webnovel

1. Adara Sheira

"Dara... " teriak Pamanku dari lantai bawah, seperti biasa pagiku dihiasi dengan teriakan paman yang menggema di lantai kamarku. Ah... Iya, aku lupa memperkenalkan diriku kepada kalian. Namaku Adara Sheira panggil saja Dara, aku seorang yatim piatu. Kedua orang tuaku meninggal akibat sebuah kecelakaan tragis yang sebenarnya tidak bisa aku ingat sepenuhnya di dalam ingatanku. Jika kalian menebak aku memiliki trauma akibat kecelakaan itu, kalian benar. Kecelakaan orang tuaku membuat aku trauma akan darah. Aku akan pingsan jika melihat darah yang mengalir di depanku. Hanya darah yang mengalir.

"Adara!!! ", teriak Pamanku,

Teriakkan pamanku membuat aku harus mengakhiri perkenalan singkat tentang diriku. Aku harus bergegas turun ke dalam toko bunga milik pamanku, mengingat kamarku yang berada di loteng toko bunga milik pamanku. Paman Brian.

"Iya Paman.... " teriak ku, aku tidak berniat membiarkan pamanku menunggu terlalu lama, karena damage-nya akan sedikit mengganggu konsentrasi kerjaku nantinya,

"Kamu kemana saja Dara? Pesanan paman banyak! Kamu malah santai di kamar. Kamu tau kan? Sekarang hari minggu, banyak pesanan yang menunggu untuk segera di kerjakan lalu kita kirim. Orang-orang kaya saat ini sedang ingin menghabiskan uang mereka dengan bunga-bunga milik toko kita" omelnya,

"Iya Paman, maaf. Dara ketiduran" sesalku.

Pamanku hanya mendengus kesal dan pergi begitu saja.

Beberapa buket bunga yang aku siapkan semalam telah berkurang. Itu tandanya buket pesanan telah di ambil. Aku berdiri di depan sebuah buket bunga mawar putih dengan hiasan pita berwarna hitam, "Hitam dan putih. Kenapa harus warna pitanya berwarna hitam? Coba warna merah muda pasti cantik" gumamku,

"Dara, tolong kamu ke rumah di balik belakang bukit. Mawar putih itu harus segera sampai" perintah Paman,

"Baik Paman"

Aku segera mengambil buket mawar yang berada di depanku. Aku tidak mau pelangganku menunggu terlalu lama.

"Ingat Dara, kamu harus menyerahkan buket mawar ini pada keluarga Maxilliant. Lebih tepatnya kamu harus memberikan kepada putra bungsu keluarga itu, Azef Aldebaran Maxilliant. Jangan sampai kamu memberikannya pada orang lain." tambah Paman,

"Baik Paman. Aku akan melakukan semuanya. Paman tenang saja, semua aman" kataku,

"Kembalilah dengan selamat" kata Pamanku terdengar sendu.

"Paman? Jangan berkata seperti itu. Seolah-olah aku tidak akan selamat." jawabku sembari mengambil kunci sepeda motor matic milikku dan meninggalkan pamanku yang menatapku dengan tatapan yang sulit aku jabarkan.

—-

Aku membelah jalan desaku. Bisa dibilang, aku tinggal di sebuah desa yang jauh dari kota. Bukan tempat terpencil, desa tempat tinggalku masih asri dan dikelilingi pegunungan. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke kota.

Selama perjalanan ke rumah keluarga Maxilliant aku membunuh waktu perjalanan yang membosankan dengan bersenandung dan menikmati pemandangan desa. Jalan bukit yang terjal dan diapit oleh jurang membuat aku harus tetap berkonsentrasi dengan perjalananku.

Aku menghentikan sepeda motorku di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi ke atas. Tampak bangunan yang menjulang tinggi di belakangnya.

"Angker juga" gumamku.

Tiba-tiba pintu gerbang itu terbuka, membuat aku segera melajukan sepeda matic kesayanganku. Meletakkannya di depan halaman rumah megah bergaya kastil klasik.

Aku menekan bel di dekat pintu masuk. Tampak seorang pria tua yang membuka pintu. Pakaiannya sangat rapi.

"Selamat siang Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. Namun seberapa detik sebelumnya aku melihat tatapan kaget melihat buket yang aku bawa.

