26 26

" masih pagi Mi, sudah melamun saja lo " tegur Dina sambil menyimpan tas di kursinya " ada masalah " tanya Dina, dia menarik kursinya dan duduk di samping Ami.

" ngak ada " jawab Ami tak lama ia menghela nafas panjang.

" Mi.. "

" hn? "

" gue bingung " Kata Dina membuat Ami melihatnya " gue ngak tau mau bilang ke Aa apa tidak gue ngak mau nambahin beban pikirannya. Tapi kalau gue ngak bilang gue ngak mau dia tambah khawatir, gue harus gimana Mi... "

" menurutku... Kalau itu masalah besar akan lebih baik kamu bicarakan dengannya. "

" kalau gue ngak bisa dapatin dia, maka tidak satupun yang bisa " gumam Dina " Kinan ngomong itu ke Gue Mi... Gue takut "

" kamu sudah memberitau Arsyad? " tanya Ami, Dina menggeleng " lebih baik kamu kasih tau Din. " saran Ami

" tapi dia punya banyak beban pikiran " jawab Dina.

" dia akan terus mengkhawatirkan kamu "

" gue tau " Ami menepuk punggung Dina.

" bel sudah bunyi, kembali ke bangkumu " suruh Ami, mau tidak mau Dina beranjak dan menarik kembali kursinya.

Setelah beberapa jam berada di kelas bel istirahat sudah bunyi dengan semangat empat lima Dina langsung beranjak dari kursinya dia sudah kelaparan. Dengan buru buru ia menarik Ami keluar kelas.

" sabar Di " ucap Ami yang jalan sedikit terseok.

" sorry " Dina melambatkan langkahnya. Tak lama mereka sampai di kantin diapun dengan cepat mendekati ibu kantin memesan makanan. Di belakang, Ami hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Setelah memesan makanan mereka memilih duduk di pojok. Dina sibuk memakan makanannya sedangkan Ami hanya memilih mengaduk aduk makanannya.

" lo ngak makan? " tanya Dina, Ami mendongak.

" kamu bilang sesuatu? " Dina menghela nafas.

" lo melamun ya? Kenapa ada masalah? " tanya Dina, Ami menggeleng. " ya sudah. Lo ngak mau makan? " Dina menunjuk makanan Ami.

" tentu saja makan " jawab Ami yang langsung memasukkan makanan kedalam mulutnya membuat Dina mencebik.

" ekhem " Dina dan Ami mendongak bersamaan, beberapa orang gadis tengah berdiri di samping mereka, tak lama mengelilingi mereka. Dina melirik Ami, gadis itu hanya mengedikkan bahunya tidak tau.

" kita kesini mau ngingetin lo berdua, ngak usah sok kecentilan deh deketin Arsyad "

" Hah? " Dina tanpa sadar menganga tidak percaya, sepertinya gadis gadis di hadapannya penggemar Arsyad.

" sekali lagi gue liat lo berdua terutama lo " gadis itu menunjuk Dina " kita kita ngak bakal tinggal diam

" apa ini? " Arsyad berjalan mendekati mereka, dia melihat Dina.

" bukan apa apa kok kak " jawab salah satu dari mereka.

Adik kelas ya, Dina bergumam dalam hati.

Arsyad menatap Dina bertanya, Dina hanya mengedikkan bahunya. Dia pun langsung duduk di samping Dina. Dina melirik para gadis itu tersenyum menyeringai.

" mereka kenapa? " tanya Arsyad saat para gadis itu bubar.

" penggemar Aa' kayaknya " jawab Dina " hm.. Tumben sendiri, Ibra dan Lintang? "

" Lintang tidak masuk, Ibra sudah gila sejak tadi pagi, tersenyum tidak jelas. " jawab Arsyad, giliran dia yang menarik makanan di depan Dina.

Dina menopang dagunya sambil menatap Arsyad seksama, bukan karena ia terpesona tapi ia heran.

" Aa' itu punyaku " Dina menunjuk makanannya yang masih di lahap Arsyad. Bukannya mengembalikan makanan Dina, Arsyad memilih mengeluarkan dompetnya dan memberinya ke Dina.

" Aa' pesan sendiri dong " gerutu Dina, tapi tak ayal tangannya meraih dompet Arsyad.

Arsyad menoleh saat Dina tak juga selesai dengan dompetnya.

