43 Pärtnər

Pagi hari, Hari ke ...

Hari telah berlalu beberapa hari Aros masih terkapar pingsan akibat tendangan Viani.

Srek!

Viani memasuki Tenda Aros.

Nampaknya Viani masih tinggal bersama Aros semenjak ia menendang Aros hingga Pingsan.

"drududu..... lalala... Goki ana Ra te Mo...,"

nyanyian Viani. Viani terlihat basah kuyup sepertinya ia telah mandi di sungai belakang Tenda.

Sret!

Viani melepaskan Kain yang menutupi badannya hingga kemudian ia mulai memakai Bra nya.

Set!

Kemudian ia mengambil Baju nya saat ia hendak mulai mengancing bajunya.

Mata Aros mulai terbuka sedikit demi sedikit.

Deg!

Aros terkejut jika ia melihat Viani di depannya.

"ee?Mati suri nih miaw hehehe,"

ejek Viani.

"atatata.....,"

saat Aros hendak bangun entah kenapa Kepalanya tiba tiba pusing.

Tanpa berpikir panjang Viani segera mendekap Aros hingga kemudian memegang kepalanya.

"Ano... Maaf...,"

desis Aros.

"Argh... tatatata.."

karena rasa sakit kepalanya yang masih berdenging ia masi belum bisa membiasakan rasa sakit kepalanya.

"Fufufu... lama banget y Miaw pingsannya hampir aja mau ku tinggal klo kamu terus terusan pingsan... dasar merepotkan Miaw!,"

pekik Viani.

"hemmm... APA?? lama matalo baru saja semalam,"

balas Aros.

" tapi iya juga entah kenapa aku lemas seperti belum makan beberapa Hari,"

batin Aros

"Dasar merepotkan Miaw.... ah sudahlah sebentar ya..,"

Kemudian Viani pergi keluar tenda dalam kondisi masih mengenakan pakaian dalam dan Baju yang masih belum terkancing.

Dap! Dap!

"emmm Yosh Miaw sudah matang kyaaa... eh emmmm ko aku berasa jadi .... ah nggak nggak Miaw aku harus menolong orang seperti dia yang menolongku tanpa alasan...,"

ucap Vaini yang kini sedang menyiapkan makanan yang memang beberapa hari sebelumnya Dia harus mencari makanan lagi.

"Dudududu lalalala Miaw yeah...,"

ucap Viani dengan Gaya ala Idol Khas Anime Jepang seolah olah ia sedang berada di atas panggung padahal ia sedang memegang sendok sembari menyiapkan makanan.

Srek!

"Huft ... akhirnya bisa duduk juga ....huft...,"

desis Aros.

"Miaw! Makanannya siap yeah miaw...,"

ucap Viani

Kemudian Viani memasuki tenda. Aros yang melihati Viani dengan ekspresi yang datar ekspresi yang seharusnya tidak normal jika melihat seorang gadis yang hanya mengenakan pakaian Dalam.

"yare yare paling gak pakai dulu napa pakaiannya,"

batin Aros dengan ekspresi membosankannya.

"apa kamu lihat lihat miaw.... sudah ni makan dasar miaw!,"

kemudian Viani menyerahkan sepiring Makanan hidangan yang tadi di siapkan untuk Aros.

Aros mengambil segelas air terlebih dahulu kemudian ia meminumnya.

Glek! Glek!

Tak!

Aros meraih sendok lalu mulai menyendok makanannya dan hap sendok pertama yang masuk ke dalam mulut Aros nampaknya rasanya tak begitu mengagetkan Aros.

"Nee... Kamu bukan Demi Rogha kan?,"

tanya Viani.

Deg!

Begitu Aros mendengar pertanyaan Viani tiba tiba Aros tatapannya menjadi kosong dan ia terpaku hanya menatap ke piringnya.

"HAH!? ngomong apa kamu?,"

tanya Aros.

"idih miaw make nanya lagi kurang jelas apa? Kamu bukan Demi rogha?kok bisa ada di sini,"

jelas dan tanya Viani.

"Miaw... ano... aku tak merasakan Mana yang mengalir di tubuhmu...,"

lanjut Viani.

