5 Tak Semestinya

Kiana mengembuskan napas panjang seraya berjalan menaiki anak tangga dengan perlahan. Tak menyangka sama sekali kalau Andre malah datang kembali ke rumahnya. Setelah sekian lama sang mantan tak berkunjung dan malah menghilang begitu saja dari sisinya. Namun, sekarang Andre malah kembali lagi, di saat Kiana sudah mantap menutup hati.

"Setelah dia dulu ninggalin aku demi Sukma, sekarang malah minta balikan. Dasar laki-laki gak tahu malu!" gerutu Kiana sendiri.

Saat ini, gadis berwajah cantik dengan sorot mata tajam itu telah sampai di dalam kamar. Ia langsung duduk di tepi ranjang. Sembari menatap lagi bingkai foto yang menampilkan wajah-wajah terlihat gembira. Ia kembali meraba foto tersebut.

"Secepat ini kita berpisah, Bu, Yah. Aku bahkan gak sanggup kehilangan kalian kayak gini," lirih Kiana sambil menatap lurus ke hadapan bingkai foto keluarganya.

Kiana tak mungkin secepat ini bisa melupakan kesedihannya sendiri. Terlebih lagi ketika ditinggal oleh orang tuanya yang sangat ia sayangi. Rumah sebesar ini pun jadi sepi tanpa kehadiran mereka. Namun, Kiana masih merasa beruntung karena masih ada yang menyayanginya dengan tulus, yaitu Ali dan istrinya.

***

Ali memeluk tubuh Kiana dengan erat, menandakan ia menyayangi sang keponakan dengan tulus. Ia baru saja pulang dari kantor dan langsung mampir ke rumah Kiana. Ia melihat dengan jelas raut wajah gadis itu.

"Mau gak jalan-jalan sama Om ke luar?" tanya Ali yang ingin menghibur perasaan Kiana.

"Mau pergi ke mana, Om?"

"Ada deh. Ya udah, mending kamu siap-siap dulu. Biar Om nunggu di sini, ya."

Akhirnya, Kiana setuju untuk jalan-jalan ke luar bersama dengan omnya. Entah ke mana Ali akan membawanya pergi. Namun, ia tak ingin membuat pria dewasa itu bersedih lantaran keinginannya ditolak.

"Ya udah kalau gitu. Aku mau siap-siap dulu." Kiana bangkit dari duduk dan langsung berjalan menyisir anak tangga.

Sementara itu, Ali menunggu Kiana yang sedang bersiap-siap sambil memainkan ponsel. Ia menggeser-geser layar ponselnya sendiri dan tersenyum kecil.

***

"Kita nunggu kedatangan siapa sih, Om?" tanya Kiana yang sedari tadi terus mengeluh. "Kok aku gak tahu sama sekali ya?"

"Hmm, kamu sabar aja. Bentar lagi orangnya datang kok," balas Ali sambil tersenyum lebar.

Seketika itu, arah pandang Kiana menuju ke arah pintu masuk. Ia begitu mengenali sosok tersebut. Bahkan kedua matanya pun tak berkedip sama sekali dibuatnya. Ia menunjuk-nunjuk orang itu.

"D–dia ...?"

Ali langsung berteriak dan melambaikan tangannya pada Andre, sang mantan kekasih dari Kiana. "Ndre, sini!"

Mulut Kiana terbuka lebar saat mengetahui kalau Andre yang sedari tadi mereka tunggu. Kenapa bisa omnya malah mengajak pria itu ke sini. Ia sama sekali tidak menyukai kedatangan Andre.

"Kok kamu bisa ada di sini sih?!" Kiana menatap Andre dengan tatapan tidak suka.

"Om yang ngajakin dia datang ke sini sama kita."

"Hah ...?"

Gadis dengan rambut panjang itu tak menyangka sama sekali. Ia tak habis pikir dengan semua ini.

"Gimana bisa Om yang ngajakin dia datang ke sini? Aku gak mau ah! Suruh aja dia pulang!"

"Jangan kayak gitu sama dia, Na. Dia udah datang ke sini ngeluangin waktunya loh."

Namun, Kiana tetap tak ingin melihat wajah Andre di sini. Sementara itu, sang mantan hanya tersenyum-senyum sendiri, karena merasa telah dibela oleh Ali, omnya sendiri. Ia bahkan tidak tahu sama sekali tentang rencana ini.