" ada apa? " Dina tidak menjawab, Dia memilih mengembalikan dompet Arsyad.

" aku sudah tidak lapar " Arsyad maupun Ami mengkerutkan keningnya saat melihat Dina beranjak. Dengan cepat Ami menyelesaikan makannya dan menyusul Dina.

Arsyad meraih dompetnya yang diletakkan Dina begitu saja di atas meja, dengan penasaran ia membuka dompetnya. Arsyad berdecak kesal, bagaimana dia lupa mengeluarkannya.

***

Bel pulang berbunyi dengan cepat Arsyad meraih tasnya, tidak biasanya dia tergesa begitu.

" dimana Madina? " tanya Arsyad yang sudah berada di depan Ami membuat gadis itu sedikit terkejut.

" dia ke kamar mandi, tapi ini sudah cukup lama." beritau Ami. " apa dia sakit perut? " Ami bergumam.

" apa dia salah makan? " tanya Arsyad, Ami berfikir.

" terakhir makanan yang masuk di perutnya hanya saat di kantin ta- " Ami belum menyelesaikan kalimatnya, Arsyad sudah lebih dulu beranjak, dengan sedikit menggerutu Ami mengikutinya.

" Di, kamu di dalam? " tanya Ami mengetuk pintu.

" Mi... Tolongin gue. " suara Dina terdengar memelas.

" kamu kenapa? " tanya Ami saat Dina mengeluarkan kepalanya. Tapi ia langsung membuang muka saat melihat Arsyad. " Di? "

Dina memberi isyarat agar Ami mendekatkan telinganya, spontan Ami mendekat.

" bantuin gue please " mohon Dina saat setelah membisikkan permasalahannya.

" ya sudah tunggu di sini, aku beliin " Dina mengangguk.

Saat Ami pergi, Dina kembali menutup pintu tanpa memperdulikan Arsyad. Arsyad menghela nafas kemudian mengetuk pintu kamar mandi.

" dek? " Dina tidak menjawab.

Lama mereka terdiam, Ami baru datang.

" Di, ini pesanan kamu " Dina membuka sedikit pintu dan mengulurkan tangannya Ami langsung memberi kantong plastik yang berisi pembalut.

Setelah selesai Dina langsung keluar dia tampak risih dengan penampilannya. Ia menarik narik belakang bajunya yang sengaja ia keluarkan dari dalam rok.

" kenapa lagi? " tanya Ami, Dina melirik belakangnya.

Sret

Dina menatap Arsyad yang tiba tiba melingkarkan jaketnya di pinggang Dina. Arsyad juga memandang Dina namun dengan cepat membuang wajah ke samping dengan wajah tidak bersahabat.

Arsyad melirik Dina yang masih saja diam membuatnya menghela nafas, begitu sampai di apartemen gadis itu keluar begitu saja meninggalkan Arsyad

Arsyad melihat punggung Dina yang menjauh sebelum menghela nafas kembali, sudahlah nanti gadis itu membaik juga dengan sendirinya. Dia juga tidak tau bagaimana mau menjelaskannya terlebih gadis itu mendapat tamu bulanannya, dan dari yang ia dengar dari orang orang, gadis atau perempuan akan tambah sangar kalau sudah jatuh tempo bulanan dan dia hanya ingin cari aman saja dulu.

Arsyad mengambil ponsel di sakunya begitu ada pesan masuk.

" rapat? bukannya nanti besok? " tanya Arsyad " di percepat? ya sudah kamu siapkan saya akan segera kesana "

Dina melirik Arsyad yang masuk kamar, pemuda itu langsung masuk kamar mandi dan keluar dengan pakaian rapi, mata Dina menyendu...

apa Arsyad tidak mau menjelaskan padanya?

Dina langsung memalingkan wajahnya begitu tatapan mereka bertemu, Arsyad mendekat mencium keningnya kemudian berlalu.

" Keterlaluan " gumamnya

Dina masuk ke dapur dan mengambil ice cream, makan es lebih enak dari pada memikirkan manusia es itu.

" cih, Olaf saja yang jelas jelas orangan Es tidak sedingin itu, lah dia? dasar " Gerutu Dina " akh tau ah... " Dina melempar remote di sofa, datang bulan benar benar menyebalkan untuknya karena emosi yang tidak stabil.

*****

tobecontinued

avataravatar
Next chapter