Nampak sesaat suasana menjadi hening.

"eh... begitu ya...,"

batin Aros dengan ekspresi putus asa.

"Ngomong ngomong tentang Demi Rogha kamu salah satu di antara mereka?,"

tanya Aros.

Seketika Viani terdiam.

"fufufu Jelas dong Miaw,"

jawab Viani.

Kemudian Aros mengambil kalung dari dalam saku bajunya.

srek!

Kling!

Begitu Aros menunjukkan Liontin di depan Viani.

Viani terkejut dan ia baru tersadar akan sesuatu jika Liontin miliknya ia berikan pada Barley sebagai bentuk terimakasih karena sudah menolong nyawanya.

"Coba tunjukkan Liontinmu,"

tantang Aros.

"Aa... anu... aa aku tida ada ....Miaw....,"

ucap Viani dengan terbata bata merasa ragu jika Aros akan mempercayainya.

"...,"

Aros hanya terdiam sepertinya ia mengetahui sesuatu meskipun dirinya belum tahu.

Aros hanya terdiam begitupun dengan Viani. Suasana tampak tegang Viani kini masih berdiri di depan Aros.

Srek!

Merasa suasana menjadi canggung Viani segera melanjutkan mengenakan pakaiannya. Hingga kemudian Viani selesai mengenakan pakaiannya.

"Nee... Miaw... apakah kau tahu cara lolos dari ujian selain mendapatkan 3 liontin berbeda ,"

tanya Viani.

Bruk!

Srek!

Aros tiba tiba berdiri lalu meremas Daun pisang yang di gunakan untuk tempat makanan dengan tangan kirinya.

"Pergi ke puncak Olimpus,"

ketus Aros tanpa memberikan Ekspresi.

Glek! Glek!

Aros kembali minum air terakhirnya untuk menyelesaikan makanannya.

Dap! Dap!

Langkah kaki Aros kini berjalan mendekati Viani.

"Mana tanganmu,"

ujar Aros.

"e... miaw! apa maksud...mu...a mi aw,"

jawab Viani dengan bingung merasa terancam tangan nya.

Begitu mendengar perkataan Viani yang tak maksud dengan tujuannya Aros hanya menatap Viani dengan tajam. Dan Viani langsung memberikan tangannya dengan kondisi telapak terbuka.

Kling!

Greb!

"ambil ini...,"

ucap Aros.

"Sebagai tanda terimakasih sudah menolongku dan seharusnya kamu sejak awal pasti tahu jika aku Demi Rogha kan, namun kamu sengaja menanyakan kembali hanya untuk memberi tahuku jika aku tidak memiliki Aliran Mana pada tubuhku hahaha yah pada intinya..,"

jelas Aros panjang lebar.

Dap! Dap!

"Ambil Liontin itu oke... lupakan tentangku aku tidak akan mengikutimu , oh ya Semoga lolos dari Ujian...,"

ucap Aros sambil berjalan kemudian di akhir kata menaikkan tangan kanannya lalu mengatakan.

"Good Bye and Good Luck,"

Deg! Deg!

Viani hanya terdiam terpaku tangannya gemetar seolah olah ia telah melakukan kata kata yang salah.

"nee aku ti..tidak bermaksud menghinamu... hanya saja... AKU KIRA KAMU ORANG YANG KUAT ...tapi.... kenapa kamu memberikan Liontinmu padaku secara cuma cuma,"

tanya Viani yang kini berjalan mengejar Aros.

"hemm sudah kubilang kan lupakan tentang ku Yeah... lagipula aku sejak awal tidak berniat untuk lolos dari ujian ini,"

ujar Aros yang berhenti sesaat ketika mendengar perkataan Viani.

Kemudian Aros kini berjalan meninggalkan Viani.

"Hee miaw..ti...tidak mungkin... meskipun aku mendapatkan Liontin tapi aku merasa.. TIDAK TIDAK argh... sial Perasaan apa ini,"

tanya Viani pada dirinya sendiri.

Nampak Viani terlihat ekspresi yang tak dapat di tebak. tiba tiba Viani menarik napas panjang panjang kemudian ia hembuskan.