"Maafin aku, Na, kalau kedatanganku ke sini cuma bikin kamu ngerasa gak nyaman. Ya udah mending aku pulang aja," ucap Andre.

"Jangan pulang, Ndre. Tetap di sini aja sama Om dan Kiana."

"Tapi, Om ...." Kiana hendak membantah ucapan Ali, tapi tak bisa.

Ali tetap menyuruh Andre untuk tetap berada di restoran ini, sembari memesan makanan. Mereka akan makan bersama. Dalam hati Kiana, ia sungguh merasa tidak nyaman dalam situasi seperti ini. Bagaimana bisa ia makan bersama dengan pria yang sudah membuatnya patah hati itu?

Beberapa pelayan membawa baki menuju ke meja Kiana sambil menyerahkan berbagai macam masakan. Setelah makanan sudah tertata dengan rapi, sang Om mempersilakan Andre untuk bersantap. Kiana hanya bisa mendengkus.

"Nah, ayo kita makan," ujar Ali.

Dengan setengah hati, Kiana mulai meraih sendok dan garpu. Tatapan mata Andre terus mengarah padanya. Namun, ia tak ingin menghiraukannya sama sekali.

"Kamu masih cantik banget, Na," celetuk Andre.

Kiana spontan terkejut mendengar ucapan Andre. Pria itu bahkan terus menatapnya seolah-olah tak merasa bersalah sama sekali karena telah membuat hatinya patah. Ali pun hanya tersenyum-senyum saja.

"Ngomong apa sih kamu, Ndre! Gak jelas banget deh!" Kiana memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Loh, kamu dipuji sama Andre kok sewot gitu, Na?" tanya Ali.

"Aku gak suka Om kalau dia ngomong begitu." Kiana refleks menjawab.

Andre paham betul dengan perasaan Kiana saat ini yang masih merasa sakit hati padanya. Terlihat jelas dari sorot mata gadis itu.

"Ya sudah, sudah! Cepat habiskan makanan kalian berdua," titah Ali.

Pertemuan seperti ini sangat tidak diharapkan oleh Kiana. Bisa-bisanya sang Om malah mengajak Andre ke sini. Ia pikir akan makan berdua saja dengan Ali, tapi ia salah menduga. Sedari tadi, Kiana diselimuti dengan suasana hati yang buruk. Namun, Ali sama sekali tidak memperdulikannya.

Sepertinya Kiana tahu kalau semua ini memang sudah direncanakan sebelumnya. Atau mungkin saja, Andre yang meminta pada omnya untuk bertemu di sini.

"Aku gak nafsu makan sama sekali," ucap Kiana sambil meletakkan sendok dan garpu begitu saja.

"Loh, kenapa? Apa makanannya gak enak? Bisa diganti menunya, Sayang."

"Gak, Om. Aku gak lapar lagi sekarang." Kiana bangkit dari duduk dan berjalan ke arah luar restoran. Andre hanya menatapnya tanpa henti.

Ali terlihat bingung harus berbuat apa sekarang. "Ndre, tunggu sebentar ya."

"Iya, Om."

Ali berusaha mengejar Kiana, sang keponakan. Ia ingin membujuk gadis itu perlahan. Ia merasa kasihan dengan Andre yang ditinggal begitu saja di dalam restoran.

"Ana, tunggu!" Ali berteriak agar Kiana bisa mendengar suaranya.

Kiana sudah berjalan ke arah parkiran mobil. Namun, saat mendengar suara Ali, ia langsung menoleh ke belakang. Ia melihat omnya sedang mengejar-ngejar dengan napas yang menggebu.

"Kamu kenapa pergi gitu aja sih dari sana? Kasihan Andre loh jadinya sendirian."

"Aku gak mau makan satu meja sama Andre, Om! Apa Om lupa, dia yang udah ninggalin aku dulu demi gadis lain," ujar Kiana sambil menggerutu.

Mendengar balasan Kiana seperti itu, Ali hanya bisa terdiam. Memang benar ucapan Kiana, apa yang dulu dilakukan oleh Andre memang tidak benar dan hanya melukai perasaan keponakannya saja.

avataravatar
Next chapter