1 LORINA WANG

Hari sudah semakin gelap, tanda sore sebentar lagi akan berganti menjadi malam. Rumah mewah namun tak begitu besar yang berada di dalam kompleks salah satu kawasan 'orang kaya' Beijing tampak begitu hening, bahkan belum juga menyalakan lampu teras rumahnya untuk menyambut malam gelap. Orang-orang yang melewati rumah itu mungkin akan berpikiran bahwa rumah itu tak berpenghuni saking suramnya.

Seseorang baru saja terbangun dari tidur panjangnya di dalam rumah itu. Ia bangkit dari tempat tidurnya lalu memperbaiki ikatan piyamanya, memakai sandal rumah, lalu berjalan keluar kamar dengan nyawa yang masih terkumpul setengah. Ia tak menggubris handphonenya yang sejak tadi bergetar di atas nakas samping tempat tidurnya. Entah sudah berapa banyak panggilan tak terjawab yang muncul di layar handphonenya.

Sesampainya di ruang tamu, ia menghempaskan badannya begitu saja ke atas sofa empuk, mengambil bantal sofa lalu memeluknya bagaikan guling. Ia kembali ingin terlelap dengan kenyamanan yang diperoleh dari sofa dan bantal itu.

"Ah, aku masih mengantuk," gumam wanita itu. Tanpa melihat keberadaan waktu, ia melanjutkan tidurnya di atas sofa itu. Sungguh putri tidur.

Belum lama ia memejamkan mata, bel rumahnya dibunyikan oleh seseorang.

Ding dong. Ding dong. Tidak ada pergerakan oleh sang tuan rumah. Ia terlalu asik menjelajahi alam tidurnya. Suara bel tidak lagi mempan menembus gendang telinganya.

Tidak mendapatkan balasan atas bel rumah yang ia bunyikan hampir sepuluh kali, tamu tersebut akhirnya memilih mengeluarkan kunci cadangan dari dalam tasnya, lalu meberobos masuk ke dalam rumah mewah itu.

"Astaga Lorina! Kau masih tidur? Kau tidak sadar hari sudah hampir malam?!" seru tamu itu dengan mengambil sebuah bantal sofa lainnya dan melemparkannya ke arah tuan rumah.

Lorina Wang. Tuan rumah mewah yang kerjaannya belakangan ini hanya tidur dan tidur. Lorina selalu mengatakan bahwa usianya tidak lagi terbilang muda, dan menjadikan itu alasan mengapa ia menjadi lebih mudah lelah. Namun siapa yang percaya? Usia dua puluh sembilan tahun, tentu saja masih dianggap muda. Lorina Wang adalah wanita yang sangat cantik, dan juga kaya raya, ia sudah menekuni karirnya sebagai artis selama sepuluh tahun lamanya. Ia memilih tidak melanjutkan kuliah, dan menekuni dunia entertainment yang merupakan hobinya. Hanya saja, pekerjaannya tampak tak berjalan dengan baik belakangan ini, buktinya ia bisa begitu santai dengan tidur seharian di dalam rumahnya tanpa menemui dunia luar.

Lorina yang baru saja terlelap di sofa mengerjapkan matanya berulang kali, saat sang tamu baru saja menyalakan seluruh lampu mahal di seisi rumahnya. Ia lalu bangkit duduk dan menatap tamunya dengan wajah tak senang.

"Xiaoya! Apa bisa kau tidak mengganggu jam tidurku satu hari saja? Wah, aku harus mengajarmu untuk menjadi asisten yang tidak terlalu ikut campur sepertinya. Menyebalkan," tutur Lorina dengan memberikan tatapan kesalnya pada tamu yang baru saja ia panggil Xiaoya.

Xiaoya sendiri adalah asisten Lorina, sekaligus temannya sejak di bangku sekolah menengah atas. Xiaoya memilih untuk melanjutkan kuliah. Semenjak lulus dari jurusan ilmu komunikasi universitas khusus wanita, Xiaoya tidak mendapatkan pekerjaan dua tahun lamanya. Lorina akhirnya memutuskan untuk menjadikannya asisten pribadi semenjak enam tahun yang lalu. Xiaoya meskipun terlihat tomboi, ia sangat percaya diri, aktif dan juga bertanggung jawab, tentu sangat cocok untuk menjadi asisten Lorina yang masih sering hidup dengan acak-acakan.