"Huft!,"

Kling!

Viani memandang Liontinnya di bawah terik matahari hingga membuat cahaya itu mengenai Liontin Afrodit seketika muncul pantulan cahaya.

Viani masih memandang Liontin Afrodit dengan Logo Love warna Pink berlian Hitam di tengahnya.

"Benar juga... ITU DIA,"

batin Viani.

"Fufufu Miaw... oke cih Pria yang sudah mempermainkan perasaanku akan ku habisi kau MIAW!,"

tiba tiba mood Viani menjadi berubah seketika semangatnya berapi api.

Kemudian Viani berlari ke arah dimana Aros pergi.

Dap! Dap!

Hingga Sore hari dimana matahari hendak terbenam beberapa Menit lagi.

"Hosh! Hosh! Miaw aaa... sial dimana dia,"

keluh kesah Viani sambil membungkukkan badannya merasa lelah terus berlari mencari Aros.

Kemudian Viani melirik ke arah tebing batu di dekat Danau.

Dap! Dap!

Viani kini mencoba manaiki tebing batu tersebut . Hap.. Hingga akhirnya ia berhasil di puncak.

"oke mana mana mana dia.. mana e miaw... please please mana...,"

"MIAW! itu dia fu fu fu,"

"HEY! SIAPA NAMAMU?,"

sapa Viani kini melambaikan tangannya kepada Pria di depan sana.

Memang sejak awal mereka tidak pernah mengenalkan bahkan tidak saling memberi tahu namanya masing masing. Dan kini Viani tiba tiba menanyakan namanya.

Aros yang sedang memancing di Danau yang Kail nya tak kunjung dapat mendapatkan ikan ia kemudian menengok ke atas mencari asal suara tersebut.

Hingga kemudian Aros melihat Seorang wanita dia adalah Wanita tadi yang telah ia berikan Liontin miliknya.

"Heh apa maksudnya dengan semua ini,"

"APA?AKU TAK MENDENGARMU!,"

"SANA PERGI SEBELUM ADA ROGHA LAIN YANG MEREBUT LIONTINMU!,"

teriak Aros kepada Viani.

"Cih dasar merepotkan,"

batin Aros yang kini masih menatap Viani yang sedang berdiri di atas tebing.

"SIAPA NAMAMU MIAW!,"

teriak Viani.

"eh.. jauh jauh mencariku hanya menanyakan nama hemmm ,"

batin Aros.

"AROS!,"

teriak Aros kepada Viani.

"NAMAKU AROS DE ZIDO,"

lanjut Aros.

seketika tak terdengar balasan kembali dari Viani.

Matahari kini benar benar hendak tenggelam hingga sunset terlihat di pertengahan antara Sore dan Malam.

Set!

Wush!

tiba tiba Viani melompat dari tebing yang tinggi.

"Woy!,"

respek Aros.

Viani tersenyum.

"Aros ya...,"

"Red Eye Gods,"

rapal Viani.

"Mix Blue Eye Gods,"

rapal lanjutnya.

Tubuh Viani yang sedang terjatuh tiba tiba begerak dengan cepat kemudian tiba tiba berdiri di depan Aros dengan mata warna Biru sebelah kanan dan Merah sebelah kirinya yang masih aktiv.

"Aros... aku menyukaimu,"

desis Viani di dekat danau dengan jarak 3 meter dengan Aros.

Deg!

Mata Aros terkejut pupilnya membesar.

"Aros... mari kita lolos bersama sama...,"

ucap Viani menyatakan perasaannya pada Aros.

Aros hanya terdiam mata pupilnya yang besar memerhatikan Viani dengan rinci. Kemudian Pupil matanya kembali mengecil seolah olah mengetahui sesuatu.

Ekspresi Aros tak berubah sedikitpun ketika Viani mengungkapkan rasa suka padanya.

Kemudian Aros membalikkan badannya.

"pergi sana! tak usah pedulikan dirimu dengan menipu dirimu menyukaiku,"

ketus Aros.

Deg!

Mata Viani berkaca kaca. seolah olah hendak mengeluarkan air mata.

