1 1. That Life

Entah bagaimana aku mulai, Namun semua sudah terlanjur. Sekujur tubuhku ini sudah biasa merasakan dinginnya malam yang menyiksa. Merasakan hampa nya ruangan ini. Hari demi hari telah aku lewati hanya untuk tetap terlihat tegar walau hati ini sedang tidak baik-baik saja. Detik demi detik telah berjalan bagaikan pergantian siang dan malam yang begitu cepat.

Aku adalah seorang gadis kecil yang belum tahu kerasnya dunia. Namun diri ini dipaksakan dewasa oleh keadaan. Kita tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa dan dalam keluarga sedemikian rupa, oleh karena itu aku berasal dari keluarga yang sederhana. Hidup dalam rumah yang cukup nyaman, lingkungan yang cukup bersih, serta masyarakat yang sangat damai. Namaku Talitha. Di tahun ini usiaku hampir mencapai 14 tahun. Aku masih duduk di bangku SMP yang berada 2 km dari tempat tinggal ku. Aku memiliki orang tua membantu menjaga toko kue ini.

Memang mulai kecil aku sudah terbiasa melakukan hubungan jual beli dan sudah terbiasa melayani pelanggan dengan segala sifatnya. Aku tidak pernah malu untuk melakukannya karena menurutku membantu orang tua adalah hal yang sangat menyenangkan terlebih aku juga memiliki dua orang adik yang masih membutuhkan perhatian lebih dari seorang ibu sehingga, ibuku harus bekerja berkali-kali lipat hanya untuk mencukupi kami. Sedangkan ayahku adalah pria Sunda yang merintis karirnya di bidang jasa laundry. Meski seorang laki-laki ayahku tak pernah malu untuk melakukan pekerjaan ini mulai mencuci pakaian sampai menyetrikanya. Ayahku terkenal dengan sifat sabarnya. Namun, ayah didepan mataku adalah sosok pria yang keras dan galak. Aku tahu itu semua karena ayah sayang pada keluarganya. Namun seringkali aku tak tahan dengan suara kerasnya ketika marah.

Ayah melakukan semua karena kami tiga bersaudara wanita semua sehingga ayah selalu ingin melindungi kami semua. Setiap hari ayahku juga selalu mengantar dan menjemput kami bertiga ke sekolah. Sering kali memang orang tuaku ini bertengkar masalah ekonomi, ya begitu lah semua orang ketika berada di keluarga yang kurang mampu. Dengan terdengarnya pertengkaran itu setiap hari membuat aku menjadi sosok anak yang cuek dengan ayahku karena aku merasa ayah sangat keras kepada ibuku seta anak-anaknya. Namun, hubungan kami di depan orang lain bahkan saudara-saudara terlihat baik-baik saja bagaikan keluarga harmonis tanpa perdebatan. Bila kembali ke dalam rumah tetap saja hubunganku dengan ayahku sedang tidak baik-baik saja. Dengan perdebatan itu setiap hari aku tumbuh dengan mental yang sedikit berbeda.

Aku mulai memiliki rasa kesal yang berlebihan kepada ayahku. Tetapi, tidak bisa kita elak karena beliau adalah sosok ayah kandungku yang membesarkan aku dengan segala jerih payahnya. Saudaraku bilang mental ku adalah mental baja. Semua ini karena ketika melihat diriku menghadapi ayahku dengan sabar. Didalam keluarga ibu aku terkenal dengan sifat malas belajarku. Entah mengapa aku berbeda dengan saudara-saudaraku yang sangat ambisius dalam hal pendidikan. Aku merasa umurku masuk taman kanak-kanak dahulu masih terlalu kecil sehingga, aku sedikit lambat dalam berpikir dan menangkap ilmu. Namun, aku selalu berusaha untuk tetap mengikuti setiap pembelajaran dengan baik.

Hingga saat ini di bangku SMP ini aku tumbuh menjadi gadis remaja yang bisa dibilang eksis didalam kelas. Dengan suara khas ku yang begitu keras dan tidak enak didengar aku selalu menceritakan kisah - kisah ku kepada teman-teman di dalam kelas. Di bangku kelas dua ini aku baru saja merasakan rasanya putus dalam hubungan. Ya bagaimana lagi memang generasi Z ini sikapnya sangat dewasa pada saat belum waktunya. Aku menjalin hubungan spesial di kelas satu kemarin dengan sosok pria yang aku kenal sangat baik. Kisah itu berawal dari hari dimana aku sedang sakit demam selama tiga hari sehingga tidak dapat pergi bersekolah. Setelah demamku turun aku memutuskan untuk kembali pergi bersekolah.

