19 Korea

"Nona Binar, semua pesanan Anda sudah tiba." Ucap seorang wanita muda yang berdiri di depannya.

Wajah Binar terlihat senang mendengar apa yang dikatakan oleh Ga Eun. Dia adalah karyawan sekaligus asistennya di cafe ini. Ya. Binar mendirikan sebuah cafe di Korea. Sudah dua bulan lebih dia menjalankan bisnisnya ini.

Binar pun beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju barang-barang yang dipesannya. Itu semua adalah bahan-bahan dan perlengkapan untuk keperluan cafe-nya.

Semua barang-barang sudah ditempatkan di gudang dan sebagian ada yang langsung di simpan di tempat yang sudah tersedia. Sebentar lagi cafe akan di buka, semua karyawan sudah mulai membersihkan cafe agar terlihat bersih.

Dia berjalan menuju pintu kaca yang begitu besar, tangannya memegang sebuah benda di mana tertulis open. Inilah yang dia inginkan membuka cafe dengan tangannya sendiri.

Setelah itu dia kembali ke mejanya yang berada di sebuah ruangan. Ruangannya yang disekat oleh kaca yang anti tembus pandang. Namun, dia bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di luar ruangannya melalui kaca itu.

Satu per satu pengunjung mulai berdatangan, dia hanya mengawasi dari dalam ruangan sembari memeriksa beberapa dokumen keuangan. Dia sudah berjuang sangat keras untuk mendirikan cafe ini.

Binar kembali teringat saat masih di Indonesia, dia mengatakan keinginannya pada kedua orangtuanya. Tentang rencananya itu. Mereka sempat melarangnya untuk pergi ke Korea. Segala cara sudah dilakukan termasuk menghubungi Adnan yang berada di Jepang.

Namun, Adnan memberikan kebebasan pada Binar sebab dia sudah berjanji tidak akan mengekangnya. Kedua orangtuanya pun mengizinkannya untuk pergi ke Korea demi memenuhi keinginannya.

Binar belum menyadari jika selama ini Adnan selalu melindunginya. Dia mengirimkan beberapa pengawal untuk selalu menjaga keselamatannya. Mereka ditugaskan untuk selalu mengikuti ke mana pun Binar pergi tanpa sepengetahuannya.

Semua berjalan seperti biasa, tidak ada sesuatu kejadian yang membuat Binar dalam bahaya. Saat ini dia begitu menikmati kesendiriannya. Namun, terkadang dia merasa kesepian karena dia hanya seorang diri di Korea.

Tidak terasa hari sudah malam dan waktunya untuk menutup cafe-nya. Dia berterima kasih pada semua karyawan yang sudah bekerja keras hari ini. Semua karyawan sangat menyayangi dan menghormati Binar.

Karena dia adalah pemilik cafe yang sangat memedulikan setiap karyawannya. Tidak pernah dia membentak atau marah-marah tanpa alasan pada karyawannya. Dia juga selalu menolong dengan ikhlas jika ada salah satu dari karyawannya membutuhkan pertolongan.

Malam ini seperti biasanya setelah dari cafe dia langsung menuju apartemennya. Dia sama sekali jarang pergi ke tempat lain sebab itu adalah janjinya pada sang bunda. Sebelum Nathan kembali bersama dengannya.

Terkadang dia merasa aneh yang menjadi suaminya saja tidak seposesif itu. Sedangkan sang bunda yang terlihat posesif padanya. Apalagi Arganta, jika sudah menghubunginya maka dia akan bertanya tanpa titik atau koma.

Sehingga membuat Binar merasa lelah menghadapi setiap pertanyaan yang dilayangkan oleh Arganta. Namun, dia merasa senang dengan semua ini. Itu menandakan jika keluarganya begitu menyayanginya.

"Akhirnya tiba di apartemen," gumam Binar sembari melemparkan tas yang dibawanya ke atas sofa.

Dia menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, hari ini terasa lelah baginya. Karena semua pekerjaan kali ini sangat banyak karena semua pesanan yang di pesannya tiba.

