7 Kasih Sayang yang Tulus

Tentu saja gadis berwajah cantik bernama Kiana itu tak mudah luluh dengan ucapannya Andre. Laki-laki itu pernah melukai hatinya. Di saat lagi sayang-sayangnya, ia malah ditinggalkan begitu saja.

"Aku gak akan pernah mau buat balikan lagi sama kamu, Ndre. Aku harap kamu paham! Jangan kayak gini terus di hadapan aku. Lama-lama aku jadi makin ilfeel tahu gak!"

"Selama janur kuning belum melengkung, kamu masih bisa dimiliki olehku suatu saat nanti."

Kiana langsung mempraktikkan adegan muntah di hadapan Andre. Sontak, laki-laki itu terkejut melihatnya. Ia tak menyangka, dengan penuh percaya diri, Andre malah bicara begitu di hadapannya.

"Duh, ya! Berapa kali aku bilang sama kamu, Ndre? Aku gak ada perasaan apa-apa lagi sama kamu."

"Mungkin saat ini masih belum, tapi nanti kita lihat saja." Andre bahkan mengedipkan sebelah mata ke arah Kiana.

Dua orang itu saling beradu pandang. Namun, Kiana pun menyudahi tatapan itu. Ia tidak mau kalau Andre akan tebar pesona lagi.

"Kalau kamu sudah bicaranya, silakan pulang aja, Ndre!"

"Kok gitu?"

"Ya, aku gak mau lama-lama bicara sama kamu kayak gini. Gak penting tahu gak!"

Sepedas apa pun ucapan Kiana padanya, tapi Andre tidak pernah memasukkannya ke dalam hati. Ia tampak santai dalam menanggapi sang gadis. Menurutnya, ini adalah salah satu cara untuk bisa meluluhkan hati Kiana, yaitu dengan terus bersabar.

"Jangan usir aku kayak gitu, Na," pinta Andre.

Kiana mendengkus sebal ke arahnya. Laki-laki itu sangat keras kepala ternyata. Bahkan saat diminta untuk pulang pun, ia tak menginginkannya. Andre bahkan ingin mengajak Kiana untuk jalan-jalan sebentar.

"Andai aja waktu itu aku gak pernah selingkuh di belakangmu, mungkin saat ini kita masih bersama," ucap Andre.

Gadis manis itu tampak terdiam mendengarkan ucapannya. Andre telah menyesali semua perbuatannya. Maka dari itu, jika diberikan kesempatan sekali lagi, ia akan berubah dan akan lebih setia pada Kiana saja.

"Aku menyesal," lirih Andre.

"Udahlah, gak usah disesali lagi. Semua juga sudah berlalu, kan?"

"Tapi, aku pengen balikan lagi sama kamu, Na."

"Gak akan!" Kiana tetap mempertahankan pendapatnya sendiri.

"Baiklah kalau gitu, aku gak akan pernah menyerah untuk mendapatkan kamu kembali."

Sontak, Kiana langsung melebarkan kedua bola matanya karena kaget dengan ucapan Andre. Ternyata laki-laki itu tampak serius dengan ucapannya. Namun, itu tak akan berjalan dengan mudah, mengingat ia masih merasa patah hati.

"Aku siap untuk membahagiakanmu, menggantikan kedua orang tuamu, Na."

"Orang tuaku gak akan pernah tergantikan oleh siapa pun!" Kiana langsung marah besar pada Andre. "Seenaknya aja kamu ngomong kayak gitu, Ndre. Mereka berdua berharga banget buat aku."

Ucapan Andre telah membuat perasaan Kiana jadi terluka. Kedua mata gadis itu tiba-tiba jadi berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan air mata. Laki-laki itu langsung meminta maaf padanya.

"Ma–maafkan aku, Na."

"Pulang!"

Satu kata yang keluar dari mulut Kiana sudah mampu membuat Andre tampak ketar-ketir. Gadis itu sedang berada dalam emosi.

"Cepat sana pulang!" bentak Kiana kepada Andre. "Aku gak mau lihat wajah kamu lagi!"

Kiana pun mendorong-dorong tubuh dan menarik pergelangan tangan Andre untuk segera ke luar dari rumahnya. Ia tak ingin semakin berlama-lama menerima tamu. Berulang kali laki-laki itu meminta maaf padanya.

