2 chapter 1

Dret dret

Seorang remaja yang tengah membaca sebuah buku di halte meraih ponsel nya yang bergetar, ia melihat siapa orang yang menelvon nya.

'Yibo?'

"Hallo, ada apa kau menelfon?" tanya nya

'Kau ada di mana?' tanya balik sang penelfon.

"Aku ada di halte, kenapa?"

'Hari ini aku pulang, bisa kau tunggu aku di dermaga, kapal nya akan sampai pukul 10.30' ujar si penelvon.

"Hm, baiklah, pastikan kau sampai tepat waktu"

'Iya'

Pipp

Remaja itu kembali memasukan ponsel nya ia mendongak dan melihat bus telah berhenti di depan nya ia dengan segera menaiki bus itu menuju dermaga.

.

.

Remaja itu memperhatikan dermaga yang begitu ramai namun berangsur angsur mulai sepi, ia menatap kearah arloji nya yang telah menunjukan pukul 16.55 namun tak menemukan sosok yang di tunggunya.

"Dimana dia lama sekali?" gerutu nya, ia menggosok kedua tangan nya saat merasakan udara dingin menyapu tubuh ringkih nya.

"Dingin" ia kembali melirik kearah pelabuhan namun tak ada tanda tanda ke datangan sebuah kapal. Remaja itu berjalan kearah jembatan mencoba melihat apakah sosok yang di tunggu nya akan muncul, namun saat matahari telah berganti menjadi bulan tidak ada satu kapal pun yang mendekat.

"Ya tuhan apa pria itu mengerjai ku, sedari pagi sampai malam aku mendugu nya, tapi dia tidak juga muncul, menyebalkan sekali" gerutu nya sambil berjalan pergi meninggalkan dermaga pelabuhan tanpa tahu sesuatu yang menyedihkan akan terjadi.

.

.

"Braking news, terjadi sebuah kebakaran kapal pesiar pada senin malam, semua penumpang dan awak kapal ludes terbakar diperkirakan tidak ada yang selamat dari tragedi berdarah tersebut-" sebuah acara televisi menyiarkan sebuah berita tentan kebakaran kapal yang terjadi senin malam, semua orang yang mendengar berita itu turut berduka mereka membicarakan tentang tragedi itu sungguh mengerikan.

Namun di sebuah sekolah menengah atas, seorang remaja laki laki terlihat pucat saat menatap ponsel nya, mata nya memerah dan sedetik kemudian air mata terjatuh dari kelopak mata nya. Ia menutup mulut nya menahan tangis.

"Yibo?!"

"Xiao zhan ada apa" teman sebangku remaja itu menepuk pundak remaja yang kita ketahui bernama xiao zhan, saat melihat sang teman menangis dengan tersedu sedu.

"Hey katakan kau kenapa??" tanya nya lagi namun xiao zhan hanya menangis dan menunjukan ponsel nya yang tengah menyiarkan berita kebakaran tadi malam.

"Yibo ge yibo geeee heeee kapal ini yibo ge yang menjalan kan hee " tangis nya sambil memeluk sang sahabat. mendengar suara tangisan yang keras semua penghuni kelas menatap ke belakan dan menemukan xiao zhan dan jiang wanyin tengah berpelukan dengan xiao zhan yang menangis dengan keras.

"Tenanglah xiao zhan" kata nya sambil menepuk nepuk punggung sang teman.

.

Xiao zhan menatap lautan dengan pandangan kosong, ini sudah hari ke lima semenjak berita kebakaran sebuah kapal dan menewaskan semua penumpang nya, ia percaya bahwa sosok itu akan datang, namun sampai matahari berganti pun yang di nanti tidak juga datang, lagi air mata nya terjatuh.

"Hiks yibo ge, hiks kumohon kembalilah hiks" tubuh nya terjatuh ia menangis sambil sambil memeluk sebuah bingkai yang menampakan seorang pria tampan.

"Gegeeeeee!!!!" xiao zhan berteriak dan air mata yang terus berjatuhan dengan deras.

Sementara dari kejauhan teman teman nya memperhatikan bagaimana hancur nya xiao zhan saat ini.

"Aku tidak tega melihat XiaoXiao begini" kata salah satu dari mereka yang sedari tadi menatap xiao zhan.

"Iya, dia yang biasa nya sangat ceria berubah menjadi pendiam" sahut salah satu nya.

.

.

Lagi xiao zhan kembali kedermaga itu lagi, menanti sesuatu yang tidak pasti, sesuatu yang tidak ingin ia percayai. Orang orang bahkan sudah terbiasa akan keberadaan nya yang datang pada pukul 10.30 dan akan pergi ketika malam dengan air mata.

'Gege, kumohon kembalilah' batin xiao zhan sedih, ia merapatkan mantel nya menghalau hawa dingin, hidung nya sudah memerah menahan dingin, ia menatap lautan yang luas itu dengan sedih. Lagi dan lagi airmata nya menetes tanpa bisa di tahan, bibir nya bergetar dan satu isakan lolos dan di susul isakan isakan lain nya.