Ponselnya berdering, dia bangun dari posisi tidurnya lalu berjalan menuju sofa. Dia mengambil tas lalu membukanya, ponsel masih berdering. Dilihatnya layar ponsel, tertera nama Andan. Dia langsung mengangkatnya.

"Hallo," ucapnya.

"Bagaimana harimu?" tanya Adnan dari seberang telepon.

Binar mengatakan jika hatinya masih seperti biasa, tidak ada yang aneh. Mereka pun berbicara tentang kegiatan hari ini, Binar pun menjadi terbiasa atas perhatian Adnan.

Tidak terasa mereka sudah satu jam berbicara, Adnan menutup sambungan teleponnya sebab ada pekerjaan yang belum diselesaikan olehnya. Setelah menutup teleponnya, Binar pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya lalu beristirahat.

Binar selesai dengan rutinitas membersihkan diri, dia berjalan menuju tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya dia tas tempat tidur. Dia terpikir tentang Adnan, semenjak pernikahannya dia sama sekali belum bertemu dengannya.

Jika dihitung mungkin sudah enam bulan berlalu mereka tidak bertemu. Sebenarnya Binar ingin menemui Adnan di Jepang karena dia merasa sedikit bersalah. Rada bersalah itu muncul setiap bunda mengatakan tugas dan tanggung jawab seorang istri seperti apa.

Akan tetapi Adnan tidak mengizinkan Binar untuk menemuinya. Sebab dia ingin melihat sejauh mana istrinya itu akan merindukannya. Namun, dia merasa kesal saat ini karena Binar terlalu fokus pada pekerjaannya.

Dan Adnan pun belum siap membawa Binar ke Jepang, dengan alasan jika keselamatan nyawanya. Saat ini banyak musuh menyerangnya dari segala arah. Itu sebabnya tidak ada yang mengetahui mengenai keberadaan Binar.

Ponsel Binar kembali berdering, dia mengira jika itu adalah Adnan. Akan tetapi dia salah sebab yang menghubunginya kali ini adalah Arganta. Dia pun mengangkatnya lalu berbincang-bincang dengan adiknya itu.

Arganta mengatakan jika dirinya akan ke Korea, mungkin akan tinggal beberapa hari. Dia menginginkan agar dirinya di jemput di bandara. Binar pun menyetujuinya karena dia sangat menantikan akan kedatangan sang adik.

Dia sangat merindukan celoteh sang adik saat menggodanya hingga membuatnya kesal. Setiap dia mengingat Arganta, Binar selalu teringat akan Bianca. Padahal ini sudah lama sekali tetapi dia masih belum melupakan sahabatnya itu.

Arganta pun bertanya apakah Adnan sudah menemuinya di Korea. Binar menjawab jika Adnan belum ke Korea sebab pekerjaannya masih banyak. Dia pun tidak masalah dengan semua itu, malahan dia merasa tenang dengan hidupnya saat ini.

Binar juga akan bersiap jika suatu hari nanti jika Adnan menemuinya di Korea. Itu tandanya dia harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Dan dia tidak bisa mengubah semua itu. Perjanjian diantara mereka akan berakhir sampai Adnan kembali ke sisinya.

Selesai mereka berbicara, dia kembali termenung lalu mengingat semua kenangan bersama kedua sahabatnya itu. Dia masih tidak menyangka jika semua itu terjadi, padahal selama mereka bersama tidak terbersit sedikit pun untuk menyakiti perasaan sahabatnya.

Binar hanya mengetahui kabar Belva, dia saat ini bekerja di perusahaan dengan ibunya. Sedangkan Bianca, dia tidak mendengar sedikit pun informasi tentangnya.

Bianca seperti menutup semua tentang keberadaannya dari Binar, entah mengapa dia melakukan semua itu. Namun, yang pasti Bianca dalam keadaan baik-baik saja.

Rasa kantuk mulai menerpanya, dia pun memejamkan kedua matanya. Sekarang yang akan dilakukan olehnya hanya bekerja dan menunggu kedatangan Adnan. Meski saat ini dia belum sepenuhnya mencintainya.

Baginya cinta dalam hatinya masih ada untuk orang itu. Orang yang pertama mengisi hatinya tetapi dia tidak tahu keberadaan orang itu saat ini.

avataravatar
Next chapter