Seperti biasa aku di antar ayah sampai depan gerbang. Ketika hendak masuk kelas tak ku sangka bahwa ada seorang teman baikku bernama Hana yang menyambut ku didepan kelas serta menanyakan kabarku. Tak biasa ia begini namun, jujur aku sangat senang ketika aku memiliki teman yang perhatian terhadap aku. Dan mulai aku ceritakan alasanku mengapa tiga hari ini tidak bersekolah. Pada pukul sembilan bel istirahat di sekolah berbunyi. Aku yang hendak pergi ke kantin dengan teman-temanku di hadang oleh Hana. Dan Hana memberikan sepucuk surat tanpa amplop. "Jangan membuka di tempat ramai ya karena ini rahasia!" ucap Hana. kemudian ia meninggalkanku.

Dan saat itu aku tidak berpikir bahwa surat itu adalah surat cinta. Aku kira itu hanya sebuah catatan mata pelajaran yang Hana rangkum selama tiga hari ketidakhadiran ku ini. Setelah aku dan teman-temanku beristirahat di kantin kami memutuskan untuk kembali kedalam kelas. Namun aku baru saja teringat bahwa aku sama sekali belum membaca surat itu. Dan saat itu aku tidak tertarik untuk membacanya sehingga, aku tetap menyimpannya. Saat kembali ke dalam ada yang aneh dengan satu teman laki-laki ku yang begitu memiliki perhatian lebih terhadap aku. Mulai dari menanyakan kabar, menanyakan hari ulang tahun, menanyakan keluargaku serta segala kesukaanku.

Namun, aku hanya berpikir bahwa wajar saja seorang teman memiliki perhatian lebih. Terlebih lagi aku sangat bahagia ketika aku memiliki teman yang perhatian karena selama ini aku tidak pernah memiliki teman. Aku selalu hidup dalam kehampaan. Mungkin karena memang aku tidak pandai dalam hal bergaul. Ini semua sebabnya adalah good looking selalu nomor satu dalam hal berteman serta yang terpenting adalah harta yang bisa dibagikan kepada teman-teman.

Namun karena kondisi ekonomi keluargaku yang terbatas sehingga aku tidak memiliki semua kriteria tersebut dan aku selalu ditinggalkan serta di jauhi. Hanya saja ketika masuk bangku SMP ini aku sedikit mengubah penampilanku sehingga aku masih bisa diterima dan memiliki teman disini. Saat hendak pulang sekolah aku terpikir untuk membuka isi sepucuk surat dari Hana tersebut. Dan saat itu keadaan sekolah sudah lumayan sepi sehingga aku memutuskan untuk membacanya saat itu juga. Saat aku buka surat tersebut di tulis menggunakan pena berwarna merah dengan tulisannya yang tidak rapi aku berusaha membaca dan memahaminya. Didalam surat tersebut berisi ungkapan rasa sayang sosok pria yang selama ini telah aku kenal lama. Namun aku sangat bingung mengapa ia menyatakannya kepadaku.

Padahal aku merasa tidak pantas dengan keimanannya. Ia adalah sosok badan dakwah Islam di sekolah sedangkan aku gadis biasa yang tidak tahu terlalu dalam tentang agama terlebih lagi aku tidak berhijab. Namun aku tidak berpikir untuk merespon Surat ini terlalu dalam sehingga aku menyimpannya lagi dan langsung pulang kerumah. Sesampainya di rumah aku mulai berpikir tentang surat itu lagi. aku berkata kepada Hana "Hana kamu dapat dari siapa surat ini?". "Aku mendapatkannya dari Ridwan langsung kemarin siang" ucap Hana kepadaku. Sungguh surat ini membuat aku sedikit gila kebingungan. Saat itu aku mencoba menanyakannya kepada temanku Hana melewati chat dalam ponsel. Saat aku bertanya mengapa sosok pria ini mengungkapkan rasa sayangnya kepadaku Hana menjawab bahwa, ternyata sosok pria ini sudah lama ingin mendekati aku.