"Lorina kau mau sampai kapan bersikap seperti ini? Pekerjaan tidak akan datang padamu kalau kau hanya berdiam diri di dalam rumah! Lihat, aku bahkan tahu berat badanmu sudah kembali naik sejak kau mengurung diri dari minggu lalu," tutur Xiaoya. Ia lalu merapikan bungkusan-bungkusan makanan ringan yang berada di atas meja ruang tamu.

"Lalu aku harus apa? Agensi saja tidak memperdulikanku lagi, mereka sama sekali tidak memberiku job selama satu tahun ini!" seru Lorina kesal sembari mengacak rambut coklat panjangnya.

"Apa saja yang penting bukan hanya makan dan tidur," ucap Xiaoya.

"Biar saja. Aku tidak akan miskin karena tidak bekerja setahun dua tahun," ungkap Lorina. Padahal dalam hatinya, Lorina juga mulai gelisah akan karirnya. Ia tentu tidak mau karirnya tamat begitu saja.

"Aku tahu kau kaya raya, orang tuamu sebagai pemilik Wang Group juga tidak akan membiarkan anaknya jatuh miskin. Tapi, kau tetap harus bekerja," ungkap Xiaoya dengan begitu tegasnya.

"Ya! Jangan sembarangan, begini begini aku sudah tidak pernah memakai uang orang tuaku," protes Lorina dengan wajah kesalnya.

"Aku tahu, dan kuharap kau bisa mempertahankan itu," balas Xiaoya.

"Aku juga tahu! Aku sendiri heran, kenapa tidak ada satupun proyek drama yang ditawarkan padaku? Kenapa agensi belakangan ini sama sekali tidak mengurusku?" tanya Lorina dengan kesedihan yang tiba-tiba nampak pada wajahnya.

"Yang kutahu, dunia drama belakangan ini dipenuhi dengan pendatang baru, bahkan semua kisahnya bercerita tentang anak muda. Hmm, bukannya menyinggungmu, tapi sepertinya mereka merasa image dan usiamu sudah tidak cocok dengan apa yang mereka inginkan," jawab Xiaoya sejujur mungkin.

"Berarti memang sudah tidak ada harapan. Sudahlah, aku ingin kembali tidur saja. Jangan lupa matikan seluruh lampunya jika kau mau pulang," tukas Lorina sembari merebahkan kembali badannya di atas sofa. Xiaoya mendengus kesal melihat tingkah sahabatnya itu. Ingin rasanya ia menyiram Lorina dengan seember penuh air dingin.

"Agensi tidak benar-benar mencampakkanmu, ini, kau diundang ke acara kerja sama mereka minggu depan," tutur Lorina sembari mengeluarkan sebuah undangan dari dalam tasnya dan menaruhnya dengan kasar ke atas meja agar terdengar oleh Lorina.

Lorina yang mendengarnya diam-diam membuka mata lalu mengintip undangan yang berada di atas meja itu, dengan bermalas-malasan, ia kembali bangun dan mengambilnya. Lorina membaca undangan itu dengan begitu teliti.

"Glam Entertainment bekerja sama dengan penerbit Top Media? Apa ini?" tanya Lorina yang sama sekali tak memiliki ide akan undangan yang ia tatap sejak tadi. Glam Entertainment sendiri merupakan nama agensi tempat Lorina Wang bernaung.

"Kau tidak tahu Top Media? Penerbit asal Jepang, mereka sudah banyak mengeluarkan novel-novel terlaris yang begitu digandrungi oleh pembaca-pembaca dari berbagai negara. Ah! Lebih kerennya lagi, novel mereka sudah sering diadaptasi menjadi drama bahkan film layar lebar," tutur Xiaoya dengan terlihat begitu antusias.

"Lalu apa hubungannya dengan Glam?" tanya Lorina lagi. Efek baru bangun membuat dirinya kesulitan untuk berpikir.

"Glam bekerja sama dengan Top Media, untuk mengadaptasi salah satu novel hits mereka sebagai drama China. Aku juga awalnya tidak menyangka, Glam kepikiran untuk melakukan hal-hal seperti ini," jawab Xiaoya.

"Huh, melihat karakter CEO-mu itu, apa yang tidak mungkin dilakukannya demi mendapat keuntungan?" sindir Lorina dengan menggelengkan kepalanya. Ia menaruh kembali undangan acara peresmian kontrak kerja sama itu ke atas meja, ia tampak tidak tertarik sama sekali.

"Hahaha kau benar. Jangan lupa siapkan dirimu secantik mungkin untuk menghadiri acara itu, okay?" ujar Xiaoya.

"Tidak, aku tidak pergi," balas Lorina.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter