yang telah menolongnya waktu itu.

Bulan Desember tahun ini ....

Tinggal menghitung hari untuk segera memamerkan karya barunya di event tersebut.

"Bagaimana Anko, kau sudah siap?" tanya seorang temannya dari pesan masuk di Smartphone-nya itu.

"Tinggal sedikit lagi ...." Sebentar lagi gambar itu akan sempurna dengan garis yang merupakan sentuhan akhir tangan Anko.

Tentu saja menggambar itu tidak mudah, apalagi saat menatap layar komputer membuat mata pegal.

"Ah~ akhirnya selesai juga~"

On the weekend nanti, Anko bisa prepare lebih awal.

Tentu saja setelah menyelesaikan proyeknya itu, dia kembali menghabiskan waktunya dengan bermain game seperti biasa ditemani dengan konpeito dan beberapa keripik untuk camilan saat memainkan game-nya.

"Eh!?" celetuknya heran melihat bungkus keripik yang ada di pinggir keyboard-nya itu sudah kosong padahal itu adalah camilan favoritnya, dan tanpa memakan itu mood-nya menjadi berantakan.

"Maaf semuanya, aku akan offline dulu." Anko berpamitan dengan beberapa temannya di dalam game tersebut.

"Loh kok, tumben off dulu?" tanya salah satu temannya pada Anko.

"Hehehe, iya."

[Milkyway Offline] itulah nama akun game-nya, dan sering disangka dia adalah seorang laki-laki dengan avatarnya yang gagah.

Tapi, Anko memang sengaja mendesain karakter dalam game tersebut seorang laki-laki.

Dia tadinya berpesan kepada teman-temannya untuk menjaga avatarnya ketika dia offline di tempat terbuka karena, takutnya ada musuh yang akan menyerang secara tiba-tiba.

Anko tidak akan log out hanya karena dia mencari keripik di minimarket saja.

Untungnya Anko memiliki teman-teman yang baik di dalam game tersebut yang mau menjaga avatarnya.

Anko bergegas mencari mantel tebalnya dan segera menggunakannya. Tidak lupa saat keluar dia mengunci apartemennya rapat-rapat.

Begitu keluar, dia melihat banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya. Dia pikir, sampai kapan dia akan terus-menerus mengurung dirinya di ruangan kecil dengan bermain game seperti itu?

________

Ya, seperti itulah sosok Anko Sawaguchi.

avataravatar
Next chapter