"Maafin ucapanku tadi, Na. Aku gak bermaksud gitu sama kamu."

"Ndre, aku mohon kamu cepat pulang dari rumahku sekarang juga. Atau aku bisa aja benci selamanya sama kamu!"

Tak ingin dibenci semakin dalam oleh Kiana, Andre pun memutuskan untuk pulang saja. Kali ini ia harus mengalah dan menerima semua ucapan gadis itu. Dengan dorongan dari Kiana, ia tampak terseok sedikit. Andre melangkah menuju ke dalam mobilnya. Sementara itu, Kiana langsung masuk kembali ke dalam rumah.

Tatapan Andre tampak sedih ketika Kiana sama sekali tak menggubrisnya seperti ini. Gadis itu malah menyuruh pergi, saat ia berusaha kembali untuk merebut hatinya.

"Ini semua emang salahku, Na. Tapi, aku gak akan menyerah untuk mendapatkan kamu lagi."

***

Kiana mendatangi Ali ke kantor. Ia ingin melihat omnya itu dalam mengurus perusahaan peninggalan sang Ayah. Bagaimana tidak, ia begitu percaya dengan Ali sampai rela menyerahkan jabatan tertinggi padanya.

Ali terkejut melihat kedatangan Kiana kemari. Namun, beberapa detik kemudian, mereka berdua tampak berpelukan dengan hangat. Ali mengelus-elus puncak kepala Kiana penuh kasih sayang.

"Keponakan Om yang cantik akhirnya datang juga," ucap Ali.

"Iya, Om, aku ke sini mau jengukin Om. Gimana kerjaannya, apa lancar?" tanya Kiana.

"Lancar, Sayang. Om senang sekali jadi pimpinan di sini. Semua karyawan di sini sangatlah ramah."

"Syukurlah kalau begitu, Om. Asal Om senang dan betah berada di kantor ini, ya."

Ali mengajak Kiana untuk masuk ke dalam ruangannya. Ruangan yang dulu pernah diisi oleh mending sang Ayah. Betapa rindu sekali Kiana pada Ayah dan ibunya saat ini.

Kiana mengedarkan pandangan di dalam ruangan milik mendiang sang Ayah. Di tangan Ali, ruangan ini tampak tertata rapi, sama seperti dulu. Ia tersenyum lebar.

"Om janji gak akan pernah buat kamu kecewa, Sayang."

"Makasih ya, Om."

"Sama-sama, Nak. Oh ya, kamu mau gak main-main ke rumah Om habis ini, ketemu sama Linda dan Adel?" tanya Ali.

"Mau banget dong, Om." Kiana sangat girang karena akan bertemu dengan adik-adik sepupunya itu.

Senyuman manis Kiana tak dapat disembunyikan. Gadis itu tampak senang sekali. Ali pun semampunya akan berusaha untuk membuat senyum keponakannya itu tetap terukir dengan indah.

"Ya sudah, kamu tunggu aja, ya."

***

Setelah pulang dari kantor, Kiana telah sampai di halaman rumah omnya. Ia turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam. Ali tampak mempersilakannya masuk dan disambut oleh Rosa, Linda, dan Adel.

"Kiana," sapa Linda dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam.

Mereka semua memperlakukan Kiana dengan begitu ramah. Bagaimana ia tidak senang mendapatkan kasih sayang setulus ini dari keluarga omnya?

"Sering-sering main ke rumah Tante sama Om, Na. Kalau kamu mau bermalam di sini juga gak apa-apa," ucap Rosa.

"Iya, Tante. Nanti aja, aku gak enak."

"Loh, kenapa mesti gak enak?" tanya Ali. "Om, Tante, dan adik-adikmu gak masalah kok."

Namun, Kiana tak mau merepotkan keluarga Ali kalau ia harus tinggal di sini. Ia lebih nyaman berada di rumahnya sendiri, walaupun sudah tak ada kedua orang tuanya lagi.

"Pokoknya, kalau kamu mau tinggal di sini beberapa hari gak masalah, Na. Kami akan memperlakukanmu dengan baik."

"Makasih banyak, Om, Tante. Kalian semua memang sangat baik sama aku," ucap Kiana penuh dengan haru.

avataravatar