"Lagipula jikapun aku jadi Rogha mustahil tanpa kekuatan,"

ujar Aros kemudian mengambil pancingannya kembali lalu ia melemparkan kembali dengan umpan yang baru.

"Benar juga... dirimu tak berguna,"

"Red Eye,"

rapal Viani.

Zring!

kini mata Viani menjadi penuh warna merah yang tajam.

Sres! Sring!

tiba tiba keluar katananya dari balik Telapak tangannya.

Zring!

tatapan mata Viani dengan tajam mengarah pada Aros.

"Baru kali ini ada Pria yang menolakku dan lagi kata katamu itu sangat tidak layak menjadi seorang Pria!,"

Set!

dalam sekejap Viani berada di belakang Aros.

"Mati kau,"

pekik Viani.

Sret!

Saat Katananya hendak mengenai Aros dengan Reflek Aros menghindar.

Gubrak!

Aros terjatuh karena keseimbangannya tidak stabil.

"apa apaan kau ini dasar bermuka Dua,"

pekik Aros.

"Woy woy woy.... jangan... bunuh aku juga njir aku juga pengin hidup balik ke dunia... matane,"

Aros mencoba kembali berdiri lalu mencoba lari dari jangakauan Viani.

"Hyaaaa,"

Viani kembali mencoba menyerang Aros.

Sret!

Set! Katana Viani benar benar mengarah pada lehernya Set! Namun nampaknya gerakan abnormal Aros tiba tiba membuat dirinya dengan cepat lari dengan jauh dari Viani.

Wuzzzzz!

hampir saja katananya mengenai Aros.

Wuzzzzz!

Gubrak!

hingga akhirnya Aros menabrak Bebatuan karena kekuatannya yang tak terkendali.

"Tatatatata sakit woy... apa apaan pedangmu bisa menghempaskan aku sejauh ini,"

nampaknya Aros tak menyadari jika kekuatannya kini sudah bangkit.

Mata Viani terkejut ketika melihat Aros lari dengan Super Flash hingga akhirnya menabrak batu meskipun Aros mengira itu akibat kekuatan pedangnya.

"FuFuFu Miaw akhirnya berhasil yeay.,"

teriak Viani dengan girang.

"Woy aku masih hidup berhasil apanya hohoho kau g bisa semudah itu membunuhku hehehe,"

ucap Aros.

Kemudian Viani berlari ke arah Aros.

"Hosh hosh...., sudah ko dramanya hehehe Miaw!,"

jelas Viani jika semua barusan itu hanyalah drama.

"Apa maksudmu kau menjadi tak jelas aku jadi tak tahu dengan sifatmu dasar Berkuma Dua,"

jelas Aros.

"Berkuma? muka kali HAHAHAHAHA miaw miaw.... apasih galucu hahaha miaw,"

Viani tertawa.

Kemudian Aros berdiri merasa ada yang mengganjal dengan kakinya. Kemudian Aros memerhatikan kakinya bahkan ia memukul kakinya dengan tangannya sendiri.

"entah kenapa kakiku berasa ringan...,"

desis Aros.

Viani yang memerhatikan Aros sejak tadi seolah olah ia sedang memikirkan sesuatu.

"Kick Flash, eh Flash Run.... eh Miaw jelek aa miaw kau beri nama sendiri,"

ucap Viani tiba tiba memberikan nama yang aneh pada Aros.

Aros hanya melirik pada Viani kemudian ia tidak memedulikannya. sepertinya Aros mulai merasakan sesuatu pada kakinya.

"wow wow... Mananya... mengalir di seluruh Kaki ku,"

ujar Aros dengan ekspresi bahagianya.

Deg!

Viani yang melihat Aros bahagaia sepertinya ini adalah pertama kalinya baginya.

"begitu ya dia sangat sengsara tanpa kekuatannya... iya juga siapapun akan minder jika tidak memiliki kekuatan seperti para Rogha,"

"Yap benar... kayanya itu Sihirmu berfokus pada kaki deh miaw,"

jelas Viani.

"Akhirnya kekuatanmu bangkit hehehe miaw,"

lanjut Viani.

"Tapi... sepertinya perasaan tadi hasrat membunuh hampir saja aku tidak bisa mengontrolnya,"

batin Viani.

