17 Perjanjian

Hari ini adalah hari kelulusan Binar, dia mendapatkan nilai paling tinggi diantara teman-temannya. Setelah kelulusan ini Binar sudah harus menyiapkan acara pernikahannya bersama dengan Adnan.

"Sayang, Adnan menunggumu. Dia ingin mengajakmu ke suatu tempat," Bunda berkata pada Binar yang sedang duduk di atas sofa dalam kamar.

"Bun—aku tidak ingin pergi!" jawab Binar dengan lesu.

Bunda tersenyum lalu mengatakan jika Binar harus mulai terbiasa dengan Adnan. Karena sebentar lagi Adnan akan menjadi suaminya. Binar tahu semua itu tetapi dia masih belum bisa menerima semua itu.

Mungkin dia memerlukan waktu untuk bisa menerima semua ini. Setelah semuanya selesai, Adnan meminta binar untuk ikut dengannya dan meminta izin pada bunda untuk mengajak Binar pergi.

Bunda dengan senyum lembutnya mengizinkan Adnan membawa Binar pergi. Binar pun pergi bersama Adnan, meski terlihat jelas raut wajahnya yang tidak suka akan hal itu.

Adnan membukakan pintu mobil, untuk saat ini dia tidak menggunakan sopir. Karena dia ingin berdua dengan Binar sembari membicarakan hal-hal yang penting baginya.

"Apa yang ingin kau bicarakan?!" Binar bertanya pada Adnan yang sedang fokus menyetir.

Adnan melirik Binar sekilas, dia melihat wanita yang sudah membuatnya tertarik dan tidak akan melepaskannya begitu saja. Dia pun mengatakan pada Binar akan membicarakan semuanya setelah tiba di tempat tujuan.

Tibalah mereka di tempat tujuan, rupanya yang di tuju adalah rumah Adnan. Binar tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Adnan. Dia hanya akan melihat dan memastikan semuanya saja.

"Ayo kita masuk!" perintah Adnan Binar.

Binar pun mengikuti Adnan dari belakang, dia tidak tahu apakah dia akan sanggup jika tinggal bersama dengannya. Masih ada yang ingin dia wujudkan, apakah dengan menikah dengan pria ini akan menghentikan keinginannya.

'Tidak—aku tidak ingin semua cita-citaku hilang begitu saja!' batinnya.

Adnan membawa Binar ke ruang kerjanya, dia duduk di kursi yang biasa di gunakan olehnya untuk bekerja. Dia menyuruh Binar untuk duduk.

"Mengapa kau terus memaksakan kehendak untuk menikah denganku?!" Binar bertanya dengan nada dingin.

"Karena kau sudah menjadi milikku, maka selamanya akan menjadi milikku!" jawab Adnan dengan penuh keyakinan.

Binar mengatakan jika dia tidak ingin menikah dengannya karena masih ada yang ingin dia capai terlebih dahulu. Jika dia menikah ada rasa takut jika dirinya akan terikat sehingga cita-citanya tidak akan terwujud.

"Baiklah—bagaimana jika kita buat surat perjanjian! Sehingga tidak ada yang dirugikan!" ucap Adnan.

Dia pun menyuruh Candra untuk mencatat beberapa poin perjanjian dan itu harus mencakup semua keinginan Binar dan dirinya. Candra pun mulai mencatat poin-poin dari surat perjanjian.

Setelah selesai menulis apa yang diinginkan oleh Binar, Candra pun pamit undur diri untuk menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk di tandatangani.

"Apa kau akan penuhi janjimu sesuai dengan poin-poin yang sudah kita sepakati!" Binar bertanya pada Adnan.

Adnan tersenyum lalu dia mengatakan akan menjalankan semua perjanjian yang sudah di sepakati. Namun, setelah semua janjinya terpenuhi, maka Binar pun harus memenuhi kewajibannya sebagai istri dari Adnan Raymond.

Binar pun mengangguk, jika semua cita-cita yang dia inginkan tercapai maka dia akan menjalankan tugasnya sebagai istri dari Adnan Raymond.

Mendengar ucapan Binar, Adnan tersenyum dia akan memastikan bahwa wanita yang ada di hadapannya itu akan jatuh cinta padanya. Dan dia tidak akan melepaskan wanita yang sudah membuat hatinya bergetar.