Namun karena aku sangat cuek terhadap laki-laki sehingga aku tidak tahu dan pria ini pun canggung untuk mendekatiku dan memilik untuk menuliskan sebuah surat yang ia titipkan kepada Hana. Setelah itu aku pun mulai terpikirkan untuk membalas surat tersebut karena merasa tidak enak jika aku tidak segera meresponnya. Karena sosok pria ini aku kenal baik sehingga aku berusaha mencoba untuk mengenalnya lebih jauh. Aku berusaha mengirim pesan lewat ponselku. "Ridwan apa benar surat ini milikmu?" tanya aku kepada Ridwan. "Benar Talitha aku sudah menyimpan rasa ini sejak lama" ucap Ridwan. Tak di sangka ia meresponnya dengan cepat dan ini membuat jantungku berdebar sangat kencang. Dari situlah kamu berdua mulai dekat dan mengenal lebih jauh satu sama lain. Hingga pada akhirnya kami menjalin hubungan spesial dalam pertemanan ini. Sosok pria itu bernama Ridwan.

Kami menjalin hubungan baik selama empat bulan. Namun, lama-lama mulai muncul sifat asli Ridwan kepadaku. "Talitha apakah kamu bisa menyelesaikan tugasku, aku minta tolong!" perintah Ridwan. karena aku ketakutan maka aku selalu patuh kepadanya. "Iya bisa sini biar aku yang menyelesaikan" jawabku kepada Ridwan. Ternyata selama ini ia hanya memanfaatkan aku untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Aku sangat kecewa dengan ini semua sehingga pada hari itu juga aku memilih untuk memutuskan hubunganku dengannya. Semua aku lakukan di kantin sepulang sekolah dengan cara mengembalikan kalung hadiah ulang tahun yang diberikan olehnya. Aku tidak menyesal ingin berpisah dengannya namun aku menyesal mengapa aku pernah terpikat oleh tipu dayanya.

Setelah tidak ada hubungan ini aku merasa kesepian lagi dan aku merasa canggung ketika bertemu Ridwan di dalam kelas. "pagi Ridwan" sapaku kepada Ridwan. "pagi, minggir sana" jawab Ridwan. Namun aku berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja. Ridwan sendiri sepertinya masih menyesali sikapnya. Ia terus-terusan mengajakku untuk memulai kisah ini dari awal. Namun aku menolaknya karena menurutku hubungan ini masih terlalu rumit untuk gadis seusiaku dan bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya. Teman-teman juga sangat mengkhawatirkan keadaanku jika aku terus-terusan memikirkannya. "Talitha jangan sedih lagi kamu berhak bahagia saat ini" ucap Hana kepadaku. Sehingga aku bersih keras untuk melupakannya serta tidak ingin mengulanginya. Pengalaman dikelas satu ini cukup membuatku terkejut. Ternyata kisah cinta itu rumit dan tidak ada habisnya.

Memang anak gadis seusiaku tau apa tentang cinta aku mengira bahwa cinta itu indah seperti sinetron di televisi namun kenyataannya ini sangat menyakitkan. Terlebih saat aku menjalin hubungan ini aku tidak pernah bercerita kepada orang tuaku sehingga aku merasa salah telah membohongi orang tuaku. Bersyukurnya aku telah mengakhiri kisah pedih ini dan memilih untuk menjadi diriku yang di awal yang memiliki semangat untuk melewati hari-hari ini meski sulit. Setiap hari aku disibukkan dengan kegiatan OSIS sekolahku. Tapi dengan mengikuti organisasi ini aku bisa perlahan melupakan segala sesuatu yang membuatku merasa terganggu. Dan sejak saat itu aku lebih fokus pada pendidikan ku serta aku merasa nyaman dengan kesendirian ini.

Memang tidak ada yang menyangka bagaimana kehidupan kita selanjutnya semua itu tergantung bagaimana kita menghadapi cobaan itu. Pilihannya hanya berusaha atau menyerah. Bila dilihat sangat mudah namun bila dilakukan tidak semudah yang kita bayangkan. Yang dapat aku lakukan saat ini adalah bersabar dan tetap bersemangat dalam menjalani hari-hariku ini.

avataravatar
Next chapter