6 Masih Berharap

"Pokoknya aku mau pulang aja, Om. Terserah kalau Om masih mau ada di sini sama Andre," ucap Kiana yang tampak merajuk.

Melihat wajah cantik Kiana yang sudah tak karuan lagi, maka Ali pun segera setuju. Namun, sebelum mereka pulang, ia akan membayar biaya makanan terlebih dahulu. Belum sempat ia melangkah, tiba-tiba datanglah Andre menuju ke parkiran mobil.

"Sudah aku bayar semuanya, Om." Andre menaruh kedua tangannya ke dalam saku celana sambil melirik ke arah Kiana.

Kiana memutar bola matanya dengan malas. Lagi-lagi Andre bersikap seolah pahlawan di hadapan omnya. Membuatnya semakin merasa muak saja.

"Be–benarkah? Ya ampun, padahal Om yang ngajak kamu makan sama-sama tadi, ternyata malah kamu yang bayarin."

"Gak apa-apa kok, Om," balas Andre sambil tersenyum manis.

"Om, ya udah kita pulang aja sekarang." Kiana tetap menyuruh omnya untuk segera pulang.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Ali berpamitan terlebih dulu kepada Andre, tapi tidak dengan Kiana. Gadis berwajah cantik itu malah sudah lebih dulu duduk di sebelah kursi kemudi. Andre hanya bisa menatap ke arahnya dengan pandangan nanar.

Ali mengembuskan napas panjang, sungguh tak menduga dengan sifat keponakannya sendiri. "Ya sudah, Om dan Kiana mau pulang dulu. Makasih atas bayarannya ya, Ndre." Ali menepuk-nepuk pundak Andre dengan sedikit keras.

"Iya, Om."

Sambil mendelikkan mata ke arah Andre, Kiana tak bisa menyembunyikan perasaannya sendiri kalau masih merasa marah pada sang mantan. Tanpa disadari, ternyata Ali menatap ke arah Kiana. Namun, beberapa saat kemudian, Ali mulai melajukan mobilnya menuju arah pulang.

"Kiana, aku harus bisa mendapatkanmu kembali," ucap Andre dengan penuh semangat dan menyeringai tajam.

***

"Aku masih gak nyangka, Om bisa-bisanya ngajak si Andre tanpa sepengetahuanku." Kiana duduk di sofa ruang tamu sambil berbicara dengan Ali.

"Om cuma mau hubungan kalian berdua akrab kayak dulu lagi."

"Apa, Om? Akrab kayak dulu lagi? Om mau aku disakitin lagi sama dia kayak dulu?" tanya Kiana yang terlihat sedikit kesal.

Ali langsung terdiam mendengar ucapan Kiana. Sang keponakan tampak terlihat marah padanya.

"Apa Om gak sayang sama aku?"

"Om sayang sama kamu, Na."

"Nah, terus ngapain Om pake acara bertemu sama dia segala? Aku kan udah gak ada hubungan apa pun lagi sama si Andre. Dia juga udah selingkuh di belakangku."

Kiana harap, Ali tak akan pernah melupakan hal itu, rasa sakit hatinya dulu pada Andre. Ketika ia sedang merasa sayang sekali pada pria itu, ternyata kekasihnya sendiri tega untuk berkhianat di belakangnya. Padahal Kiana merupakan gadis yang cantik dan manis, anak orang kaya pula. Seakan-akan Andre tidak pernah bersyukur telah mendapatkan gadis sepertinya.

"Baiklah, Om minta maaf sama kamu, ya. Jangan marah lagi kayak begini," ucap Ali.

"Aku gak mau ketemu sama dia lagi, Om."

Kiana menyuruh omnya untuk tak mengajak Andre lagi. Pria berusia yang sudah berkepala empat itu tampak mengangguk patuh.

"Om mau pulang dulu, Na. Gak apa-apa kan?"

"Gak apa-apa, Om."

"Baik-baik ya di rumah. Kalau ada apa-apa segera hubungi, Om."

Kasih sayang yang diberikan Ali padanya memang tulus. Ali sebagai pengganti sang Ayah sekarang begitu ia hormati. Ia melihat langkah omnya menuju ke luar, diiringi dengan langkah kakinya sendiri. Setelah Kiana sudah sampai di halaman, Ali pun segera masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati ya, Om." Kiana sambil melambaikan tangan ke arah Ali.