"Jadi bagaimana kalau kamu coba kembali gunakan Sihir di kakimu .,"

Dilihat dari ekspresi Viani nampaknya Viani menyembunyikan niat jahat yang tidak ia terkendali saat dimana ia hendak membunuhnya namun entah alasan apa Viani kembali mengingat tujuan utamanya.

Tanpa berpikir panjang Aros mencoba mengendalikan sihir di kakinya.

Wuzzzzz!

Aros berlari dengan cepat super Flash.

"Woaaahhh uhuy!!!!!,"

Aros berteriak kegiarangan jika kekuatan telah bangkit hingga kemudian ia berhenti di depan Viani.

Ckit!

"Siapa namamu...,"

tanya Aros pada Viani.

Deg!

Pupil mata Viani membesar dan sontak denga reflek ia langsung menyebut namanya.

"Viani... miaw... fufufu,"

Tiba tiba ekspresi Aros menjadi datar

"Miaw? fufufufu apasih itu g paham,"

tanya Aros.

"apasih woy gua tendang lagi nih tyt*d mu,"

ancam Viani.

"Hahaha ampun ampun... ngomong² tentang tadi aku minta maaf sudah..."

belum selesai Aros mengatakannya tiba tiba Viani menyelanya.

"Fufufu Miaw.... Drama tadi bukan apa apa hehehe memang tujuanku membangkitkan kekuatanmu biasanya kalau di super hero film film HollyWood orang yang terancam nyawa nya akan ba....,"

Belum selesai Viani menjelasknannya Aros membalas menyela kata kata Viani.

"Yayayayayayaya... jadi kembalikan Liontinku aku mau mencabut niatku sebelumnya,"

pinta Aros , meminta kembali liontin yang sudah ia berikan.

"Eits miaw... enak saja fufufu aku juga cuma punya 1 ko hehehe,"

namun Viani menolaknya.

"Kyaa... aku adalah Demi Rogha Afrodit heheheh Demi Rogha Elite,"

ejek Viani pada Aros sambil memegang Liontin Afrodit dengan bangga.

"-_- sial... nyesel aku kasi liontin sama elu,"

nampak ekspresi kesal pada Aros.

"nah Aros aku ada ide miaw... sini jongkok...miaw,"

perintah Viani pada Aros untuk segera jongkok di depannya.

Aros menurutinya begitu saja.

"terus?,"

Bruk!

"yeah ahahaha miaw... Menuju ke Puncak Olimpus Ikuzo!,"

Viani tiba tiba memeluk dari belakang lalu kakinya ia gepit di tubuh Aros bagian belakang seolah olah Viani meminta gendong pada Aros.

"-_ dih dih... emangnya aku kendaraan, turun woy ,"

tolak Aros menyuruh Viani untuk turun.

Sring!

Tiba tiba keluar Katana dari balik telapak tangan Viani.

"Miaw?,"

ucap Viani sambil mengarahkan Katananya di leher Aros.

Sontak Aros menjadi takut.

"Kau lari pakai sihir di kakimu biar aku cari rute teraman supaya bisa menghindari Rogha dengan mata Biruku yang bisa melihat dengan jarak 5KM,"

jelas Viani.

Viani yang tiba tiba naik di punggung Aros kini memerintahkan Aros untuk lari dengan sihir di kakinya dan Viani memberikan Rute dengan pandangan Mata jangkauan jauh 5KM sihir "Blue Eye godsnya,".

" Blue Eye Gods,"

rapal Viani.

Zrom!

Sraat!

Mata Viani menembus jauh pandangannya 1KM 2KM 3KM

" yosh ada Rogha disana brati Kesana,"

4KM 5KM

"oke aman hingga disana kita bisa beristirahat,"

jelas Viani memberikan Rute puncak pada Aros.

"Super Flash Go,"

rapal Aros.

Wuzzzzz!

Kini mereka pergi dengan kekuatannya yang saling membantu satu sama lain tujuan mereka adalah menghindari pertarungan hingga menuju puncak secepatnya sebelum hari ke 12.

menuju puncak.

avataravatar
Next chapter