webnovel

Hari Super Sial

Kate terjatuh di jalanan beraspal. Lengannya terluka, dan barang-barangnya bertebaran di jalanan.

Lengan dan pinggulnya berdenyut-denyut. Sakitnya bukan main.

"Anda tak apa-apa, Nona?" tanya pria yang nenabraknya turun dari mobil dan mendekatinya.

Betapa terkejutnya Kate dan pria itu ketika mereka saling menatap.

"Kau lagi!" bentak Kate.

"Apa kau belum puas menabrakku tadi sehingga kau mengejarku dengan mobilmu dan menabrak diriku lagi?" Kate menuding pria itu.

Mereka menjadi tontonan orang-orang yang kebetulan sedang melintas di jalanan itu.

"Tidak! Bukan begitu, Nona!" seru pria berjas biru tua yang tadi ditubruk oleh Kate di cafe.

"Lampu lalu lintas sudah berubah merah bagi pejalan kaki," kata pria itu berusaha menjelaskan.

"Anda yang tiba-tiba melintas di depan mobil saya."

"Jika saya tidak menekan pedal rem dalam-dalam, mungkin Anda sudah terpental jauh."

"Bagaimana jika saya antarkan Anda ke rumah sakit?" tanya pria berjas biru tua itu.

Ia mengulurkan tangan hendak menolong Kate, namun Kate dengan segera menolaknya.

"Tidak usah! Aku bisa mengurus diriku sendiri!" Tolak Kate dengan yakin.

Pria itu akhirnya mencoba untuk membantu mengumpulkan barang-barang Kate yang berserakan, sampai ia menemukan surat pemecatan Kate.

"Kau baru saja dipecat?" tanya pria itu bersimpati.

"Apa! Senang ya kau bisa menertawakan kesialanku?" tanya Kate marah.

Kate berdiri kemudian mulai berjalan tertatih-tatih meninggalkan pria itu sendirian sambil memaki-maki.

"Sial sekali aku hari ini!" umpat Kate.

"Kenapa pula aku harus bertemu pria itu sampai dua kali dalam keadaan memalukan!" katanya lagi sambil berbicara kepada dirinya sendiri.

Sepatu tumit tinggi yang dikenakannya membuat kakinya semakin sakit. Dengan terseok-seok ia terpaksa menaiki bus sampai ke dekat rumahnya.

Selama di bus, ia merenungi nasibnya yang buruk. Entah kapan nasibnya baru akan bisa membaik.

Akhirnya bus yang ditumpanginya sampai di halte yang ia tuju, kemudian ia turun dan mulai berjalan tertatih-tatih lagi ke arah rumahnya.

Rumahnya bukanlah rumah mewah dan bagus. Bahkan dibilang sederhana juga sepertinya kurang layak. Lebih tepat jika disebut bobrok.

Hari ini sudah berlangsung dengan sangat buruk bagi dirinya. Yang Kate inginkan saat ini hanyalah mandi dan kemudian mengurung diri di kamarnya sambil mengudap satu scoop ice cream mungkin.

Tidak! Tidak! Ia bahkan tak punya ice cream di lemari pendinginnya. Lemari pendinginnya nyaris kosong karena ia harus berhemat dengan gajinya yang kecil.

'Baiklah, aku akan langsung tiduran saja kalau begitu!' pikir Kate.

Namun keinginan Kate langsung melayang ketika ia sampai di depan rumahnya, dan melihat ayahnya sedang dikepung oleh kedua orang laki-laki bertubuh tegap.

"Papa!" Kate memanggil pelan dari mulutnya.

Sadar akan apa yang mungkin terjadi, Kate segera berlari kencang menuju ke rumahnya.

"Papa!" teriak Kate lagi, ia sudah dekat dengan rumah ayahnya sekarang.

Begitu sampai di depan rumahnya ia segera memposisikan dirinya di antara ayahnya dan kedua pria itu.

"Sabar dulu, tuan-tuan sekalian!" kata Kate berusaha menenangkan kedua pria berbadan besar itu.

"Kita bisa bicarakan baik-baik semuanyakan?" kata Kate lagi.

Kemudian, ia berbisik kepada ayahnya yang berada tepat di belakangnya

"Berapa lagi kali ini hutangmu, Pa?" bisik Kate sehingga hanya ayahnya saja yang bisa mendengarkan.

"Banyak Kate," jawab ayahnya.

"Hutang Papa besar hingga mencapai dua milyar rupiah!" jawab ayahnya sambil berbisik pula.