"Iya, Na."

Tanpa basa-basi, Ali segera melajukan mobilnya dengan cepat. Sedangkan Kiana sedari tadi masih asyik menatap kepergian Ali. Setelah mobil tersebut sudah tak terlihat lagi dari pandangan mata, barulah ia kembali masuk ke dalam.

Hari ini memang benar-benar membuatnya merasa lelah, apalagi tadi bertemu dengan Andre yang tak pernah ia harapkan. Laki-laki itu terus saja mengusik hidupnya. Mungkin, Andre tak ingin membiarkannya hidup dengan tenang.

"Kenapa harus ketemu sama dia lagi, sih? Padahal kan dia udah ninggalin aku dari lama demi gadis lain. Dengan mudahnya dia ngomong minta balikan. Siapa yang gak marah coba?!" Kiana menghentak-hentakkan kedua kakinya. Merasa marah karena sikap Andre yang terlalu gampang untuk meminta sesuatu. Padahal ia tahu sendiri sikap Andre seperti apa.

"Pokoknya, aku gak akan pernah balikan sama dia!" sambung Kiana.

Kiana pun melangkahkan kedua kakinya menuju ke dalam kamar. Cukup lelah hari ini karena energinya lumayan terkuras.

***

Hampir setiap hari Andre selalu saja datang menemui Kiana. Gadis itu bahkan selalu muak saat dia datang dan menyuruhnya untuk segera pulang saja. Namun, laki-laki itu tetap dengan pendiriannya sendiri.

"Kenapa sih kamu datang terus ke sini?!"

"Aku cuma kangen aja sama kamu, Na."

"Halah, basi!" Kiana mengibas-ngibaskan tangannya ke udara.

Pandangan mereka berdua tampak bertatapan sejenak. Namun, sedetik kemudian Kiana langsung melengos begitu saja.

"Aku serius kangen sama kamu. Apa perlu buktinya?"

"Buat apa lagi sih? Aku gak mau bukti apa-apa dari kamu. Mending cepat pulang sana!"

Datanglah Bi Asih membawa baki untuk mempersembahkan minuman pada Andre dan Kiana. Setelah meletakkannya, wanita paruh baya itu kembali lagi ke dapur. Bi Asih tahu, kalau Kiana tidak menyukai kedatangan laki-laki itu lagi datang ke sini.

"Ana, aku masih sayang sama kamu." Andre hendak meraih tangan Kiana, tapi tatapan gadis itu tajam mengarah padanya.

"Ndre, jangan lewati batasanmu! Aku gak suka, ya! Kita udah gak ada hubungan apa pun lagi."

Kiana kembali mengingatkan tentang sikap Andre dahulu. Laki-laki itu rela meninggalkannya demi gadis lain, yaitu Sukma. Dan, dengan mudahnya ia ingin kembali. Seolah-olah tak ada rasa bersalah sama sekali.

"Aku janji gak akan pernah kayak dulu lagi. Aku akan tetap setia sama kamu, Na."

"Percuma! Hatiku udah ketutup sama kamu. Aku gak akan kasih kamu satu kali kesempatan pun!" ucap Kiana dengan bersungguh-sungguh. Ia tak akan pernah memberi kesempatan apa-apa pada Andre.

Andre yang mengaku masih mencintai Kiana, tentu saja tak akan semudah ini menyerah. Ia akan melakukan hal apa saja untuk mendapatkan gadis itu kembali ke pelukannya.

"Bukankah setiap orang emang berhak dikasih kesempatan kedua?" tanya Andre.

"Tapi, itu gak berlaku untuk kamu! Kamu ya tetap kamu! Gak akan pernah berubah sampai kapan pun. Laki-laki kalau udah pernah selingkuh satu kali, nanti ia pasti akan mengulanginya lagi," balas Kiana dengan lantang.

"Kata siapa?" Andre mengangkat kedua bahu di hadapan Kiana.

"Kata aku, emang kenapa? Kamu marah karena kesinggung karena hal ini?" Kiana memicingkan kedua matanya ke arah Andre. Laki-laki itu sontak kebingungan.

"Ng–nggak kok ...."

avataravatar
Next chapter