7 Chapter 6

Seorang arwah penasaran duduk termenung, menatap kearah luar jendela dan mulai mengoceh didetik berikutnya.

"Hoi, Olivia. Bagaimana bisa kau begitu kejam dengan membunuhku disaat aku pada akhirnya sudah berhasil hidup!? Akh! Inikah rasanya mati setelah kematian?" Dan sosok tak kasat mata itu terus menerus mengeluh untuk beberapa saat kemudian.

Sementara itu, sosok wanita yang tengah duduk dengan tenangnya di depan sang arwah penasaran itu, nampak tidak terlalu peduli dengan celotehannya.

Ketika akhirnya pria arwah itu benar-benar selesai berceloteh, dan terdiam sesaat. Olivia kemudian memandangnya dengan tatapan datar.

"Kau mencintai Amanda kan?" Ia berkata santai sambil menyesap rokok ditangannya.

"TENTU SAJA!" Andrew menjawab dengan semangat.

Olivia mematikan rokoknya pada asbak diatas meja dan kemudian bangkit. "Jika memang begitu diamlah dan ikuti saja perkataanku." Setelah mengatakan itu, Olivia bangkit dan berjalan kearah tempat jas putihnya tergantung dan mengenakannya.

"Tapi tetap saja itu-"

"Diamlah. Seorang pria yang cerewet tidak akan pernah disukai oleh wanita." Olivia memotong ucapan Andrew dan berjalan menuju ruang depan.

"Aku-"

"Diam atau aku akan membunuhmu lagi." Olivia menoleh kebelakang, ketempat dimana Andrew berada.

"Ta-"

"Shut up." Olivia kembali memotong ucapan Andrew dengan datar.

"Uh…. Menyebalkan. Hei, kau mau kemana?" Tanya Andrew yang mendekat kearah Olivia.

"Ke rumah sakit. Kau ikut atau ingin tetap disini?" Tanya Olivia cuek. Di depan pintu keluar, Edward, menunduk dan berucap sopan.

"Hati-hati lady." 

Sebagai balasan, Olivia mengangguk singkat dan berjalan kelur. Sementara itu, Andrew yang tadinya tidak berniat untuk pergi, merasakan sebuah tatapan. Ia menoleh ke sekelilingnya namun tidak menemukan apapun. Seketika rasa takut menjalar keseluruh tubuhnya.

"AKU IKUT!" Ia kemudian segera berlari mengikuti Olivia yang sudah keluar dari rumah.

*SESAMPAINYA DIRUMAH SAKIT*

"OLIVE!!~" Leon yang melihat kedatangan Olivia langsung mendekat dan bertingkah layaknya peliharaan yang senang bertemu dengan tuannya. Ah, jangan lupa bayangkan ekor dan telinga anjingnya yang bergerak-gerak senang.

Sayangnya Olivia bahkan tidak menoleh kearahnya sama sekali. Andrew yang melihat adegan menyedihkan itu hanya bisa tertawa senang dengan hal itu. Namun tawanya segera terhenti ketika dia merasakan tepukan dibahunya 

Dengan gerakan slow motion, Andrew menoleh kebelakang dan langsung bertatapan dengan sosok tubuh tanpa kepala. Lekas saja ia berlari mendekat kearah Olivia.

"O-oi. Tempat ini menyeramkan, cepatlah selesaikan urusanmu setelah itu kita pergi." Ia berjalan disamping kanan Olivia dengan wajah pucat. Sementara itu disamping kiri, Leon terus menerus mencoba mengajak Olivia berbicara. Dan tentu saja Olivia mengabaikan kedua laki-laki berisik itu.

*BEBERAPA SAAT KEMUDIAN*

Olivia saat ini sedang bersandar ditembok bangunan rumah sakit. Ia nampak memijat pelan pangkal hidungnya dengan raut wajah lelah. Ah, jangan lupakan dua sosok yang masih setia berada disampingnya dan terus mengoceh.

Yah, dia benar-benar sudah menyelesaikan semua urusannya ditempat ini, dan tentu saja ditemani oleh ocehan tidak jelas dari dua mahluk berbeda jenis disamping nya.

Andrew sang hantu bucin, seperti biasa berceloteh tentang sosok yang ia cintai, dan hal-hal tidak berguna lainnya.

Sementara itu Leon si dokter spesialis anak yang juga bucin, sedari tadi terus berusaha membuka berbagai macam topik pembicaraan untuk dia dan Olivia.

"Oi, kenapa kau membiarkan kecebong hanyut ini terus menempel padamu dia sangat berisik. Ah-blablabla" -Andrew

"Olive, bagaimana menurutmu tentang itu? Bukankah rencana itu sangat luar biasa? Kita bisa menggunakan rencana ini untuk-blablabla" -Leon

"Haa…" Olivia menghela nafas panjang dan segera berjalan meninggalkan kedua sosok yang sedang berceloteh itu.