Candra masuk ke dalam ruang baca Adnan, dia membawa dokumen perjanjian yang harus mereka tandatangani. Mereka pun menandatangani dokumen tersebut, setelah itu Binar meminta Adnan untuk mengantarnya pulang.

Sebelum itu Adnan meminta binar untuk makan malam terlebih dahulu di rumahnya. Karena sebentar lagi sudah waktunya makan malam. Binar pun menyetujuinya, Adnan menyuruh seorang pelayan untuk menemaninya berkeliling rumah.

Di saat binar berkeliling, Adnan memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan. Candra mengatakan jika perusahaan yang berada di Jepang dalam masalah. Dan itu harus segera diselesaikan.

Adnan membaca laporan dari perusahaan cabang di Jepang, terlihat jelas ada rasa kesal dari wajahnya. Dia mengatakan pada Candra apakah ini semua ulah orang itu yang selama ini menginginkan kehancuran dirinya.

"Benar Tuan, ini adalah ulahnya dan Tuan harus segera ke Jepang untuk menyelesaikan semua masalah ini. Jika tidak akan berdampak buruk bagi semua cabang perusahaan." Candra menjawab.

"Baiklah—kita pergi setelah acara pernikahanku!" Adnan berkata pada Candra.

Candra bertanya apakah akan mengajak Binar untuk ikut ke Jepang setelah pernikahan. Adnan belum bisa memutuskan itu karena Binar sudah memiliki rencana lain. Mungkin dia akan membiarkan Binar melakukan apa yang diinginkannya.

Namun, dia akan menyuruh Candra untuk menyiapkan beberapa pengawal untuk melindungi Binar. Karena dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Binar. Mungkin saja musuh bisnisnya akan melakukan hal-hal yang bisa melukai Binar.

Disisi lain Binar yang sedang berjalan-jalan di sebuah taman belakang rumah. Merasa sangat tenang karena apa yang diinginkannya akan terpenuhi.

Dia tidak menyangka jika Adnan akan menyetujui apa yang diinginkannya. "Aku pikir dia akan bertindak arogan dan tidak akan menerima keinginanku," gumamnya.

Binar duduk di sebuah gazebo, dia menikmati pemandangan senja di taman yang sangat indah ini. Dia pun tidak menyangka orang seperti Adnan bisa menyuruh para pelayannya untuk membuat taman seindah ini.

Jika melihat taman ini, dia kembali teringat akan seseorang yang masih mengisi ruang di hatinya. Namun, dia menghempaskan semuanya. Karena semua itu adalah masa lalu yang harus dilupakan.

Sekarang saatnya dia menyongsong masa depan dan tidak tahu apakah masa depan itu akan membuatnya bahagia atau menderita. Namun, yang pasti dia akan selalu menjalani hidupnya dengan senyum dan kekuatannya.

Adnan yang melihat Binar duduk termenung di dalam gazebo mendekatinya. Dia menyuruh pelayan yang selalu ada di sisi Binar untuk pergi. Matanya menatap Binar dengan lekat, dia ingin tahu apa yang ada di dalam pikirannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Adnan bertanya.

Binar terkejut karena wajah Adnan tepat berada di hadapannya. Secara refleks dia menjauhkan wajahnya sehingga tidak terlalu dekat dengan wajah Adnan.

"Tidak ada!" jawabnya singkat.

Adnan tersenyum lalu dia mengulurkan tangannya seraya menyuruh Binar untuk menerima uluran tangannya. Binar pun menerima uluran tangannya dan Adnan pun mengajak Binar untuk makan malam.

Setelah makan malam selesai, Adnan menyuruh sopir untuk mengantarkan Binar. Dia tidak bisa mengantarnya karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Sebelum pergi Binar berkata, "Kau harus memenuhi perjanjian yang sudah kita sepakati! Dan aku tidak mau kau melanggarnya!"

Adnan tersenyum kembali lalu dia mengatakan agar tidak perlu khawatir. Karena dia bukanlah tipe pria yang melanggar janji pada calon istrinya.

avataravatar
Next chapter