"Ah-, ini perkenalkan nama saya Adara Sheira. Saya ingin mengantarkan buket bunga ini untuk Tuan Azef" kata Dara memperkenalkan dirinya,

"Baik Nona Adara, perkenalkan saya Marcos. Kepala pelayan keluarga Maxilliant. Tuan sudah menunggu Nona sedari tadi. Silahkan masuk! Mari saya antar Nona ke tempat Tuan muda" ajaknya.

Aku mengikuti gerak langkah pria tua yang kini menjadi penunjuk jalan di sebuah bangunan tua yang memikat hatiku. Ntah mengapa, aku langsung jatuh cinta pada isi bangunan ini. Dekorasi ruangan dan tatak letak benda-benda antik di seisi ruangan membuatku kagum dengan keindahan yang disuguhkan oleh rumah ini.

"Silahkan Nona, tuan sedang menunggu kedatangan anda di dalam" katanya.

"Terima kasih" jawabku

Aku segera mengetuk pintu yang menjulang tinggi di depanku.

"Masuk"

Aku membuka pintu yang membatasi aku dan suara bariton yang terdengar dari dalam.

"Permisi. Saya Adara, florist dari Dream Flower. Saya mengantarkan pesanan tuan Azef" kataku,

Aku sangat terkejut. Karena ruangan tempat aku berdiri ini sangat gelap dan hanya secercah matahari yang memasuki ruangan melewati celah-celah kecil jendela.

Ruangan ini sangat lembap. Membuat aku merasakan kedinginan. Dari paparan kecil sinar matahari, aku melihat betapa berantakan ruangan ini.

Mungkin, tuan muda keluarga ini sedang patah hati, pikirku.

Sebuah bayangan secepat kilat mendekati diriku. Matanya yang berwarna biru menatapku tajam. Aku terpesona dengan mata biru itu, samar mata teduh berwarna biru itu berubah menjadi merah.

Aku merasakan leherku ditusuk benda tajam. Seketika pandanganku memburam dan gelap.

—-

Author's Pov,

Azef merasakan panas yang luar biasa di tenggorokannya. Rasa haus akan darah segar. Darah perjanjian dengan penyihir. Azef meremas kuat tangannya sendiri, membuat buku-buku jarinya memutih.

"Damn!" makinya, "Lama sekali wanita itu datang. Dasar budak tidak berguna! Aahkkkh..."

Seketika semua benda di ruang baca miliknya terangkat dan jatuh.

Prang!!!

"Sialan!" geram Azef,

Sebuah ketukan dari luar pintu ruang bacanya, membuat Azef tenang dan meminta sosok di luar ruang baca untuk segera masuk ke dalam. Aroma tubuh wanita Itu mengusik indera penciuman Azef.

"Permisi. Saya Adara, florist dari Dream Flower. Saya mengantarkan pesanan tuan Azef" katanya,

Namun hasrat Azef tidak dapat dia bendung.

Azef segera menghampiri wanita itu dan menghisap darahnya. Seketika tubuh Azef merasakan rasa segar yang luar biasa. Tubuhnya bertenaga, tidak ada rasa letih dan rasa panas yang membakar dahaganya.

Azef segera mengendalikan dirinya. Dia tidak ingin Dara kehabisan darahnya.

"Shit! Bisa semanis ini rasanya!" makinya, "Marcos! Cepat kemari!" teriaknya,

Membuat Marcos segera menghampirinya. Marcos sama seperti Azef, mereka bangsa vampir. Hanya golongan bangsawan vampir yang dapat membuat kontrak darah dengan penyihir.

"Apakah tuan sudah meminum darah wanita ini?" tanya Marcos,

"Sudah. Tolong kamu bawa dia ke kamar tamu. Ah-jangan! Bawa dia ke kamarku. Setelah dia siuman aku akan membawanya ke kota. Kerjaanku sudah menumpuk. Aku tidak ingin menundanya" jelas Azef,

"Baik Tuan"

"Jangan lupa kamu kirimkan emas dan permata untuk keluarga gadis ini. Aku rasa sudah cukup bagi tua bangka pemilik toko bunga itu! Jika dia banyak permintaan, kau bunuh saja. Toh, gadis ini bukan keluarga kandungnya." perintah Azef,

"Baik Tuan" Marcos akan mengangkat tubuh Dara, namun tangan Azef menghalangi niat Marcos.

"Aku saja yang membawanya" cegah Azef, membuat Marcos tersenyum melihat keraguan di mata tuannya.

Tidak heran jika Azef memiliki rasa itu. Karena kontrak perjanjian bangsawan vampir dan penyihir tidak sesederhana itu. Hubungan mereka kekal abadi dan saling mengikat.

Next chapter