"Oi! Olivia kau mau kemana!?"

"Olive! Kau ingin pergi kemana!"

Andrew dan Leon bertanya bersamaan. Sementara Olivia terus berjalan dan berucap singkat tanpa menoleh sedikitpun.

"Pulang."

*Skip*

"Bukankah kau bilang ingin pulang?" Tanya Andrew sambil menatap bingung Olivia yang nampak mengendarai mobilnya kearah yang berbeda dengan rumahnya.

"Berisik. Bisakah kau diam saja untuk sesaat? Suaramu sang menyakitkan untuk telingaku." Olivia berkata dingin.

"Cih." Andrew berdecih pelan dan memutuskan untuk memandang keluar jendela mobil. Tidak lama kemudian mobil mereka nampak masuk kedalam sebuah hutan.

Hari yang memang sudah sore perlahan berubah menjadi gelap. Mobil mereka pun berhenti di depan sebuah rumah kecil, dan rumah itu benar-benar nampak mengerikan.

"Apa yang ingin kau lakukan disini?"

"Bukan urusanmu." Setelah mengatakan itu, Olivia keluar dari mobil dan memasuki rumah itu. Andrew yang melihat itu hanya dapat menghela nafas pelan dan memutuskan untuk memperhatikan kesekitarnya.

Pandangannya kemudian jatuh pada suatu tempat.

*Skip~

Olivia keluar dari rumah itu setelah menyelesaikan urusannya dan langsung berjalan mendekat kearah mobil. Namun kemudian pandangan jatuh pada punggung dari sosok yang saat ini tengah duduk disebuah jurang.

Ia memutuskan untuk menghampiri arwah penasaran itu dan kemudian berdiri dibelakangnya. Andrew yang menyadari ada seseorang dibelakangnya buru-buru menoleh dan bertanya.

"Urusanmu sudah selesai?"

"Yah begitulah." Olivia berkata datar. Ia mengeluarkan sekotak rokok di sakunya dan kembali merokok.

Entah mengapa, suasana setelah itu hanyalah hening. Kedua sosok yang berbeda dunia itu hanya terus diam sambil memandangi pemandangan langit bintang.

"Apa kau tau, kemarin Amanda mengajakku untuk makan bersama," Andrew tiba-tiba mengatakan itu ditengah-tengah keheningan.

"Lalu? Kau kan mana bisa makan." Ujar Olivia cuek.

"Yah…. Itu benar. Tapi meskipun begitu, aku cukup senang karena dia sudah menawariku makan bersama. Yah, walaupun aku tidak bisa melakukan itu bersamanya." Andrew memandang langit malam dengan senyum lemah.

"Aku... Sebenarnya sangat ingin untuk bisa melakukan hal-hal normal seperti makan, atau bahkan kencan bersamanya. Tapi tentu saja aku sadar akan hal yang paling penting. Seorang arwah penasaran sepertiku, berkencan dengan manusia? Ah, sungguh mustahil." Lanjut Andrew sambil perlahan memejamkan matanya.

Olivia menoleh sekilas kearah Andrew. Ia menjatuhkan Putung rokok ditangannya ke tanah dan menginjaknya pelan.

"Siapa bilang itu mustahil?" Ujarnya santai. Segera Andrew membuka matanya dan menatap sosok yang berdiri dibelakangnya dengan bingung.

"Apa maksudmu? Ah, jangan bilang kau bisa membantuku!? Kau kan hebat! Hei! Bantu aku!" Andrew menatap Olivia dengan wajah berseri.

Olivia hanya dapat memutar matanya bosan dan berkata singkat. "Ya, aku akan membantumu."

Senyum sumringah langsung terkembang diwajah Andrew. "Terima kasih, Olivia." Andrew berucap lembut dan tulus.

Olivia hanya melirik sekilas dan segera berbalik pergi menuju mobil. "Wajahmu menjijikkan." Katanya datar.

Namun bukannya sakit hati, Andrew hanya tertawa sebagai balasan. Ia kemudian menatap kearah full moon yang menggantung di langit dan berbisik pelan.

"Aku datang Amy." Ia berkata pelan kemudian bangkit dan berjalan kearah mobil Olivia yang terparkir.

"Cepatlah atau kau kutinggal!"

"TIDAK! JANGAN TINGGALKAN AKU DISINI!" Andrew segera berlari menuju mobil dan memasukinya.

Olivia pun menghidupkan mesin dan segera melajukan mobil itu kembali ke kediaman nya.

Bersambung

avataravatar
Next chapter