"Apa? Dua Milyar?" seru Kate sambil menahan suaranya.

"Tuan-tuan, silahkan bawa saja Papa saya kalau begitu!" seru Kate sambil menyingkir dan mempersilahkan kedua orang itu untuk menangkap Howard.

"Kate!" sergah Howard.

Dua Milyar? Di dalam dompetnya hanya tinggal lima puluh ribu rupiah dan selembar cek gaji terakhirnya yang yak seberapa. Itupun harus dihematnya untuk biaya hidupnya dan ayahnya sampai ia bisa mendapatkan pekerjaan berikutnya.

Kedua orang itu bahkan tak beranjak sedikitpun untuk menangkap ayahnya. Sebaliknya malah memperhatikannya.

"Kenapa? Apa kalian tidak mau menangkap ayahku?" tanya Kate heran.

"Bukan begitu, Kate," kata Howard.

"Mereka datang bukan untuk, Papa!" kata Howard lagi.

"Lalu untuk siapa?" tanya Kate pada ayahnya.

Kemudian ayahnya membisikkan sesuatu di telinga Kate. Kate langsung terlompat begitu mendengarnya.

"Apa, Pa?" teriak Kate tak percaya dengan pendengarannya.

"Yang benar saja!" teriaknya lagi.

"Masa Papa mau mengorbankan aku pada kakek tua demi melunasi hutang Papa?"

"Tolonglah Papa, Kate. Papa sudah tidak ada jalan keluar lainnya," kata ayah Kate.

"Sudah, ya! Kau tolong lunasi hutang papa ya!" sambil berkata demikian, Howard sang ayah langsung melarikan diri meninggalkan Kate seorang diri menghadapi dua pria besar yang sudah siap mengangkutnya ke dalam sebuah mobil.

"Tunggu, kalian tidak seriuskan?" tanya Kate sambil melangkah mundur.

Kedua orang itu tidak menjawab melainkan hanya diam dengan sikap mengancam dan mulai bersiap-siap maju.

Kate bersiap-siap melarikan diri, namun sialnya sepatu bertumit tinggi yang sedang dikenakannya saat itu malah tersangkut di lubang paving block.

Tak ayal lagi akhirnya ia tertangkap oleh dua pria yang bertampang sangar itu.

"Ikut kami, Nona!" kata salah seorang dari mereka.

"Tidak mau!" Seru Kate. Ia melawan, meronta dan menendang dengan sekuat tenaga, membuat kedua orang itu kerepotan.

Kate bahkan berhasil meninju mata dari salah satu pria itu hingga pria itu berteriak kesakitan. Namun walaupun telah berusaha setengah mati tetap saja pada akhirnya ia di bawa oleh kedua orang itu.

Kate dimasukkan dengan paksa ke dalam bagasi mobil karena ia berontak terus.

"Akhirnya 'kucing kampung' ini berhasil kita ringkus juga!" seru salah seorang pria itu dengan lega.

"Entah apa yang dipikirkan si bos sehingga ia ingin memungut wanita liar seperti itu?" tanya yang seorang lagi.

Dari dalam bagasi mobil terdengar suara Kate yang mencaci maki sambil memukuli bagasi mobil.

"Keluarkan aku, dasar penculik kejam!"

"Sudah, ayo cepat jalankan mobilnya!" seru salah seorang dari mereka.

"Semakin cepat kita sampai semakin cepat kita terbebas dari wanita itu!"

Temannya langsung menurut dan menyetir dengan gila-gilaan sebagai upayanya membalas dendam karena Kate telah meninju matanya hingga lebam.

Pria itu menyetir ke kiri dan ke kanan dengan sengaja. Kate yang sedang terperangkap di dalam bagasi langsung ikut terguling setiap kali mobil berbelok tajam karena cara menyetir pria itu yang ugal-ugalan langsung mengumpat semakin kencang.

Akhirnya tubuh mungilnya terlempar ke salah satu sisi bagasi, setelah mobil yang membawanya dengan paksa berhenti secara tiba-tiba.

Tak lama kemudian, pintu bagasi pun terbuka. Sinar matahari yang terik membuat matanya terasa silau setelah ia berada di dalam kegelapan cukup lama.

Tubuhnya berpeluh karena panas sekali di dalam bagasi. Dan lagi kakinya sakit karena harus meringkuk dan terbentur sana sini.

"Silahkan keluar, Nona!" seru salah satu dari kedua orang itu kepada Kate.

to be continue ...

Next chapter