'Gege, wo ai ni hiks, semoga kau tenang di surga, aku akan mendoakan mu hiks bahagia lah hiksa' lirih nya sambil berlalu pergi.

Untuk pertama kali nya ia meninggalkan dermaga sebelum hari berganti malam.

Wei xiao zhan 16 tahun untuk terakhir kali nya menatap lautan sebelum benar benar pergi dari tempat yang menyimpan banyak luka dan kenangan itu.

.

"Sayang kau sudah berkemas?" seorang wanita paruh baya yang masih cantik di usia nya yang memasuki kepala empat bertanya kepada seorang remaja yang tengah menatap keluar dari jendela tang terbuka lebar.

"Sudah bun" jawab remaja itu pelan. Wanita itu mendekati sang remaja dan mengelus kepala nya.

"Maaf ya sayang, karna bunda menikah lagi, kau jadi harus pindah dari tempat ini" kata nya menyesal.

"Tidak apa bun, aku tahu" balas nya sambil pergi meninggal kan sang ibu sendirian.

"A xiao maafkan bunda" wanita itu mengusap air mata nya, ia menatap sebuah bingkai foto menampil kan dua orang yang pria dan remaja.

"Yibo, tolong jaga a xiao dari atas sana" lirih nya wanita itu lalu keluar dari kamar sang putra dengan hati yang begitu sedih.

.

.

Incheon international airport

Xiao zhan menatap datar pemandangan bandara dihadapan nya ia menoleh pada sang ibu yang tampak menelfon seseorang. Dan benar saja kurang dari lima belas menit seorang pria berpakaian formal mendatangi mereka.

Pria itu tersenyum kearah sang ibu, dan mereka berdua berpelukan seakan dunia milik sendiri dan yang lain hanya ngontrak. Pria itu menoleh kearah nya dan tersenyum namun xiao zhan hanya menampil kan wajah datar.

"Ah bunda lupa, a xiao perkenalkan kan ini om joongki, dia papah baru mu ayo beri salam" xiao zhan hanya menatap datar sang ayah tiri tanpa ada niat untuk menyapa sama sekali, sementara sang ibu merasa tak enak melihat reaksi putra nya pada sang suami baru.

"Ahh maafkan a xiao ya chagi dia memang begitu, tolong maklumi" kata sang ibu, sementara sang suami yang bernama joongki itu tetap tersenyum.

"Tidak papa, ayo kita pulang" ajak nya sambil menarik koper sang istri ke arah sebuah mobil avanza keluaran terbaru.

.

Saat di dalam mobil pun Xiao zhan hanya terdiam dan memandangi kota seoul dari jendela mobil, ia menyalakan ponsel nya dan membuka icon galeri serta mengklik satu gambar yang menampil kan seseorang yang sangat ia rindukan.

"Gege" lirih nya tanpa sadar airmata yang sudah ia tahan menetes juga. Joongki yang memperhatikan nya lewat cermin terkejut, sementara bingbing nama ibu Xiao zhan langsung menoleh kebelakang.

"A Xiao?" buru buru Xiao zhan menghapus airmata nya dan mematikan ponsel nya ia kembali menatap jalanan kota seoul mengabaikan panggilan sang ibu.

'Wǒ xiǎng nǐ, gégé' (aku merindukan mu gege).

.

.

"A xiao, a xiao, ayo bangun kita sudah sampai, ayo turun" bingbing membangunkan sang putra. Xiao zhan menatap rumah baru nya dengan pandangan lebih datar dari biasanya.

'orang kaya' batin nya iya langsung meyeret koper nya mengikuti sang ibu dan ayah baru nya kedalam rumah. Semua dekorasi dari rumah itu benar benar elegan, dengan dominasi warna hitam putih.

"Bi" panggil joongki entah pada siapa nanun seorang pelayan berlari kecil kearah mereka.

"Tolong antarkan a Xiao ke kamar nya" lanjut joongki pada pelayan itu dab di balas anggukan.

"Ayo tuan muda" ajak nya dan Xiao zhan mengikuti wanita paruh baya itu menaiki lantai dua.

.

"Silahkan tuan" kata sang pelayan sambil membuka sebuah pintu jati berwarna coklat.

"Saya tinggal dulu ya tuan jika ada keperluan tuan panggil saja saya" lanjut sambil berlu pergi meninggalkan Xiao zhan yang terpana melihat kamar nya.

Xiao zhan menutup pintu kamar nya ia merebahkan diri ke dalam ranjang king size itu.

"Gege" lirih nya, ia beranjak dari ranjang ke kamar mandi saat merasakan panggilan alam dan sekali lagi ia di buat tercengang melihat isi kamar mandi.

"Benar benar ciri khas orang kaya, cih"

.

TBC

avataravatar
Next chapter